Kamis, 29 Agustus 2013

Aku ingin jadi ibu rumah tangga, bi


Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak-anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih seangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa?

Minggu (21/ 7) lalu, saya mengikuti acara Forum Indonesia Muda (FIM) Ramadhan yang diadakan di UNPAD. Niat awalnya mau nabung ilmu dan inspirasi sebelum pulang kampung, selain juga memang karena pengisi acaranya inspiring. Eh, pembicara yang paling saya tunggu ternyata berhalangan hadir. But, that’s not the point. Semua pembicara yang hadir memang sangat inspiring, tapi saya benar-benar dikejutkan di sesi terakhir. Tentang parenting. Awalnya saya pikir sesi ini mau membicarakan apa gitu. Do you know actually? It talks about a success and inspiring housewife. Saya langsung melek. Lupa lapar. Like my dream becomes closer. Saya mencari seminar yang membahas tentang keiburumahtanggaan. Nggak tahunya nemu di sana. Lihatlah daftar mimpi besar saya nomor 1-4. Rasanya terbahas semua sore itu. (No offense nomor 2, gue juga kagak tahu kalau urusan itu :p ) Baiklah, mukadimah ini akan terlalu panjang kalau saya lanjutkan.

Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.

Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream.It’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.

Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalahkhusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?

Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?

Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.

Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.

Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.

Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:

1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan

2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.

3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.

4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.

5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!

6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai

7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.

8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.

9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta

10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.

11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu,partner, teman, guru, semuanya.

Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan diibuprofesional.com.

Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya.

Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most prestigious career for woman, right?! Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.

Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak terbentuk?

Senin, 26 Agustus 2013

KEINGINAN SEORANG ISTRI



Kepada semua suami-suami di dunia, inilah yang sebenarnya diinginkan para istri.
Suamiku,

Mungkin pernah tersirat di dalam benakmu bahwa kau telah salah memilihku menjadi pasanganmu. Kadang kala aku mengganggumu dengan semua rajuk manjaku. Aku juga sering membatasi kebebasanmu yang tak sama lagi seperti dulu. Aku sering mengusirmu karena asap rokok itu. Bahkan tertidur lebih dulu saat kau pulang larut malam.

Tetapi, di saat kau sibuk dengan pekerjaanmu, ingatlah bahwa aku selalu setia menunggumu. Kudoakan kau di dalam kecemasanku.

Dan saat aku rela pergi bersama dirimu, ingatlah bahwa ada banyak orang yang kutinggalkan demimu. Orang tuaku, sanak saudaraku, sahabat-sahabatku. Dan kubiarkan kau mengisi seluruh kekosongan hatiku.

Saat aku tak sengaja melakukan sebuah kesalahan. Janganlah ego dan kekasaran yang ditunjukkan. Tetapi perlakukan aku dengan lembut dan bicaralah dalam ketenangan.

Saat aku ingin kau menemaniku, dan kau terlarut dalam kesibukanmu, hatiku teriris dan haus akan perhatianmu. Yang kupinta adalah sedikit perhatianmu itu.

Saat kau ingin pergi dan aku ingin kau tinggal di sisiku, percayalah itu bukan melulu karena cemburu. Tetapi karena aku tak ingin jauh darimu.

Saat aku menangis tersedu, aku ingin kau memelukku dan mengatakan "semuanya akan baik-baik saja."

Saat aku sedang gusar, peganglah tanganku. Tanpa berkata apapun aku tahu bahwa kau tak akan pernah meninggalkan aku.

Ceritakan semuanya kepadaku, bukan seperti kau bercerita kepada pasanganmu, tetapi seperti kau kepada sahabatmu.

Apabila keinginanku mulai terlalu banyak, ingatkan aku untuk selalu bersyukur memilikimu. Dan bahwa semua yang dimiliki di dunia ini akan kita tinggalkan kelak.

Dan bila aku dikalahkan oleh rasa kantukku, bangunkan aku dengan lembut. Ingatkan aku akan tanggung jawab yang belum kuselesaikan. Bukan dengan suara garang yang membuat nyaliku ciut.

Ketika kau sedang terhanyut dalam lautan emosi, pandang mataku dalam-dalam. Jauh di dalam beningnya, ada cinta untukmu, dan akulah yang kau cintai itu.

Aku yang selalu mencintaimu,

Istrimu.

