Langsung ke konten utama

"Menemukan Kembali Diri Sendiri"

Aku masih ingat hari itu, ketika suamiku, Fahri, berangkat ke luar kota untuk urusan kerja. Aku merasa ada yang tidak beres, karena beberapa hari terakhir ini Fahri terlihat sangat sibuk dan tidak pernah memberitahu aku tentang apa yang sebenarnya dia lakukan.

 

 

 

Aku memutuskan untuk mengikuti Fahri secara diam-diam, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku menginap di hotel yang sama dengan Fahri, dan aku memantau gerak-geriknya dari jauh.

 

 

 

Suatu malam, aku melihat Arin sedang kencan bersama seorang perempuan cantik di restoran hotel. Aku merasa sakit hati dan marah, tapi aku tidak ingin menunjukkan diri aku kepada Fahri. Aku memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka dari jauh.

 

 

 

"Kamu sangat cantik malam ini, Nadia," kata Fahri dengan suara yang manja.

 

 

 

"Terima kasih, sayang," jawab Nadia dengan senyum yang manis. "Aku sangat senang bisa bertemu dengan kamu lagi."

 

 

 

Aku merasa sakit hati mendengar percakapan mereka. Aku tidak bisa percaya bahwa suamiku bisa berselingkuh dengan perempuan lain.

 

 

 

"Kamu tidak pernah memberitahu aku tentang istri kamu, Fahri," kata Nadia dengan nada yang penasaran.

 

 

 

"Aku tidak ingin kamu tahu tentang itu, Nadia," jawab Fahri dengan suara yang pelan. "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu."

 

 

 

Aku merasa marah dan sakit hati mendengar percakapan mereka. Aku tidak bisa percaya bahwa suamiku bisa berbohong kepada aku dan berselingkuh dengan perempuan lain. Aku memutuskan untuk kembali ke hotel aku dan memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

****

Aku masih ingat hari itu, ketika suamiku, Fahri, berangkat ke luar kota untuk urusan kerja. Aku merasa ada yang tidak beres, karena beberapa hari terakhir ini Fahri terlihat sangat sibuk dan tidak pernah memberitahu aku tentang apa yang sebenarnya dia lakukan.

 

 

 

Aku memutuskan untuk mengikuti Fahri secara diam-diam, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku menginap di hotel yang sama dengan Fahri, dan aku memantau gerak-geriknya dari jauh.

 

 

 

Suatu malam, aku melihat Fahri sedang kencan bersama seorang perempuan cantik di restoran hotel. Aku merasa sakit hati dan marah, tapi aku tidak ingin menunjukkan diri aku kepada Fahri. Aku memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka dari jauh.

 

 

 

"Kamu sangat cantik malam ini, Nadia," kata Fahri dengan suara yang manja.

 

 

 

"Terima kasih, Fahri," jawab Nadia dengan senyum yang manis. "Aku sangat senang bisa bertemu dengan kamu lagi."

 

 

 

Aku merasa sakit hati mendengar percakapan mereka. Aku tidak bisa percaya bahwa suamiku bisa berselingkuh dengan perempuan lain.

 

 

 

"Kamu tidak pernah memberitahu aku tentang istri kamu, Fahri," kata Nadia dengan nada yang penasaran.

 

 

 

"Aku tidak ingin kamu tahu tentang itu, Nadia," jawab Fahri dengan suara yang pelan. "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu."

 

 

 

Aku merasa marah dan sakit hati mendengar percakapan mereka. Aku tidak bisa percaya bahwa suamiku bisa berbohong kepada aku dan berselingkuh dengan perempuan lain. Aku memutuskan untuk kembali ke hotel aku dan memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

****

Saat itu, aku sedang berdiri di dekat restoran hotel, masih terkejut dengan apa yang aku lihat. Tiba-tiba, seorang laki-laki mendekatiku dan memandangku dengan mata yang tidak sopan. Aku merasa tidak nyaman dan marah karena dia berbuat tak senonoh pada ku.

 

 

 

"Hey, kamu sangat cantik malam ini," katanya dengan suara yang tidak sopan.

 

 

 

Aku merasa marah dan tidak ingin mendengar kata-katanya lagi. Aku pun teriak, "Pergi! Jangan ganggu aku!"

 

 

 

Temanku yang berdiri di sebelahku mencoba melarangku berteriak, karena takut ketahuan suamiku. Tapi aku tidak peduli. Aku terus berteriak, sampai suamiku dan selingkuhannya mendengar teriakanku.

 

 

 

Mereka berdua memandangku dengan mata yang terkejut. Suamiku, Fahri, terlihat sangat kaget dan tidak percaya bahwa aku berada di sana. Aku mendekat ke mereka dan memperkenalkan diri sebagai istri dari Fahri.

 

 

 

"Aku adalah istri Fahri," kataku dengan suara yang teguh. "Dan aku tahu apa yang kalian lakukan malam ini."

 

 

 

Fahri dan Nadia terlihat sangat terkejut dan tidak tahu apa yang harus mereka katakan. Aku bisa melihat rasa bersalah di wajah mereka. Aku merasa sakit hati, tapi aku juga merasa lega karena aku akhirnya tahu kebenaran tentang suamiku.

****

Aku masih ingat hari itu, ketika aku meminta cerai kepada suamiku, Fahri. Aku sudah tidak bisa lagi menahan sakit hati dan kekecewaan yang aku rasakan karena perselingkuhannya.

 

 

 

"Aku ingin cerai," kataku dengan suara yang teguh.

 

 

 

Fahri terlihat terkejut dan tidak percaya. "Apa? Kenapa kamu ingin cerai?" tanyanya dengan suara yang tidak sabar.

 

 

 

"Aku sudah tidak bisa lagi menahan sakit hati dan kekecewaan yang aku rasakan karena perselingkuhanmu," jawabku dengan suara yang stabil.

