Langsung ke konten utama

MALU YANG BENAR DAN POSITIF



Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam melewati seorang lelaki yang sedang menasehati saudaranya agar meninggalkan sifatnya yang pemalu.

Lelaki tersebut mengira bahwa sifatnya yang pemalu itu dapat menjadi beban dan menghalanginya dr berbagai peluang sukses.

Mengetahui sikap sahabatnya ini, nabi bersabda:
"دَعْهُ فإن الحياء من الإيمان
Biarkanlah dia , karena sejatinya rasa malu adalah bagian dari iman. (Ibnu Hibban dan lainya)

Saudaraku, mungkin anda heran, mengapa rasa malu dianggap sebagai bagian dr iman, ppadahal mungkin menurut anda rasa malu sepantasnya ditinggalkan.

Saudaraku! Selama ini, rasa malu merupakan motivasi dalam hidup yg sering kita lupakan. Bukan hanya dilupakan, bahkan dalam banyak kesempatan rasa malu dianggap sebagai kambing hitam atas kegagalan anda.

Saudaraku! coba renungkan baik2: bila anda benar2 malu untuk meminta-minta, maka hanya ada satu solusi yaitu berkarya dengan maksimal agar dapat mencukupi diri sendiri dan juga bersedekah.

Bila anda tidak ingin dipermalukan orang lain niscaya anda menjaga kehormatan diri anda sehingga tidak melakukan hal2 nista dan hina.

Bila anda benar2 memiliki rasa malu, niscaya anda menutup aurat anda dr pandangan semua orang yang tidak halal memandangnya.

Bila anda benar2 malu, niscaya anda belajar dengan sungguh2 sehingga tidak diperolok-olok orang lain

Bila anda benar2 malu maka anda pasti selalu berkata jujur, agar tidak dijuluki orang lain sebagai pendusta, atau penipu.

Wajar bila Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ
Rasa malu tidaklah mendatangkan selain kebaikan. (Muslim)

Ustadz Dr.Muhammad Arifin Badri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...

Kebijakan Publik yang Bermodel Inkremental

Oleh : Regas Febria Yuspita Model inkremental muncul merupakan kritik terhadap model rasional. Model incremental ini digunakan untuk menambah, mengurangi dan menyempurnakan program-program yang telah ada sebelumnya. Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan, yaitu: 1.       Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan. 2.       Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya 3.       Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi kepentingan tertentu 4.       Menghindari konflik jika harus melakukan proses n...