Walimah Lebih dari Dua Kali


Pertanyaan:
Di beberapa daerah terdapat kebiasaan mengadakan walimah lebih dari sekali. Diantara yang sering dijumpai adalah walimah di rumah istri kemudian disusul walimah di tempat suami. Apa hukum mengadakan walimah semacam ini?
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Inti walimah adalah makan-makan, karena ada unsur kegembiraan. Berdasarkan kriteria ini, walimah di sekitar kita, yang terjadi umumnya diadakan 3 kali:
  • Walimah yang diadakan pada saat akad nikah, karena setelah akad biasanya disambung makan-makan.
  • Walimah di gedung dari pihak mempelai wanita.
  • Walimah di gedung dari pihak mempelai pria.
Tentang hukumnya, mari kita simak pembahasan berikut.
Terdapat sebuah hadis dari Abdullah bin Utsman Ats Tsaqafi, dari seseorang yang berasal dari Bani Tsaqif (yang diduga namanya adalah Zuhair bin Utsman), bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْوَلِيمَةُ أَوَّلَ يَوْمٍ حَقٌّ، وَالثَّانِيَ مَعْرُوفٌ، وَالْيَوْمَ الثَّالِثَ سُمْعَةٌ وَرِيَاءٌ
“Walimah pada hari pertama adalah amalan yang haq (disyariatkan), pada hari kedua adalah satu hal yang baik (dianjurkan), dan pada hari ketiga termasuk riya’ dan sum’ah (diperdengarkan agar banyak orang yang tahu).” (HR. Abu Daud 3745).
Zahir hadis ini menunjukkan larangan mengadakan walimah lebih dari dua hari. Hanya saja hadis ini diperselisihkan oleh para ulama pakar hadis. Sebagian menilai lemah, meskipun ada ulama yang menerima hadis ini. Dan karena itu, mereka berbeda pendapat tentang hukum mengadakan walimah lebih dari dua kali.
Pertama, pendapat yang membolehkan mengadakan walimah lebih dari 2 kali.

Mereka yang berpendapat, boleh mengadakan walimah lebih dari 2 kali, menilai lemah hadis Zuhair di atas. Karena sanadnya dhaif dan Zuhair bin Utsman bukan sahabat.
Imam Bukhari menyebutkan hadis ini dalam kitabnya at-Tarikh al-Kabir (3/425) ketika membahas biografi Zuhair bin Utsman. Beliau berkomentar tentang Zuhair: “Sanadnya tidak shahih. Dia (Zuhair) bukanlah sahabat.” Oleh karena itu, Bukhari berpendapat bolehnya mengadakan walimah sampai tujuh hari. Pendapat beliau ini sebagaimana ditunjukkan dalam kitab Shahihnya pada judul:
بَابُ حَقِّ إِجَابَةِ الوَلِيمَةِ وَالدَّعْوَةِ، وَمَنْ أَوْلَمَ سَبْعَةَ أَيَّامٍ وَنَحْوَهُ، وَلَمْ يُوَقِّتِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا وَلاَ يَوْمَيْنِ
“Bab wajibnya menghadiri walimah dan undangan, dan orang yang mengadakan walimah selama tujuh hari, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membatasi waktu walimah sehari atau dua hari.” (Shahih Bukhari, 7/24).
Hadis ini juga diriwayatkan Ibn Majah (1915) dari jalur Abu Malik an-Nakha’i, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah. Dalam az-Zawaid dinyatakan bahwa Abu Malik an-Nakha’i adalah orang yang disepakati sebagai perawi yang lemah. (Tuhfatul Ahwadzi 3/164 & Ta’liq Fuad Abdul Baqi untuk Sunan Ibn Majah 1/617).
Hadis ini juga dinilai dhaif oleh Al-Albani dalam Dhaif Sunan Abi Daud (no. 799) dan Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liq untuk Musnad Ahmad (33/435).
Diantara dalil yang menguatkan pendapat pertama, yang membolehkan walimah beberapa hari adalah kisah pernikahan Sirin (Bapaknya Muhammad bin Sirin) yang dimeriahkan dengan walimah selama tujuh hari. Dari Hafshah bintu Sirin, beliau mengatakan:
لما تزوج أبي سيرين دعا أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم سبعة أيام، فلما كان يوم الأنصار دعاهم، ودعا أبي بن كعب وزيد بن ثابت ومعاذ، قالت: فكان أبي صائما فلما طعموا دعا أبي بن كعب وأمن القوم
“Ketika Bapakku, yang bernama Sirin, menikah, beliau mengundang para sahabat selama tujuh hari. Ketika tiba giliran hari orang anshar, beliau mengundang mereka, mengundang Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan Muadz. Ketika itu Ubay sedang puasa. Setelah menyuguhkan makanan, Ubay mendo’akan kebaikan dan diamini orang sekitarnya.” (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf 17163).
Pendapat yang menyatakan bolehnya walimah lebih dari dua hari juga dipilih oleh Ibn Qudamah dalam al-Mughni (15/491).
Kedua, pendapat yang melarang walimah lebih dari dua hari
Sebagian ulama menilai hadis Zuhair dan yang semakna dengan itu sebagai hadis yang diterima. Diantaranya al-Hafidz Ibn Hajar. Beliau lebih cenderung untuk menerima hadis Zuhair di atas. Beliau menyebutkan beberapa hadis penguat untuk hadis ini dalam Fathul Bari. Kemudian beliau memberi komentar (secara ringkas):
“Hadis-hadis ini, meskipun semuanya tidak lepas dari komentar, namun gabungan semuanya menunjukkan bahwa hadis ini memiliki landasan. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mengamalkan hadis ini. Sedangkan Pendapat yang dipilih Bukhari, merupakan pendapat Malikiyah.
Qodli Iyadh – ulama syafiiyah – mengatakan: Dianjurkan bagi orang yang memiliki kemampuan, untuk mengadakan walimah selama tujuh hari. Ada juga yang mengatakan: (walimah selama tujuh hari) itu dilakukan dalam rangka adalah mengundang orang yang belum diundang di hari sebelumnya dan bukan mengundang ulang orang yang sudah datang di hari pertama, kedua, dst. Jika makruhnya mengadakan walimah di hari yang ketiga itu karena riya’, sum’ah, dan sombong maka demikian pula jika alasan itu ada pada hari yang keempat dan hari-hari setelahnya. Oleh karena itu, melakukan walimah lebih dari dua hari yang terjadi di masa sahabat, mungkin bisa dipahami ketika aman dari timbulnya perasaan riya’, sum’ah dan sombong.” (simak Fathul Bari 14/456).
Pendapat Al Hafidz Ibn hajar ini juga disetujui oleh As-Syaukani dalam Nailul Authar (10/130).
Kesimpulan:
Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih, beliau menyimpulkan tentang hukum mengadakan walimah lebih dari 2 hari, bahwa mengadakan walimah lebih dari dua hari hukumnya dibolehkan, jika memenuhi beberapa ketentuan berikut:
  1. Aman dari perasaan Sum’ah dan Riya’.
  2. Tidak disertai pemborosan atau sikap berlebih-lebihan.
  3. Dianjurkan agar tamu undangan untuk masing-masing hari berbeda. Artinya tamu untuk hari kedua bukan tamu yang hadir di hari pertama, dst. Wallahu a’lam.
(Fatawa Syabakah Islamiyah no. 75014)
Allahu a’lam