 

 

 

Fahri mencoba memujukku untuk tidak meminta cerai. "Aku minta maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku cinta kamu dan aku tidak ingin kehilangan kamu."

 

 

 

Tapi aku sudah tidak percaya lagi pada kata-katanya. Aku sudah terlalu banyak sakit hati dan kekecewaan yang aku rasakan karena perselingkuhannya.

 

 

 

"Aku tidak bisa lagi percaya pada kamu," kataku dengan suara yang teguh. "Aku ingin cerai dan aku tidak akan berubah pikiran."

 

 

 

Fahri terlihat sangat marah dan kecewa. "Kamu tidak bisa meminta cerai begitu saja," katanya dengan suara yang keras. "Kita harus membicarakan hal ini lebih lanjut."

 

 

 

Tapi aku sudah tidak mau lagi membicarakan hal ini. Aku sudah memutuskan untuk meminta cerai dan aku tidak akan berubah pikiran. Aku berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan Fahri yang masih terlihat marah dan kecewa.
****

"Aku tidak mau bercerai karena aku masih cinta kamu," kata Fahri dengan suara yang lembut. "Tapi, aku juga tidak bisa menyangkal bahwa aku telah berselingkuh. Aku tahu itu salah, tapi aku tidak bisa mengendalikan diri aku."

 

 

 

"Aku tidak percaya kamu," kataku dengan suara yang keras. "Kamu bilang kamu masih cinta aku, tapi kamu bisa berselingkuh dengan perempuan lain. Itu tidak masuk akal."

 

 

 

Fahri terlihat sangat kesal dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. "Aku tahu aku salah, tapi aku tidak bisa mengubah masa lalu. Aku hanya bisa berjanji bahwa aku tidak akan melakukannya lagi."

 

 

 

"Aku tidak percaya janji kamu," kataku dengan suara yang teguh. "Aku sudah terlalu banyak sakit hati dan kekecewaan yang aku rasakan karena perselingkuhanmu. Aku tidak bisa lagi percaya pada kamu."
****

"Aku tidak percaya kamu akan berubah," kataku dengan suara yang teguh. "Orang yang selingkuh tidak akan pernah berubah. Mereka hanya akan terus mencari alasan untuk membenarkan tindakan mereka."

 

 

 

Fahri terlihat sangat kesal dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. "Aku tidak sama dengan orang lain," katanya dengan suara yang lembut. "Aku berjanji aku akan berubah."

 

 

 

"Tapi, janji kamu tidak berarti apa-apa bagi aku," kataku dengan suara yang keras. "Aku sudah terlalu banyak sakit hati dan kekecewaan yang aku rasakan karena perselingkuhanmu. Aku tidak bisa lagi percaya pada kamu."

 

 

 

Fahri terlihat sangat sedih dan kecewa, tapi aku tidak peduli. Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi percaya pada dia. Aku ingin melanjutkan hidup aku tanpa dia.
***

Aku berjalan keluar dari rumah, meninggalkan Fahri yang masih terlihat sedih dan kecewa. Aku tidak menoleh ke belakang, karena aku tahu bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat.

 

 

 

Aku berjalan ke tempat parkir dan naik ke mobilku. Aku memulai mesin dan berangkat dari rumah, meninggalkan kenangan dan sakit hati di belakang.

 

 

 

Aku merasa lega dan bebas, karena aku telah meninggalkan seseorang yang tidak mencintai aku dengan tulus. Aku tahu bahwa aku masih memiliki banyak hal yang harus aku lakukan, tapi aku siap untuk melanjutkan hidup aku dan mencari kebahagiaan yang sebenarnya.

 

 

 

Aku berhenti di sebuah kafe di tengah jalan dan memesan secangkir kopi. Aku duduk di sebuah meja dan memandang ke luar jendela, merenungkan tentang apa yang telah terjadi.

 

 

 

Aku merasa sedih, tapi aku juga merasa lega. Aku tahu bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat, dan aku siap untuk melanjutkan hidup aku dengan lebih baik.
****

Aku memasuki rumah orang tuaku, merasa lega dan aman. Bapak dan kakakku langsung menyambutku dengan wajah yang marah.

 

 

 

"Kamu sudah tahu tentang Fahri, kan?" tanya Bapak dengan suara yang keras.

 

 

 

Aku mengangguk, merasa sedih dan kecewa. "Aku sudah tahu, Bapak. Aku tidak bisa lagi hidup dengan dia."

 

 

 

Kakakku langsung memelukku, menunjukkan dukungannya. "Kami semua mendukungmu, Adik. Fahri tidak pantas untukmu. Dia tidak pernah menafkahimu dengan baik."

 

 

 

Bapak juga menyetujui. "Benar, Fahri tidak pernah menafkahimu dengan baik. Uang hasil kerjanya hanya untuk dia sendiri dan ibunya saja. Kami tidak pernah menyukai Fahri, karena kami tahu bahwa dia bukan laki-laki baik."

 

 

 

Aku merasa lega dan berterima kasih kepada keluargaku yang mendukungku. Aku tahu bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat, dan aku siap untuk melanjutkan hidup aku tanpa Fahri.
***

Aku merasa ngeri ketika aku ingat bahwa keluarga Fahri juga seorang mafia. Aku tidak pernah tahu tentang hal ini sebelumnya, tapi setelah aku menikah dengan Fahri, aku mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan keluarganya.

 

 

 

Mereka memiliki pengaruh yang besar dan bisa membuat orang lain takut. Aku sendiri juga merasa takut ketika aku berada di dekat mereka.

 

 

 

Bapakku juga mengetahui tentang hal ini dan dia sangat khawatir tentang keselamatanku. "Kamu harus berhati-hati, anakku," katanya. "Keluarga Fahri tidak bisa dipercaya. Mereka bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka."

