Betapa indahnya ketika berbicara tentang surga. Dan tahukan engkau apa
itu surga?. Surga adalah rumah tinggal yang abadi yang menjadi tujuan
setiap hamba Allah yang shalih. Surga adalah pusat aspirasi semua hamba
Allah. Surga adalah di atas apa yang kita lihat, di atas apa yang kita
dengar dan di atas apa yang muncul dalam pikiran manusia, Allah SWT
berfirman dal
am surah Al-Kahfi ayat 107-108 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, (*) Mereka kekal di
dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya” …. (QS Al-Kahfi:
107-108).
Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dari hadits riwayat Abu Hurairah, Allah berfirman,
“Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih surga yang
(kenikmatannya) belum pernah ada mata yang telah melihat, dan tidak
pernah ada telinga yang telah mendengar maupun telah terdetik di hati
manusia”
Dengan kasih Allah dan rahmat-Nya kepada kita, Dia
telah membentangkan gambaran surga yang nikmat itu, dengan menekankan
keabadian dan kesempurnaan, tanpa kekurangan sedikitpun, tidak panas
atau dingin, tidak lelah dan tidak sibuk dengan hiruk pikuk, tak ada
kerugian, tidak ada yang dicurangi. Sekali teguk kenikmatan di surga
melupakan semua penderitaan dalam hidup ini.
Timbul pertanyaan,
mengapa semua ini diceritakan wahai hamba-hamba Allah? Hal ini semata
untuk mengajak orang-orang beriman ke surga dengan penuh semangat. Agar
mereka bergegas menuju berbagai kebahagiaan, taman dan segala istananya.
Sebab surga adalah tempat tinggal yang Allah ciptakan dengan tangan-Nya
sendiri, dipersiapkan sebagai rumah untuk orang-orang yang dicintai-Nya
agar mengisinya dengan rahmat, kemuliaan dan ridha-Nya.
Dia
menggambarkan kenikmatannya sebagai kemenangan besar, pemiliknya sebagai
raja diraja, segala kebaikan dan kemurniannya dijaga dari setiap cacat
dan kekurangan.
Celakalah jiwa-jiwa yang tidak menginginkan hal itu, tidak ingin melihatnya, dan tidak berusaha untuk masuk ke dalamnya !
Mari kita renungkan hadits-hadits Nabi SAW yang terkait langsung dengan
mereka yang dijanjikan surga, seraya berdoa kepada Allah agar kita
dimasukkan surga bersama keluarga dan kerabat kita semua. Tak ada surga
kecuali dengan berusaha menggapainya.
Pesan Pertama
Kisah Abu Bakr dan amalan-amalan baiknya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: “
Rasulullah SAW berkata: Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini?
Abu Bakar menjawab: “Aku”.
Dia bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengikuti pemakaman hari ini?”
Abu Bakar berkata: “Aku”.
Dia berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?
Abu Bakar berkata, “Aku”.
Dia bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?”
Abu Bakar menjawab, “Aku”.
Rasulullah SAW kemudian bersabda,
“Jika terkumpul seluruh amalan seperti di pria ini, niscaya ia akan masuk surga”
Diriwayatkan dari Abd al-Rahman bin Abi Bakr, dia berkata, “Rasulullah
SAW shalat subuh, kemudian bertemu dengan para sahabatnya”.
Dia berkata: “Apakah ada di antara kalian yang hari ini berpuasa?
Umar bin al-Khattab menjawab, “Ya Rasulullah, aku tidak berniat puasa, maka pagi ini aku berbuka (sarapan)”
Abu Bakar berkata, “Kalau aku, sejak semalam sudah berkata pada diriku sendiri untuk puasa, maka aku puasa.”
Rasulullah SAW kemudian bertanya lagi, “Apakah ada di antara kalian hari ini yang menjenguk orang sakit?
Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami shalat dan berdoa denganmu, bagaimana kami dapat menjenguk orang yang sakit?”