Rabu, 21 Agustus 2013

Hijab, I Love You





Inilah kisah yang mengawali aku mengenakan hijab. Saat itu, tahun 2003, awal aku kuliah. Di kampusku, sebagai mahasiswa baru yang beragama islam, diwajibkan untuk mengikuti kajian mingguan. Setiap mahasiswa baru membentuk beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri atas delapan orang. Dari kajian inilah aku belajar banyak mengenai ilmu agama. Memang saat SMA, aku hanya mendapatkan ilmu agama dari bangku sekolah, tapi dari kajian ini aku merasa aku baru mengenal agama yang ku anut dengan baik. Kami belajar membaca Al-qur’an, akhlak dan hijab. Di dalam kelompokku, ada dua orang yang belum mengenakan kerudung yaitu aku dan Rani. Keenam temanku lainnya telah memakai kerudung bahkan hijab yang lebar. Sifat dan kepribadian mereka pun sangat baik, mereka lembut dan halus. Lain halnya denganku, yang super cerewet dan bicaranya keras serta kasar. Kata orang jika aku bicara, maka jarak 10 meter itu masih terdengar jelas suaraku. Meskipun sifat dan kepribadianku bertolak belakang dengan mereka, mereka tetap memperlakukanku dengan baik. Bahkan murrobiku ”teh ina” dia terlihat begitu sangat menyayangiku. Kata beliau, aku ini lucu dan lugu. Karena hampir setiap hari aku berhasil mengocok semua perut teman-temanku dengan kejadian-kejadian lucu yang aku alami.
”regas itu lucu” kata Teh ina tersenyum
”teh ina bisa saja” jawabku malu
Teh ini sering mengajakku makan siang bersama, dan alangkah terkejutnya aku ketika hari ulang tahunku tiba. Tidak ada seorang temanku yang ingat, tetapi teh ina, entah tahu darimana, dia mengucapkan ”selamat ulang tahun kepadaku” dan memberiku sebuah kado. Saat itu, kami sedang menerima KHS semester 1.
”regas sini sebentar” kata teh ina melambaikan tangannya memanggilku
”iya teh” jawabku mendekati teh ina
”selamat ulang tahun ya. Teh ina punya hadiah untukmu” kata teh ina menyerahkan sebuah kado bersampul hati kepadaku.
”terima kasih teh” jawabku sumringah menerima kado dari teh ina
Setiba di kos, aku langsung membuka kado dari teh ina. Begitu ku buka, ternyata kado itu berisi sebuah buku tentang hijab dan dunia remaja. Isi buku itu benar-benar bagus. Namun, saat itu aku masih belum berminat untuk berhijab. Aku belum siap berhijab karena aku masih suka dengan pujian banyak orang tentang rambutku yang bagus, hitam legam, tebal, panjang dan berkilau.  Jika aku berhijab berarti semua orang tidak bisa melihat rambut indahku. Lagi pula, aku masih belum bisa mengubah karakterku menjadi karakter lembut dan sholehah seperti teh ina dan teman-temanku lainnya. Teh ina pun tidak pernah memaksaku untuk mengenakan hijab, dia hanya menasehati dengan suaranya yang lembut, bahwa ”seorang muslimah itu wajib berhijab”. Tapi kata-kata itu benar-benar belum masuk dalam otak dan hatiku dulu. Hanya sebatas masuk dan keluar saja tanpa peresapan lama dalam hatiku.