 

 

 

Aku mengangguk, merasa sedih dan takut. Aku tidak pernah tahu bahwa aku telah menikah dengan seseorang yang memiliki keluarga seperti itu. Tapi sekarang, aku telah memutuskan untuk meninggalkan Fahri dan melanjutkan hidup aku tanpa dia. Aku siap untuk menghadapi apa saja yang akan terjadi selanjutnya.
****

Aku merasa lega dan bebas ketika sidang cerai kami berakhir. Setelah semua drama dan pengancaman yang aku hadapi, aku akhirnya bisa melanjutkan hidup aku tanpa Fahri.

 

 

 

Sidang cerai itu sendiri sangat menegangkan. Fahri dan keluarganya mencoba untuk mengancam dan memaksa aku untuk tidak menceraikan Fahri. Tapi aku tidak gentar. Aku tahu bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat, dan aku siap untuk melawan apa saja yang akan terjadi.

 

 

 

Hakim akhirnya memutuskan bahwa perceraian kami diterima. Aku merasa lega dan bebas ketika aku mendengar keputusan itu. Aku tahu bahwa aku telah memulai babak baru dalam hidup aku, dan aku siap untuk melanjutkan hidup aku dengan lebih baik.

 

 

 

Aku keluar dari ruang sidang dengan perasaan lega dan bebas. Aku tahu bahwa aku telah melewati masa yang sulit, tapi aku juga tahu bahwa aku telah menjadi lebih kuat dan lebih bijak karena itu. Aku siap untuk melanjutkan hidup aku dan mencari kebahagiaan yang sebenarnya.
****

Perjalanan sidang cerai kami sangatlah panjang dan melelahkan. Semua dimulai ketika aku mengajukan gugatan cerai kepada Fahri. Aku harus mengumpulkan semua bukti dan dokumen yang diperlukan untuk mendukung gugatan aku.

 

 

 

Setelah itu, aku harus menghadapi Fahri dan keluarganya di pengadilan. Mereka mencoba untuk mengancam dan memaksa aku untuk tidak menceraikan Fahri.

 

 

 

"Hai, kamu tidak bisa menceraikan aku!" kata Fahri dengan suara yang keras. "Kamu harus tetap bersama aku!"

 

 

 

"Aku tidak mau lagi bersama kamu, Fahri," jawabku dengan suara yang teguh. "Kamu telah berselingkuh dan mempermalukan aku di depan semua orang. Aku tidak bisa lagi percaya pada kamu."

 

 

 

Fahri terlihat sangat marah dan mencoba untuk memukul aku, tapi aku berhasil menghindar.

 

 

 

Sidang pertama kami berlangsung sangat tegang. Fahri dan keluarganya mencoba untuk mempermalukan aku di depan hakim dan semua orang yang hadir.

 

 

 

"Kamu adalah seorang istri yang tidak baik!" kata ibu Fahri dengan suara yang keras. "Kamu tidak bisa menjaga suamimu dengan baik!"

 

 

 

"Aku tidak bisa menjaga suamiku karena dia telah berselingkuh!" jawabku dengan suara yang teguh. "Aku tidak bisa lagi percaya pada dia."

 

 

 

Hakim terlihat sangat serius dan mencoba untuk memahami situasi kami.

 

 

 

Setelah sidang pertama, kami harus menunggu beberapa minggu untuk sidang berikutnya. Selama itu, Fahri dan keluarganya terus mencoba untuk mengancam dan memaksa aku untuk tidak menceraikan Fahri.

 

 

 

Tapi aku tidak gentar. Aku tahu bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat, dan aku siap untuk melawan apa saja yang akan terjadi.

 

 

 

Sidang berikutnya berlangsung sangat panjang dan melelahkan. Kami harus berdebat tentang semua aspek perceraian, termasuk hak asuh anak, pembagian harta, dan lain-lain.

 

 

 

Tapi aku tetap tenang dan menjawab semua pertanyaan hakim dengan jujur dan terbuka.

 

 

 

Setelah beberapa sidang, akhirnya hakim memutuskan bahwa perceraian kami diterima.

 

 

 

"Aku memutuskan bahwa perceraian kamu diterima," kata hakim dengan suara yang serius. "Kamu berdua harus membagi harta dan mengatur hak asuh anak."

 

 

 

Aku merasa lega dan bebas ketika aku mendengar keputusan itu. Aku tahu bahwa aku telah melewati masa yang sulit, tapi aku juga tahu bahwa aku telah menjadi lebih kuat dan lebih bijak karena itu.

 

.
****

Beberapa bulan setelah cerai, aku mendengar kabar bahwa Fahri tetap berhubungan dengan selingkuhannya, Nadia. Aku tidak terkejut, karena aku sudah tahu bahwa Fahri tidak akan berubah.

 

 

 

Tapi yang membuat aku sedih adalah ketika aku mendengar bahwa Fahri dan Nadia berencana untuk menikah. Aku merasa seperti ada yang menusuk hati aku. Aku tidak bisa percaya bahwa Fahri bisa melupakan aku begitu cepat dan memilih untuk menikah dengan selingkuhannya.

 

 

 

Aku merasa sedih dan kesepian. Aku masih sendiri, tidak memiliki siapa-siapa untuk berbagi perasaan aku. Aku merasa seperti aku telah kehilangan segalanya.

 

 

 

Tapi kemudian aku ingat bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat dengan menceraikan Fahri. Aku tidak ingin lagi hidup dengan seseorang yang tidak mencintai aku dengan tulus.

 

 

 

Aku mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk melupakan Fahri dan Nadia. Aku fokus pada diri aku sendiri, mencoba untuk membangun kembali hidup aku dan mencari kebahagiaan yang sebenarnya.

 

 

 

Aku tahu bahwa aku masih memiliki jalan panjang untuk dilalui, tapi aku siap untuk menghadapi apa saja yang akan terjadi. Aku yakin bahwa aku akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya, dan aku tidak akan pernah melupakan pelajaran yang aku dapatkan dari pengalaman aku dengan Fahri.

****

Aku tidak percaya ketika aku menerima undangan pernikahan Fahri dan Nadia. Aku merasa seperti ada yang menusuk hati aku. Bagaimana mereka bisa berpikir bahwa aku akan hadir di pernikahan mereka?