Abu Bakar berkata: “Aku mendengar bahwa adikku, Abdul Rahman bin Auf,
merintih maka aku mencari cara untuk bisa mengunjunginya ketika aku
datang ke masjid“
Rasulullah SAW bertanya lagi, “Sudahkan ada di antara kalian yang bersedekah hari ini?
Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami kan shalat dan berdoa bersamamu dan tidak sempat istirahat”
Abu Bakar berkata: “Ketika aku masuk masjid di tengah jalan kujumpai
pengemis, di tanganku ada segenggam roti yang kudapat dari Abdurrahman,
aku berikan kepadanya”
Rasulallah SAW kemudian bersabda,
“Aku beri kabar gembira untukmu (Abu Bakar, termasuk ahli) surga.”
Umar menggumam, “oh…oh… oh… ahli surga”
Pesan Kedua
Utsman radhiallahu anhu dan Infaq
Diriwayatkan dari Tsamama bin Hazn al-Qusyairi, radhiallahu anhu, dia
berkata: Aku menyaksikan Peristiwa Dar (yaum al-dar), ketika mereka,
penduduk Madinah, memuliakan Ustman untuk bercerita amal-amal baiknya di
hari itu.
Ustman berkata: “Tahukah kalian bahwa ketika
Rasulallah sampai ke kota Madinah, dan tak ada cadangan air (di kota
itu) kecuali sumur milik Raumah. Rasulallah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang membelinya dan menjadikan embernya dan ember kaum muslimin masuk ke sumur itu, niscaya baginya surga“
Aku membelinya dari harta tabunganku. Hingga hari ini, aku larang
diriku sendiri untuk meminum air dari sumur itu hingga aku harus minum
air laut.
Mereka menjawab, “Ya”.
Utsman berkata lagi,
“Dan dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, tahukah kalian bahwa
(suatu hari) masjid itu sudah sempit dengan jamaah, Rasulullah SAW
bersabda,
“Barangsiapa yang mau membebaskan tanah si fulan,
niscaya diberikan kebaikan baginya dari masjid itu hingga ke surga, aku
membelinya dari hartaku. Hingga hari ini aku cegah diriku untuk shalat
dua rakaat di masjid itu”
Mereka berkata, “Ya”.
Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, Tahukan kalian bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa di antara kalian yang membekali tentara, niscaya wajib baginya surga. Maka aku berikan perbekalan (pada tentara)“
Mereka berkata, “Ya Allah, ya benar”.
Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah, Tahukah kalian aku dulu
berada di gunung Tsabir di pinggir kota Mekah bersama-sama dengan
Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar, maka tiba-tiba gunung terguncang,
sehingga batunya berjatuhan ke dasar, Rasulullah SAW menghindar dengan
kakinya, dan berkata:
“Tenanglah wahai (gunung) Tsabir.
Sesungguhnya, di dekatmu ada seorang Nabi, seorang yang jujur dan dua
orang yang menjadi syahid“
Mereka berkata, “Ya”.
Ustman berkata, “Allah Akbar, saksikanlah aku agar kelak masuk surga, wahai tuhan pemilik Ka’bah. Ia berucap tiga kali.
Pesan Ketiga
Terjaga dengan ibadah di waktu malam
Salah seorang tabiin (generasi setelah sahabat Nabi) berkata, saat itu mereka tengah merindukan surga dan para bidadarinya,
“Aku akan membeli seorang bidadari dari sekian banyak bidadari surga
dengan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam, aku tidak akan tidur
sampai aku selesai khatam tersebut”
Dia sudah mengkhatamkan
sebanyak dua puluh Sembilan juz, lalu rasa kantuk menyerang hingga ia
tertidur. Dalam tidurnya ia mimpi bertemu bidadari, dan sang bidadari
berkata berkata,
Apakah engkau akan meminang bidadari
sepertiku, dan engkau tertidur. Sementara orang yang mencintaiku, aku
haramkan tertidur. Karena aku dicipta untuk setiap orang yang banyak
melakukan shalat dan rajin bangun malam.
Mendengar itu, ia
terbangun, dan langsung melanjutkan usahanya, dan ia kemudian berkata:
Dengan izin dan rahmat Allah, aku berusaha untuk mendapatkan semua ini,
untuk mendapatkan salah satu dari bidadari itu.