Kajian bersama teh Ina ini berlangsung selama enam bulan. Sebenarnya ada kelanjutannya, tapi aku tidak melanjutkannya. Aku belum siap untuk meneruskannya lebih dalam, bahkan berkecimpung di organisasi keislaman. Aku masih suka berjalan-jalan bersama teman-teman daripada mengikuti acara pengajian. Semakin lama hubunganku dengan teh ina pun semakin jauh, aku jarang bertemu dengan beliau, paling bertemu hanya sepintas lalu dan tersenyum.

Suatu ketika aku tanpa sengaja, saat mengikuti acara seminar. Aku bertemu dengan seorang ikhwan yang guanteng banget. Sebut saja namanya Akh Prio. Dia kakak kelas lain jurusan denganku. Dia sungguh mempesona hatiku. Bacaan Al-Qur’annya bagus sekali, orangnya yang bersih, tinggi besar. Benar-benar pria idamanku, aku pikir. Saat bertemu dia aku selalu melihat dia dengan seksama sampai tidak berkedip. Dalam hati aku berkata, ”sungguh senang ya jadi pacar dia”. Aku pun mencari banyak info tentang dia. Akhirnya berita aku suka dengan akh Prio terdengar oleh teh ina. Begitu mendengar berita itu, teh ina langsung menemuiku. Dia menanyakan kebenaran berita itu
”benar kamu suka ama Akh Prio?” tanya teh ina tiba-tiba
”eeh..gak kok teh” jawabku
”jaga pandangan yah” kata teh ina menasehati sambil memegang pundakku
”iya teh” jawabku singkat
Perkataan teh ina itu membuatku bertanya-tanya, ”apa sih yang dinamakan jaga pandangan itu? Bagaimana jaga pandangan itu”. Aku selalu bertanya-tanya. Sebenarnya aku ingin menanyakan kepada Teh Ina tetapi aku malu untuk menanyakannya. Aku pun mencari tahu sendiri.
Di sore hari, aku mendapatkan kabar kalau nenekku sakit masuk rumah sakit. Mendengar kabar itu aku langsung berniat pulang, tetapi hari sudah sangat sore. Aku minta tolong temanku untuk mengantarkanku ke terminal. Dia adalah teman laki-laki beda agama denganku. Di kesempatan itu, dia mengutarakan rasa sukanya kepadaku. Aku tidak menjawab pernyataannya, aku hanya berkata ”aku belum bisa menjawab saat ini. Karena aku harus pulang menemui nenekku”. Sebenarnya dia ingin mengantarkaku pulang ke rumah, tetapi aku menolaknya. Aku tidak mau melihat keluargaku tersentak dengan kehadirannya apalagi jika tahu dia memiliki agama yang berbeda dengan kami. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan keluargaku, terutama tanteku.

Begitu sampai di rumah sakit aku langsung menemui nenek yang sedang berbaring disana. Aku adalah cucu perempuan nenek yang paling dekat dan paling besar. ”mbah tidak apa-apa kok. Nanti juga sembuh. Jangan nangis ya” kata mbah menghiburku. Di suatu malam, saat aku sedang menemani mbah, tanteku berkata ”kenapa kamu tidak berhijab?”.
Aku menjawab sambil makan mie, ”aku belum siap tante”
”kenapa belum siap?” kata tante bertanya lagi
”sifat dan hatiku belum pantas untuk berkerudung tante. Masih terlalu banyak celah” kataku memberi alasan
”kalo menunggu hatimu dan sifatmu sempurna sampai kapan? Sampai kiamat?” kata tanteku memberi penjelasan
”gak juga sich tante. Tapi pokoknya aku belum siap tante” kataku
”kalo mau berkerudung jangan menunggu hatimu siap. Tapi sambil berjalan lah, berkerudung sambil memperbaiki diri. InsyaAlloh akan berjalan beriringan nanti” kata tanteku panjang lebar
Perkataan tanteku ini benar-benar masuk dalam hatiku. Hatiku menerima dengan baik perkataan tanteku. Dan benar-benar membuat aku tidak bisa tidur selama dua malam, memikirkan hal ini
”benar apa yang dikatakan tante? Kalo aku berkerudung menunggu sifatku seperti malaikat. Sampai kapan? Dari dulu belajar mengubah aja tidak bisa? Apakah sampai kiamat benaran?” kataku dalam hati sambil memutar-mutar guling.
”kalau sampai kiamat, berarti aku tidak pernah bisa berjilbab?”
”tapi kalau aku berjilbab rambutku tidak kelihatan? Tidak bakalan dipuji-puji orang lagi ya?” lanjutku
”terus kata orang-orang berkerudung itu panas dan gerah. Belum lagi katanya rambutnya jadi mudah berketombe dan rontok ” lanjutku lagi, rasanya ada setan yang membisikkan keraguan di hatiku.
”aku belum siap” kataku keras membangunkan ibuku yang tidur di sebelahku.
”tidur. Besok gantian tidur di rumah sakit menemani mbah” kata ibu menyuruhku tidur.