 

 

 

Aku merasa sedih dan kesepian. Aku tidak bisa percaya bahwa Fahri bisa melupakan aku begitu cepat dan memilih untuk menikah dengan selingkuhannya.

 

 

 

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Sebagian dari aku ingin menghadiri pernikahan mereka hanya untuk menunjukkan bahwa aku sudah melupakan mereka. Tapi sebagian lain dari aku tidak ingin menghadiri pernikahan mereka karena aku tidak ingin melihat Fahri dan Nadia bersama.

 

 

 

Aku memutuskan untuk tidak menghadiri pernikahan mereka. Aku tidak ingin melihat mereka bersama dan aku tidak ingin memberikan mereka kepuasan bahwa aku masih peduli dengan mereka.

 

 

 

Aku memilih untuk fokus pada diri aku sendiri dan mencari kebahagiaan yang sebenarnya. Aku tidak ingin lagi terjebak dalam masa lalu dan aku ingin melanjutkan hidup aku dengan lebih baik.

****

Dr. Aryo. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan ketika aku pertama kali bertemu dengan Dr. Aryo. Aku merasa sedikit terkejut karena aku tidak tahu bahwa bapakku telah menjodohkanku dengan dia.

 

 

 

Dr. Aryo adalah seorang laki-laki yang tampan dan kaya, seperti yang bapakku katakan. Dia memiliki senyum yang manis dan mata yang tajam. Aku merasa sedikit malu ketika aku pertama kali bertemu dengan dia.

 

 

 

"Selamat pagi," kata Dr. Aryo dengan senyum yang manis. "Aku senang sekali bertemu dengan kamu."

 

 

 

Aku merasa sedikit terkejut karena dia sangat sopan dan ramah. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, jadi aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat pagi.

 

 

 

Bapakku memperkenalkan kami berdua dan memberitahu kami bahwa kami harus berbicara lebih banyak. Aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi aku mencoba untuk berbicara dengan Dr. Aryo.

 

 

 

Kami berbicara tentang berbagai hal, dari pekerjaan kami hingga hobi kami. Aku merasa sedikit lebih nyaman ketika aku berbicara dengan Dr. Aryo. Dia sangat sopan dan ramah, dan aku merasa seperti aku bisa berbicara dengan dia tentang apa saja.

 

 

 

Tapi aku masih tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu apakah aku siap untuk menjalin hubungan dengan Dr. Aryo, atau apakah aku hanya ingin berbicara dengan dia sebagai teman. Aku memutuskan untuk tidak terburu-buru dan hanya menikmati waktu yang aku habiskan dengan Dr. Aryo.
****

Aku merasa sedikit tidak nyaman ketika aku berada di dekat Dr. Aryo. Aku merasa seperti aku tidak setara dengan dia, karena aku tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sama seperti dia. Aku juga merasa tidak cantik seperti yang aku pikir Dr. Aryo inginkan.

 

 

 

Aku mulai memperhatikan cara Dr. Aryo berbicara dengan aku. Dia selalu sopan dan ramah, tapi aku merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres. Aku merasa seperti dia tidak benar-benar menyukai aku, tapi hanya berpura-pura untuk menyenangkan bapakku.

 

 

 

Aku mulai merasa sedikit tidak percaya diri. Aku merasa seperti aku tidak cukup baik untuk Dr. Aryo, dan bahwa aku hanya akan menjadi beban baginya. Aku mulai mempertanyakan apakah aku benar-benar ingin menjalin hubungan dengan Dr. Aryo.

 

 

 

Tapi kemudian aku ingat kata-kata bapakku. "Aku ingin kamu bahagia, anakku. Aku ingin kamu menemukan seseorang yang mencintai kamu dengan tulus."

 

 

 

Aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan tentang apa yang Dr. Aryo pikir tentang aku. Aku memutuskan untuk fokus pada diri aku sendiri dan mencari kebahagiaan yang sebenarnya.
***

Suatu hari, aku sedang berbicara dengan Dr. Aryo di rumah bapakku. Kami sedang membicarakan tentang rencana kami untuk masa depan. Tiba-tiba, aku mendengar suara Nadia, selingkuhan Fahri, dari luar rumah.

 

 

 

"Aku tidak percaya kamu bisa melupakan aku begitu cepat, Fahri!" teriak Nadia.

 

 

 

Aku merasa sedikit terkejut dan tidak nyaman. Aku tidak ingin Nadia datang ke rumah bapakku dan membuat keributan.

 

 

 

Dr. Aryo juga terlihat tidak nyaman. "Apa yang terjadi?" tanya dia.

 

 

 

"Aku tidak tahu," jawabku. "Tapi aku tidak ingin Nadia datang ke sini dan membuat keributan."

 

 

 

Tiba-tiba, Nadia masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke arahku. "Kamu pikir kamu bisa bahagia dengan Dr. Aryo?" teriak dia. "Kamu tidak akan pernah bahagia dengan dia! Kamu hanya akan menjadi beban baginya!"

 

 

 

Aku merasa sedikit terkejut dan tidak nyaman. Aku tidak ingin Nadia membuat keributan di rumah bapakku.

 

 

 

Dr. Aryo langsung berdiri dan menghadapi Nadia. "Apa yang kamu inginkan?" tanya dia dengan suara yang keras.

 

 

 

Nadia terlihat sedikit terkejut, tapi dia tidak mundur. "Aku ingin kamu tahu bahwa aku masih mencintai Fahri!" teriak dia. "Dan aku tidak akan pernah membiarkan kamu memiliki dia!"

 

 

 

Aku merasa sedikit tidak nyaman dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya berdiri di sana dan memperhatikan konflik yang sedang terjadi.
****

Aku tidak percaya ketika aku melihat Nadia berdiri di depan rumahku. Aku merasa sedikit terkejut dan tidak nyaman.