Abu Sulaiman
Aldarini – belas kasihan Tuhan – suatu kali tertidur pada suatu malam
malam, dia dikenal sebagai ahli ibadah, seorang yang zuhud, dan tulus
kepada Allah, dan ketulusan dengan Tuhan, Yaman itu sendiri, termasuk
surga yang penuh kenikmatan.
Pada suatu malam dia berkata,
tidur dan diri kadang-kadang berbicara tentang apa yang Anda inginkan
dan apa yang ingin Anda dan termasuk cinta – berkata: Aku melihat –
sebagaimana yang sering dilihat oleh orang tengah tidur, suatu kali
bidadari datang kepadaku dan berkata:
“Inikah perbuatan orang-orang shalih?”
“Wahai Abu Sulaiman – Apakah engkau tertidur dan aku telah menunggumu sejak lima ratus tahun”
Tidak ada Tuhan selain Allah, Sejak itu, ia tak lagi tidur kecuali
hanya sedikit saja, hal itu dimaksudkan agar ia sungguh-sungguh bertemu
dengannya.
Pesan Keempat
Bilal bin Rabah, radhiallahu anhu dan wudhu
Bilal adalah bujang yang bekerja pada Abu Bakar, semoga Allah senang
dengan dia. Ia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, karena itu
ia dihukum oleh kaumnya dan mereka memaksanya untuk bersaksi “Tuhanku
Latta dan Uzza”.
Namun, Bilal tetap teguh berkata, “Ahad… ahad…”
Datanglah Abu Bakar dan membebaskannya dari perbudakan dengan membelinya seharga tujuh (sebagian mengatakan lima) kantong emas.
Rasululah SAW kemudian menyatakannya sebagai manusia merdeka. Maka,
sejak itu Bilal menjadi muadzin Nabi, baik saat berdiam di Madinah atau
saat berperjalanan.
Abu Hurairah RA berkata: Suatu hari Rasulullah SAW beserta Bilal:
“Ceritakanlah padaku satu pekerjaan yang dilakukan dalam Islam
memberikan manfaat, aku mendengar Nabi SAW mengatakan ia sudah mendengar
suara sandal Bila di surga. Bilal menjawab, aku tidak mengerjakan
apa-apa, kecuali menjaga wudhuku hingga seringkali aku shalat maghrib
dengan wudhu shalat dzuhur”
Pesan Kelima
Di mana tokoh seperti Abu Dahdah sekarang
Abu Dahdah, nama lengkapnya adalah Tsabit bin Dahdah al-Anshari, salah
satu pelaku sejarah perang Uhud dan menemui kematiannya pada perang
tersebut. Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah bahwa Rasulullah SAW
bersabda,
“Betapa banyak decak kekaguman untuk Abu Dahdah di surga”.
Dan diriwayatkan oleh Imam At-Tabrani dalam kitab Al-Awsat (2/517)
dari hadits Umar dengan lafadz, manakala ayat Allah SWT turun,
“Barangsiapa yang memberikan pinjaman kepada Allah sebaik-baik pinjaman”
Abu Dahdah berkata, “Ya Rasulallah, apakah kita harus meminjamkan Allah dengan harta kita?”.
Rasulallah SAW menjawab, “Ya”
Dia berkata: Sesungguhnya aku punya dua dinding (lantai), satu di atas,
satu lagi di bawah.. Aku telah meminjamkannya untuk Allah.
Pesan Keenam
Tidak Ghibah (Bergunjing)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Bahwasanya ada seseorang bertanya,
Ya Rasulallah, si fulan dikenal banyak melakukan shalat dan puasa, hanya
saja dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya“
Rasulallah bersabda, “Dia di neraka”
Orang tersebut bertanya lagi, “Sementara ada juga si fulan la dikenal
sedikit saja shalat dan puasanya sebab dia sibuk memberi makan sapinya,
dan dia tidak menggunjingkan tetangganya”.
Rasulallah SAW bersabda, “Dia di surga”.