Keesokan paginya, tanpa sengaja aku mendengarkan pengajian di radio yang selalu disantap ibu untuk menemani beliau masak di dapur. Tema pengajian hari itu adalah tentang godhol bashor (menjaga pandangan). Setelah mendengarkan pengajian itu, aku berkata dalam hati ”oh begini yang dimaksud menjaga pandangan kata teh ina ya?”. ”aku tidak boleh menatap tajam kepada lawan jenis” lanjutku.

Kira-kira satu minggu full, aku menemani mbah di rumah sakit. Aku harus kembali ke kampus karena ulangan mid semester akan segera dimulai. Sesampai di kampus aku bertemu dengan akh Prio. Sepertinya akh Prio sudah tahu kalo aku menyukainya, dia benar-benar menundukkan saat berjumpa denganku. Saat itu pun aku bertemu dengan teh Ina, dia berkata  ”gimana sudah belajar jaga pandangan?” tanya Teh ina.
Pada kesempatan itulah aku bertanya kepada teh ina, ”belum teh. Teh, aku mau nanya-nanya boleh?” tanyaku kepada teh ini.
”tanya apa?” jawab teh ina ingin tahu apa yang mau aku tanyakan
”tentang jilbab” jawabku memberi tahu
”subhanalloh” kata teh ina lirih mendengarkan jawabanku.
Teh ina menjelaskan tentang hakikat berjilbab dalam pandangan islam untuk muslimah. Dia menjelaskan bahwa hijab itu memang merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang muslimah. Aku pun menjelaskan perkataan tanteku kepada teh ina. Teh ina pun menanggapinya dengan lembut
”iya benar tantemu, berkerudung itu tidak harus menunggu sampai sikap kita sempurna dulu” kata teh ina setelah mendengarkan perkataanku.
” Belum tentu teh ina yang berjilbab seperti ini teh ina sudah memiliki sikap bak malaikat. Teh ina juga masih belajar berjilbab” lanjut teh ina.
”tapi kalo aku berkerudung seperti teh ina. Aku belum sanggup” kataku
”pelan-pelan insyaAlloh nanti bisa. Sekarang belajar yang sederhana dulu ya, jangan penting kerudung itu harus mampu menutup aurat” kata teh ina menjelaskan
”iya teh” jawabku pendek

Saat itu pun aku menceritakan kepada teh ina, kalo aku memang benar menyukai akh prio. Teh ina cuma tersenyum menanggapi ceritaku, membuatku berkata
”tapi tidak mungkin akh prio suka ama aku ya teh” kataku kepada teh ina
”kok gitu?” jawab teh ina bertanya
”aku pikir akh prio pasti sukanya dengan wanita berkerudung lebar seperti teteh, tidak seperti aku” jawabku menjelaskan
”jodoh kita kan tidak tahu. Kalau kamu mau berjodoh dengan pria seperti akh prio. kamu  harus menjadi wanita sholehah” kata teh ina menjelaskan
”jodoh mba?” kataku bertanya
”iya, orang seperti akh prio tentu tidak ingin pacaran. Karena dalam islam, pacaran itu tidak ada kan”
”jadi langsung menikah yah mba?” tanyaku lagi
”iya. Kalau kamu mau berjodoh dengan pria seperti itu kamu harus memperbaiki diri. belajar berjilbab dan menundukkan pandangan juga ya” jawab teh ina kepadaku
”iya aku ingin punya suami seperti akh prio, suami sholeh yang ganteng” jawabku ceria
Setelah curhat dengan teh ina aku kembali pulang. Aku mencoba beberapa kerudung. Rasanya saat itu, keinginan ku untuk berkerudung benar-benar menggebu-gebu, walaupun karena termotivasi ingin menjadi istri dari seseorang yang aku sukai. Saat itu aku memakai kerudung, namun masih sebatas kerudung bisa, belum sebuah kerudung lebar seperti yang teh ina kenakan. Aku pun masih memakai celana bukan rok. Keesokan paginya, perubahanku mengenakan kerudung ternyata benar-benar mendapatkan sambutan yang baik dari semua teman-teman baik perempuan maupun laki-laki. Mungkin mereka berpikir, tidak akan ada lagi, wanita yang suka memamerkan rambut indahnya. Mereka mengucapkan selamat dan agar aku istiqomah dengan keputusanku.