 

 

 

"Apa yang kamu lakukan di sini, Nadia?" tanya aku dengan suara yang keras.

 

 

 

Nadia terlihat sedikit gugup, tapi dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya terus berbicara tentang bagaimana Fahri (yang dia pikir adalah Dr. Aryo) telah meninggalkannya dan tidak mencintainya lagi.

 

 

 

Aku merasa sedikit kesal. "Nadia, kamu salah alamat," kata aku. "Fahri tidak tinggal di sini, dan Dr. Aryo bukanlah Fahri."

 

 

 

Tapi Nadia tidak mendengarkan aku. Dia terus berbicara tentang bagaimana Fahri telah meninggalkannya, dan aku merasa sedikit tidak sabar.

 

 

 

"Maaf, Nadia, tapi kamu harus pergi dari sini," kata aku dengan suara yang keras. "Kamu tidak diundang ke sini, dan kamu tidak memiliki hak untuk berada di sini."

 

 

 

Nadia terlihat sedikit marah, tapi dia akhirnya pergi dari rumahku. Aku merasa sedikit lega, tapi aku juga merasa sedikit kasihan pada Nadia. Dia terlihat sangat tidak stabil dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.
****

Nadia terlihat sangat terkejut dan tidak percaya ketika aku mengatakan bahwa dia sudah menikah dengan Fahri. Dia terlihat seperti sedang mengalami shock.

 

 

 

"Apa... apa yang kamu bicarakan?" tanya Nadia dengan suara yang lemah.

 

 

 

"Kamu sudah menikah dengan Fahri bulan lalu," kata aku dengan suara yang keras. "Bagaimana bisa kamu bilang bahwa Fahri meninggalkanmu? Kamu tidak membuat sense, Nadia."

 

 

 

Nadia terlihat seperti sedang mengalami kesulitan untuk memahami apa yang sedang terjadi. Dia terlihat seperti sedang mengalami kehilangan ingatan atau sesuatu yang tidak beres.

 

 

 

"Aku... aku tidak ingat," kata Nadia dengan suara yang lemah.

 

 

 

"Aku tidak peduli apa yang kamu ingat atau tidak ingat," kata aku dengan suara yang keras. "Yang aku peduli adalah kamu tidak pernah lagi datang ke rumahku. Fahri sudah tidak ada hubungan apapun denganku, dan aku tidak ingin kamu membuat keributan di sini lagi."

 

 

 

Nadia terlihat seperti sedang mengalami kesulitan untuk memahami apa yang sedang terjadi, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin dia pergi dari rumahku dan tidak pernah lagi datang kembali.
***

Fahri terlihat sangat khawatir dan panik ketika aku bertanya tentang Nadia. "Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia," kata dia. "Dia tiba-tiba menghilang dari rumah kami dan aku tidak bisa menemukannya. Aku sudah mencari dia di mana-mana, tapi aku tidak bisa menemukannya."

 

 

 

Aku merasa sedikit terkejut karena Fahri tidak tahu apa yang terjadi dengan Nadia. "Bagaimana bisa dia datang ke rumahku?" tanya aku.

 

 

 

Fahri terlihat sangat malu dan tidak enak. "Aku tidak tahu," kata dia. "Mungkin dia masih memiliki perasaan terhadap kamu dan ingin mencari kamu."

 

 

 

Aku merasa sedikit kesal karena Fahri masih tidak bisa memahami bahwa Nadia sudah tidak memiliki perasaan terhadap aku lagi. "Fahri, kamu harus memahami bahwa Nadia sudah tidak memiliki perasaan terhadap aku lagi," kata aku. "Dia sudah menikah dengan kamu dan harus fokus pada hubungan kalian berdua."

 

 

 

Fahri terlihat sangat sedih dan tidak enak. "Aku tahu," kata dia. "Aku hanya ingin menemukan Nadia dan memastikan bahwa dia baik-baik saja."

 

 

 

Aku merasa sedikit kasihan pada Fahri karena dia terlihat sangat khawatir tentang Nadia. "Baiklah," kata aku. "Aku akan membantu kamu mencari Nadia. Tapi kamu harus memahami bahwa aku tidak memiliki perasaan terhadap Nadia lagi dan aku hanya ingin membantu kamu karena aku masih memiliki rasa kemanusiaan."
***

Nadia akhirnya pergi dari rumahku, tapi aku masih merasa tidak nyaman. Aku merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres dengan Nadia, dan aku khawatir bahwa dia akan membuat keributan lagi di masa depan.

 

 

 

Aku memutuskan untuk berbicara dengan Dr. Aryo tentang kejadian itu. Aku ingin tahu apa yang dia pikir tentang Nadia dan apa yang bisa aku lakukan untuk menghindari keributan lagi di masa depan.

 

 

 

Dr. Aryo mendengarkan cerita aku dengan sangat serius. "Aku pikir Nadia memiliki masalah mental yang serius," kata dia. "Dia tidak bisa membedakan antara realitas dan fantasi. Aku khawatir bahwa dia akan membuat keributan lagi di masa depan."

 

 

 

Aku merasa sedikit lega karena Dr. Aryo setuju dengan aku. Aku merasa seperti aku tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini.

 

 

 

"Apa yang bisa aku lakukan untuk menghindari keributan lagi di masa depan?" tanya aku.

 

 

 

"Aku pikir kamu harus berhati-hati dan tidak terlalu mempercayai Nadia," kata Dr. Aryo. "Jika dia datang ke rumahmu lagi, kamu harus langsung menghubungi polisi. Aku juga bisa membantu kamu untuk membuat rencana keamanan untuk menghindari keributan lagi di masa depan."

 

 

 

Aku merasa sedikit lebih aman karena Dr. Aryo siap membantu aku. Aku merasa seperti aku memiliki seseorang yang bisa aku percayai untuk membantu aku menghadapi masalah ini.
***
Beberapa hari kemudian nadia kembali menghilang. Fahri menghubungiku kembali..

Fahri terlihat sangat lega karena aku bersedia membantu dia mencari Nadia. "Terima kasih," kata dia. "Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu."

 

 

 

Aku dan Fahri kemudian memulai pencarian Nadia. Kami mencari dia di tempat-tempat yang biasa dia kunjungi, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa dia ada di sana.

 

 

 

Saat kami sedang mencari Nadia, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang Dr. Aryo. Aku merasa sedikit bersalah karena aku sedang membantu Fahri, tapi aku juga merasa bahwa aku harus membantu Fahri karena Nadia adalah istrinya.

 

 

 

Setelah beberapa jam mencari, kami akhirnya menemukan Nadia di sebuah taman yang jauh dari rumah kami. Dia terlihat sangat tidak enak dan tidak stabil.

 

 

 

"Fahri, aku tidak bisa melupakan kamu," kata Nadia dengan suara yang lemah.

 

 

 

Fahri terlihat sangat sedih dan tidak enak. "Nadia, aku sudah menikah dengan kamu," kata dia. "Aku tidak bisa melupakan kamu karena kamu adalah istriku."

 

 

 

Aku merasa sedikit tidak nyaman karena aku tidak ingin terlibat dalam masalah rumah tangga Fahri dan Nadia. Aku memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua dan kembali ke rumahku.
***

Aku terkejut ketika aku kembali ke rumahku dan menemukan Nadia duduk di sofa ruang tamu. Dia terlihat sangat tidak enak dan tidak stabil.

 

 

 

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya aku dengan suara yang keras.

 

 

 

Nadia tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya terus menatap ke arah aku dengan mata yang kosong.

 

 

 

Aku merasa sedikit tidak nyaman karena Nadia terus menatap aku dengan cara yang tidak biasa. Aku memutuskan untuk memanggil Fahri dan memberitahu dia bahwa Nadia ada di rumahku.

 

 

 

Saat aku sedang memanggil Fahri, Nadia tiba-tiba berdiri dan mendekati aku. "Aku tidak bisa melupakan kamu," kata dia dengan suara yang lemah.

 

 

 

Aku merasa sedikit terkejut karena Nadia tiba-tiba berbicara dengan cara yang tidak biasa. Aku memutuskan untuk menjauhkan diri dari Nadia dan menunggu Fahri datang untuk mengambilnya.
***

 

Aku merasa seperti aku sudah tidak bisa lagi menangani kejadian ini. Nadia terus datang ke rumahku, berbicara dengan cara yang tidak biasa, dan membuatku merasa tidak nyaman. Aku merasa seperti aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan situasi ini.

 

 

 

Saat Fahri datang untuk mengambil Nadia, aku langsung mengatakan kepadanya bahwa aku tidak bisa lagi menangani kejadian ini. "Fahri, aku tidak bisa lagi menangani kejadian ini," kata aku. "Nadia terus datang ke rumahku dan membuatku merasa tidak nyaman. Aku pikir dia perlu bantuan profesional."

 

 

 

Fahri terlihat sangat khawatir dan tidak enak. "Apa yang kamu maksud?" tanya dia.

 

 

 

"Aku maksud, Fahri, kamu harus memasukkan Nadia ke rumah sakit jiwa," kata aku dengan suara yang keras. "Dia tidak bisa lagi hidup sendiri dan membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi masalahnya."

 

 

 

Fahri terlihat sangat terkejut dan tidak percaya. "Tidak, tidak bisa," kata dia. "Nadia tidak gila, dia hanya... dia hanya tidak stabil."

 

 

 

Aku merasa sedikit kesal karena Fahri tidak mau mengakui bahwa Nadia membutuhkan bantuan profesional. "Fahri, aku tidak bisa lagi menangani kejadian ini," kata aku. "Kamu harus memasukkan Nadia ke rumah sakit jiwa, atau aku akan... aku akan tidak bisa lagi berteman dengan kamu."

 

 

 

Fahri terlihat sangat sedih dan tidak enak, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin Nadia mendapatkan bantuan yang dia butuhkan, dan aku tidak ingin lagi terlibat dalam masalah rumah tangga Fahri dan Nadia.

****

Aku merasa sangat marah dan tidak adil ketika aku ingat bahwa Nadia adalah pelakor dalam rumah tanggaku dulu dengan Fahri. Dia adalah orang yang telah merusak rumah tanggaku dan membuatku sangat menderita.

 

 

 

Tapi sekarang, dia memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa aku adalah pelakor dalam rumah tangga mereka? Aku tidak bisa mempercayai apa yang aku dengar.

 

 

 

"Aku tidak percaya kamu bisa berbicara seperti itu, Nadia," kata aku dengan suara yang keras. "Kamu adalah pelakor dalam rumah tanggaku dulu, dan sekarang kamu memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa aku adalah pelakor dalam rumah tangga kamu? Aku tidak bisa mempercayai kamu."

 

 

 

Nadia terlihat sangat tidak enak dan tidak bisa menjawab apa yang aku katakan. Aku merasa sangat puas karena aku telah mengatakan apa yang aku rasakan.

 

 

 

"Tidak ada lagi yang bisa kamu katakan, Nadia," kata aku. "Aku sudah tidak ingin lagi mendengar apa yang kamu katakan. Kamu hanya membuat aku marah dan tidak adil."
****

Fahri akhirnya memutuskan untuk memasukkan Nadia ke rumah sakit jiwa. Aku merasa lega karena akhirnya Nadia akan mendapatkan bantuan yang dia butuhkan.

 

 

 

Saat Fahri sedang membawa Nadia ke rumah sakit, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang apa yang telah terjadi. Aku merasa seperti aku telah melalui sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan.

 

 

 

Tapi aku juga merasa seperti aku telah belajar banyak dari pengalaman ini. Aku telah belajar bahwa aku harus lebih berhati-hati dalam memilih orang-orang yang aku percayai, dan aku harus lebih kuat dalam menghadapi tantangan-tantangan yang aku hadapi.