Perjalanan setelah mengenakan kerudung benar-benar berat, kadang membuat aku ingin melepaskan kerudung ini. Dari mulai tidak bisa mengikat kerudung, membuat lamanya dandanku, sering telat dan panas. Tetapi aku berusaha tetap istiqomah. Lambat laun aku mencoba untuk belajar mengenakan jilbab lebar dan memakai rok. Rasanya hangat sekali saat aku mengenakannya. Aku pun sudah tidak terlalu menyukai akh prio, karena pada semester akhir dia telah memilih seorang akhwat untuk dia jadikan istri. Istrinya berkerudung lebar. Sejak saat itu aku mengistiqomahkan diri untuk berkerudung lebar, ”aku akan berusaha menjadi lebih baik agar Alloh SWT dengan laki-laki sholeh seperti akh prio” kataku dalam hati



Kamis, 15 Agustus 2013

Manfaat membaca

Membaca setiap hari, pernahkah kita “mewajibkannya” pada diri sendiri?

Untuk sampai pada tahap itu, setidaknya, kita memiliki latar belakang, bukan? Artinya, proses untuk mengubah gaya hidup tidaklah sesederhana menyodorkan gagasan, lalu kita dapat dengan riang gembira melakukannya. Terkait membaca, prosesnya mungkin lebih lama. Proses untuk menjadikannya bagian dari hidup kita, sebagaimana halnya makan dan minum, surfing internet, chatting dengan teman, berbelanja, dan macam lainnya. Harus ada motivasi dosis tinggi. Harus ada yang menjadi basis pemikiran, hingga mau memutuskan demikian.

Haruskah kita membaca setiap hari? Jawabannya ada pada beberapa keuntungan yang kita bisa dapatkan dengan membaca. Mungkin pernah terlintas di dalam benak, mungkin juga tidak. Percayalah: ternyata banyak sekali keuntungan yang bisa didapat dengan membaca.

Tambah Cerdas
Tentu saja! Membaca, jelas, membantu dalam hampir setiap bidang kecerdasan. Para pembaca umumnya punya IPK lebih baik, dan memiliki wawasan umum lebih luas. Menurut Anne E. Cunningham, secara umum, membaca membuat kita lebih pintar. Seiring pertambahan usia, kita pun jadi lebih “tajam” dan matang. Tidak peduli apa yang Anda ingin lakukan, Anda tidak dapat melakukannya tanpa pengetahuan lebih. Membaca adalah salah satu cara terbaik untuk tahu cara mewujudkan mimpi-mimpi Anda. 

Kurangi Stres
Terutama bacaan fiksi, membantu kita meredakan atau mengendurkan otak yang dihantam realitas. Duduk sejenak, sandarkan punggung, dan membaca cerita-cerita yang ringan dapat membuat Anda santai.

Tingkatkan Analisa
Penelitian Cunningham telah menemukan bahwa berpikir analitis didorong oleh aktivitas membaca. Membaca meningkatkan pengetahuan umum mereka, dan terlatih untuk melihat pola bacaan atau konten tulisan dengan cepat. Jika Anda dapat melakukannya, kemampuan analisis Anda juga akan meningkat.
Perkaya Kosakata
Bukan rahasia lagi bahwa membaca meningkatkan kosakata dan meningkatkan ejaan Anda. Membaca memaksa kita untuk melihat kata-kata yang mungkin belum pernah lihat atau dengar. Bahkan, bahasa dalam buku-buku anak-anak cenderung lebih canggih dari percakapan rata-rata. Peningkatan kosakata sangat penting bagi blogger atau penulis. Semua penulis sukses akan menyarankan, untuk menulis dengan baik, kita harus dan perlu membaca. Setiap hari. Anda akan terkejut dengan kata-kata baru yang Anda mulai memasukkan ke dalam tulisan.