 

 

 

Saat aku sedang memikirkan tentang hal ini, aku mendengar suara pintu rumahku terbuka. Aku berpaling dan melihat Dr. Aryo berdiri di depan pintu.

 

 

 

"Hai," kata dia dengan senyum. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja."

 

 

 

Aku merasa sedikit terkejut karena Dr. Aryo tiba-tiba muncul di rumahku. Tapi aku juga merasa sedikit lega karena aku tahu bahwa aku bisa mempercayai dia.

 

 

 

"Aku baik-baik saja," kata aku dengan senyum. "Terima kasih atas perhatianmu."

****

Dr. Aryo masuk ke dalam rumahku dan duduk di sofa. "Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan Nadia," kata dia. "Aku mendengar bahwa Fahri memasukkannya ke rumah sakit jiwa."

 

 

 

Aku mengangguk. "Ya, itu benar," kata aku. "Nadia memiliki masalah mental yang serius dan Fahri memutuskan untuk memasukkannya ke rumah sakit jiwa."

 

 

 

Dr. Aryo mengangguk. "Aku pikir itu adalah keputusan yang tepat," kata dia. "Nadia membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi masalahnya."

 

 

 

Aku merasa sedikit lega karena Dr. Aryo setuju dengan keputusan Fahri. Aku juga merasa sedikit bersyukur karena aku telah memiliki Dr. Aryo sebagai teman yang bisa aku percayai.

 

 

 

"Terima kasih atas dukunganmu, Dr. Aryo," kata aku dengan senyum.

 

 

 

Dr. Aryo tersenyum kembali. "Aku selalu ada untukmu," kata dia. "Kamu adalah teman yang sangat penting bagiku."

 

 

 

Aku merasa sedikit hangat di hati karena Dr. Aryo mengatakan hal itu. Aku juga merasa sedikit yakin bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat dengan mempercayai Dr. Aryo.
***

Dr. Aryo dan aku terus berbicara tentang Nadia dan keputusan Fahri untuk memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Aku merasa sedikit lega karena aku telah memiliki seseorang untuk berbicara tentang hal ini.

 

 

 

Saat kami berbicara, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang bagaimana Dr. Aryo selalu ada untukku. Aku merasa sedikit bersyukur karena aku telah memiliki teman seperti dia.

 

 

 

"Dr. Aryo, aku ingin bertanya sesuatu," kata aku dengan suara yang lembut.

 

 

 

"Ya, apa itu?" tanya Dr. Aryo dengan senyum.

 

 

 

"Aku ingin tahu... apa kamu merasa ada sesuatu yang spesial antara kita?" tanya aku dengan suara yang lembut.

 

 

 

Dr. Aryo terlihat sedikit terkejut, tapi kemudian dia tersenyum. "Ya, aku merasa ada sesuatu yang spesial antara kita," kata dia dengan suara yang lembut.

 

 

 

Aku merasa sedikit hangat di hati karena Dr. Aryo mengatakan hal itu. Aku juga merasa sedikit yakin bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat dengan mempercayai Dr. Aryo.
***

Dr. Aryo dan aku terus berbicara tentang perasaan kita satu sama lain. Aku merasa sedikit gugup, tapi juga sangat bahagia karena aku telah menemukan seseorang yang bisa aku percayai dan yang juga memiliki perasaan yang sama terhadapku.

 

 

 

Saat kami berbicara, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang bagaimana aku telah melalui banyak hal untuk mencapai titik ini. Aku telah melalui kehilangan, kesedihan, dan kekecewaan, tapi aku juga telah menemukan kebahagiaan dan cinta.

 

 

 

"Dr. Aryo, aku ingin mengucapkan terima kasih atas segalanya," kata aku dengan suara yang lembut.

 

 

 

Dr. Aryo tersenyum dan mengambil tanganku. "Aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas segalanya," kata dia. "Aku sangat bahagia karena aku telah menemukanmu."

 

 

 

Aku merasa sedikit hangat di hati karena Dr. Aryo mengatakan hal itu. Aku juga merasa sedikit yakin bahwa aku telah menemukan seseorang yang sangat spesial dan yang akan selalu ada untukku.

***
Aku merasa sedikit terkejut ketika aku menyadari bahwa aku masih trauma menikah. Aku telah berpikir bahwa aku telah melalui semua kesedihan dan kekecewaan yang aku rasakan setelah pernikahan aku yang gagal, tapi ternyata aku masih memiliki luka yang belum sembuh.

 

Dr. Aryo melihat ekspresi aku dan langsung memahami apa yang aku rasakan. "Aku paham," kata dia dengan suara yang lembut. "Trauma tidak bisa sembuh dalam semalam. Aku akan selalu ada untukmu, tapi aku juga tidak ingin memaksa kamu untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak siap."

 

Aku merasa sedikit lega karena Dr. Aryo memahami aku. Aku juga merasa sedikit bersyukur karena aku telah memiliki seseorang yang bisa aku percayai dan yang tidak akan memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang aku tidak siap.

 

"Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyukaimu," kata Dr. Aryo dengan suara yang lembut. "Aku ingin kita bisa memiliki masa depan yang bahagia bersama, tapi aku juga tidak ingin memaksa kamu untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak siap."

 

Aku merasa sedikit hangat di hati karena Dr. Aryo mengatakan hal itu. Aku juga merasa sedikit yakin bahwa aku telah menemukan seseorang yang sangat spesial dan yang akan selalu ada untukku.

****
Aku merasa sedikit terkejut ketika aku menyadari bahwa aku masih trauma menikah. Aku telah berpikir bahwa aku telah melalui semua kesedihan dan kekecewaan yang aku rasakan setelah pernikahan aku yang gagal, tapi ternyata aku masih memiliki luka yang belum sembuh.

 

Dr. Aryo melihat ekspresi aku dan langsung memahami apa yang aku rasakan. "Aku paham," kata dia dengan suara yang lembut. "Trauma tidak bisa sembuh dalam semalam. Aku akan selalu ada untukmu, tapi aku juga tidak ingin memaksa kamu untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak siap."