Peningkatan Memori
Dengan membaca, justru memori otak Anda bukan makin kronis, justru kian maksimal. Orang-orang yang menolak membaca akan mendapati otak mereka kian melemah dan, setelah bertahun-tahun dibiarkan demikian, mendadak lumpuh. Tak banyak berguna. Anda boleh saja jadi tua, tapi tidak semua orang tua itu pikun dan sia-sia. Kenyataannya, banyak orang yang makin tua makin jadi. Ibarat kelapa, yang makin tua, makin tambah santannya. Itulah para pembaca.
Ahli Menulis
Membaca memberi kita ide dan hal-hal baru yang menstimulan otak. Sedangkan menulis adalah kegiatan menuangkan isi kepala ke dalam tulisan. Apa yang membuat Anda berpikir, dengan membaca, Anda tidak akan pernah bisa menulis lebih baik? Kenyataannya, makin banyak yang Anda baca, makin menarik tulisan yang Anda akan hasilkan. Teruslah berlatih dan lihat keajaiban yang Anda sendiri tak sangka-sangka sebelumnya! [lifedev.net]

Selasa, 13 Agustus 2013

Budayakan mengantri

Seorang guru di Australia pernah berkata:

“Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”

“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Kerena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya.

Inilah jawabannya:

Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.
Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.
”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”

”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;”

Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.

dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.

Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”
Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.
Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.
dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan Kementrian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral?

Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia. Mari kita ajari generasi muda kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik..

Selasa, 06 Agustus 2013

Bangun Rumah = Proses Mental

Bangun Rumah = Proses Mental
Rumah merupakan bangunan tempat tinggal yang mutlak dimiliki oleh manusia untuk berteduh dan berinteraksi dengan keluarga. kebutuhan yang sangat pokok sekali bagi manusia. Sebagian orang mungkin akan beruntung dan bersyukur bisa diijinkan menikmati tempat perlindungan yang nyaman, teduh juga jauh dari terik matahari dan hujan.
Sebagian lagi mungkin belum begitu beruntung dan harus mengandalkan atap semi permanen untuk tempat berteduh dan beristirahat. Apapun bentuk bangunan yang disebut sebagai rumah, tentu memerlukan criteria yang pengerjaannya bisa selesai tepat waktu, hemat bahan, dan hasil yang nyaman memuaskan. Berikut adalah beberapa tahap yang harus dilakukan pemilki dalam merencanakan sebuah bangunan rumah.
Gambar Kerja
Gambar sebagai visualisasi rencana rumah yang akan dibangunkan sangat diperlukan untuk mendapatkan rumah idaman sesuai kebutuhan dan keinginan. Gambar rencana bisa diperoleh dari arsitek maupun kontraktor. Dengan gambar sebagai panduan dalam pekerjaan, maka pelaksana/pemborong bisa dengan mudah dan cepat membuat rumah yang diinginkan pemilik.
Yang menjadi gambar kerja / blueprint rumah terdiri dari :
  1. Denah
  2. Tampak bangunan (depan, belakang, samping kanan, dan samping kiri)
  3. Potongan (melintang dan membujur)
  4. Rencana struktur (pondasi, sloof, balok/kolom, ring balok, rencana atap)
  5. Instalasi listrik dan plafon
  6. Utilitas (air bersih, air kotor, dan limbah)
Setelah gambar kerja sudah selesai dan sesuai dengan apa yang diinginkan, RAB atau Rancangan Anggaran Biaya kemudian siap diperhitungkan. Dengan RAB kita akan mengetahui prediksi jumlah biata yang perlu disediakan sehingga tak terjadi kendala keuaangan di pertengahan saat proses pembangunan. RAB sendiri bisa diminta ke jasa arsitek atau perencana sebagai satu kesatuan dari gambar kerja. Namun hal ini tergantung Anda yang ingin satu paket atau terpisah. Seputar jasa dan biaya desainer interior dan arsitektur juga bisa lihat disini.
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Dalam mendirikan bangunan, legalitas yang diperlukan adalah Surat Izin Mendirikan Bangunan dari instansi pemerintah terbaik.
Tahap Memilih Kontraktor
Setelah memiliki gambaran terkait gambar kerja, mendapatkan Rancangan Anggaran Biaya, dan Izin Mendirikan Bangunan, langkah selanjutnya yaitu siapa yang akan melaksanakan proses pembangunan rumah. Tanggung jawab dalam proses pembangunan juga sangat besar sehingga diperlukan ketelitian saat memilih kontraktor. Mencari kontraktor yang kompeten dan berpengalaman dalam hal membangun rumah memang penting. Tak jarang ditemukan suatu pekerjaan rumah tidak berkualitas dan terbengkalai karena kontraktor pelaksana tidak bertanggung jawab.
Pelaksanaan di Lapangan
Selesai memilih kontraktor langkah selanjutnya adalah ikatan kontrak antara pemilik juga pelaksana. Setelah itu, sistem pelaksanaan pembangunan seperti borongan material dan tenaga seperti tenaga harian juga perlu dipertimbangkan. Untuk tenaga harian baiknya pekerja yang dipakai memiliki keahlian dan pengalaman, sehingga kualitas pekerjaan akan terus terjaga.
Gunakan time scheduled untuk mengontrol jalannya pembangunan. Dalam hal ini ketepatan waktu sangat diperlukan untuk menekan biaya pelaksanaan. Setiap tahapan bisa di delegasi kepada yang kompeten di bidangnya misalnya arsitek, kontraktor, buruh bangunan, kesiapan dana, dan legalitas bangunan.
Ternyata dari kesemua proses diatas dalam membangun rumah ada beberapa hal yang bsia diresapi sebagai sebuah pembelajaran mental yaitu :
  1. Membangun rumah memerlukan proses.
  2. Setiap prosesnya terkadang ada saja hambatan seperti cuaca, kenaikan harga material, tenaga kerja dan keuangan.
  3. Bangunan seperti apa yang dibangun merupakan mutlak keputusan Anda. Selesai kapan tentu Anda pula yang tentukan. Namun bila perencanaan telah dilakukan, yang terpenting adalah pelaksanaan.
  4. Membangun rumah, semoga saat rumah telah jadi dan beres, Anda sebagai pemilik rumah juga telah selesai membangun diri Anda tentunya untuk menyediakan tempat bagi kenyamanan Anda beserta keluarga.

Senin, 05 Agustus 2013

Doaku di penghujung Ramadhan 1434 H

Ya Allah berkahilah aku dalam ikhtiar untuk menjemput jodoh yang tertakdir untukku. Cukupkan kami bahwa hanya Engkau yang menjadi penjawab segala tanya dan penenang hatiku. Aku meyakini bahwa cinta itu datangnya dariMu, Allah. Dan akan Engkau hadirkan cinta itu untuk seseorang yang namanya sudah Engkau tulis di Lauhul Mahfuzh

Ya Allah...jikalau dia yang sedang ada dalam hatiku sekarang ini memanglah bukan yang Engaku takdirkan untukku, maka musnahkan dan buang perasaan itu, agar tidak semakin mengotori hati dan pikiranku, terutama agar tak membuat-Mu murka karenanya. Namun, jikalau dia memang yang Engkau takdirkan untukku, berikanlah kesabaran dan kekuatan dalam menghimpun keterserakan antar kami berdua. Berilah keyakinan, kesetiaan, lalu keberanian pada hati kai berdua

Ya Allah...jikalau suatu saat nanti aku bertemu dengan ia yang Engkau takdirkan untukku, yakinkan aku dengan membuat hatiku tidak tertarik kepada pria manapun dan tidak goyah karena alasan apapun.

Ya Allah...yakinkan hatiku dengan kesiapan, kerelaan dan keberanian untuk saling membuka, menerima dan menutup aib pada diri kami berdua. Yakinkan hatiku dengan membuat aku untuk tidak mencari-cari celah kekurangannya, seperti yang selama ini aku lakukan atas dasar penjagaan sesuai apa yang memang seharusnya.

Ya Allah...yakinkan hatiku...yakinkan hatiku...yakinkan hatiku dengan keyakinan atasMu yang lebih dari segalanya, agar tak mendahului apa yang telah Engkau tata, agar tak membuatMu murka atau RasulMu menitikkan air mata, atas apa yang tidak seharusnya.

Aku tak mau meminta segera, karena itu berarti aku telah memaksa Engkau untuk merombak yang sudah digariskan ketetapanMu. Aku juga tak mau berdoa secepatnya, karena siapa tahu saja aku telah mengatasnamakan niatan suci padahal mengenyampingkannya karena nafsu belaka. Aku tak mau meminta segera atau secepatnya, karena itu tergesa-gesa dan seolah memaksa. Aku hanya meminta kepadaMu untuk memberikan kesiapan dan kerelaan menerima, atas apa yang Kau gariskan untukku, agar aku senantiasa mensyukurinya.

Ya Allah, tunjukilah aku jalan menuju takdir terbaikMu. Sabarkan aku dalam penantian yang terus merindu ini.

Aamiin ya Rabb

ABI, AUGUST 2013

demi engkau, sebuah nama yang Tuhan jaga...penantian bukanlah suatu hal yang menyesakkan, melainkan sewujud rindu yang memahkotakan senyuman

demi engkau, sebuah nama yang Tuhan jaga....kesabaran bukanlah menantimu untuk menyatakan cinta, melainkan menanti Tuhan meleburkan kau dan aku dalam cintaNya

demi engkau, sebuah nama yang Tuhan jaga....aku tetaplah utuh sebagai seorang munfarid, hanya hingga restu Tuhan tercipta untuk berjamaah denganmu...engkau, sebuah nama yang selama ini Tuhan jaga

yang ku rangkau dalam setiap memori yang terdistorsi selama ini
yang meluputkan sejenak ingatan pertemuan kita sebelum terlahir ke dunia

engkau, sebuah nama yang selama ini Tuhan jaga