 

Aku merasa sedikit lega karena Dr. Aryo memahami aku. Aku juga merasa sedikit bersyukur karena aku telah memiliki seseorang yang bisa aku percayai dan yang tidak akan memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang aku tidak siap.

 

"Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyukaimu," kata Dr. Aryo dengan suara yang lembut. "Aku ingin kita bisa memiliki masa depan yang bahagia bersama, tapi aku juga tidak ingin memaksa kamu untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak siap."

 

Aku merasa sedikit hangat di hati karena Dr. Aryo mengatakan hal itu. Aku juga merasa sedikit yakin bahwa aku telah menemukan seseorang yang sangat spesial dan yang akan selalu ada untukku.

***
Aku merasa sedikit terkejut ketika aku menyadari bahwa aku masih trauma menikah. Aku telah berpikir bahwa aku telah melalui semua kesedihan dan kekecewaan yang aku rasakan setelah pernikahan aku yang gagal, tapi ternyata aku masih memiliki luka yang belum sembuh.

 

Dr. Aryo melihat ekspresi aku dan langsung memahami apa yang aku rasakan. "Aku paham," kata dia dengan suara yang lembut. "Trauma tidak bisa sembuh dalam semalam. Aku akan selalu ada untukmu, tapi aku juga tidak ingin memaksa kamu untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak siap."

 

Aku merasa sedikit lega karena Dr. Aryo memahami aku. Aku juga merasa sedikit bersyukur karena aku telah memiliki seseorang yang bisa aku percayai dan yang tidak akan memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang aku tidak siap.

 

"Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyukaimu," kata Dr. Aryo dengan suara yang lembut. "Aku ingin kita bisa memiliki masa depan yang bahagia bersama, tapi aku juga tidak ingin memaksa kamu untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak siap."

 

Aku merasa sedikit hangat di hati karena Dr. Aryo mengatakan hal itu. Aku juga merasa sedikit yakin bahwa aku telah menemukan seseorang yang sangat spesial dan yang akan selalu ada untukku.
***
Aku dan Dr. Aryo terus berbicara tentang perasaan kita satu sama lain dan tentang trauma aku yang masih belum sembuh. Aku merasa sedikit lega karena aku telah memiliki seseorang yang bisa aku percayai dan yang tidak akan memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang aku tidak siap.

 

Saat kami berbicara, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang bagaimana aku ingin memiliki masa depan yang bahagia dengan Dr. Aryo. Aku ingin kita bisa memiliki hubungan yang sehat dan bahagia, tapi aku juga tidak ingin memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang aku tidak siap.

 

"Dr. Aryo, aku ingin bertanya sesuatu," kata aku dengan suara yang lembut.

 

"Ya, apa itu?" tanya Dr. Aryo dengan senyum.

 

"Aku ingin tahu... apakah kamu bisa menunggu aku sampai aku siap untuk memiliki hubungan yang lebih serius?" tanya aku dengan suara yang lembut.

 

Dr. Aryo terlihat sedikit terkejut, tapi kemudian dia tersenyum. "Aku akan menunggu kamu, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan," kata dia dengan suara yang lembut.
****

Aku dan Dr. Aryo memutuskan untuk pergi ke Bali. Kami ingin menikmati keindahan alam dan kebudayaan Bali yang unik.

 

Kami memesan villa yang indah di daerah Ubud, dengan pemandangan sawah yang hijau dan gunung yang menjulang tinggi. Villa tersebut memiliki kolam renang yang indah dan taman yang luas, sehingga kami bisa menikmati waktu santai kami dengan nyaman.

 

Saat kami tiba di Bali, kami langsung menuju ke villa kami. Kami menghabiskan waktu dengan berenang, berjalan-jalan di sekitar villa, dan menikmati makanan khas Bali yang lezat.

 

Pada malam hari, kami pergi ke daerah Kuta untuk menikmati suasana malam yang meriah. Kami berjalan-jalan di sepanjang pantai, menikmati musik dan tarian khas Bali, dan berbelanja souvenir.

 

Waktu liburan kami di Bali sangatlah indah dan menyenangkan. Kami bisa menikmati keindahan alam, kebudayaan, dan suasana malam yang meriah. Kami juga bisa menghabiskan waktu bersama dengan nyaman dan santai.
Saat kami sedang menikmati waktu liburan kami di Bali, Dr. Aryo tiba-tiba mengambil tanganku dan menatapku dengan mata yang penuh cinta.

 

"Aku ingin menghabiskan sisa hidupku dengan kamu," kata dia dengan suara yang lembut.

 

Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga sangat bahagia. Aku tahu bahwa aku juga memiliki perasaan yang sama terhadap Dr. Aryo.

 

"Aku juga ingin menghabiskan sisa hidupku dengan kamu," kata aku dengan suara yang lembut.

 

Dr. Aryo tersenyum dan mengambil cincin dari saku celananya. "Aku ingin kamu menjadi istriku," kata dia dengan suara yang lembut.

 

Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga sangat bahagia. Aku tahu bahwa aku telah menemukan orang yang tepat untuk aku.

 

"Ya, aku mau," kata aku dengan suara yang lembut.

 

Dr. Aryo tersenyum dan memasangkan cincin ke jari manisku. Kami berdua kemudian berpelukan dan menikmati waktu bersama dengan bahagia.
Setelah Dr. Aryo memasangkan cincin ke jari manisku, kami berdua langsung merencanakan pernikahan kami. Kami ingin memiliki pernikahan yang sederhana tapi romantis, dengan hanya orang-orang terdekat yang hadir.

 

Kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan di villa kami di Bali, dengan pemandangan sawah yang hijau dan gunung yang menjulang tinggi. Kami juga memutuskan untuk memiliki tema pernikahan yang sederhana tapi elegan, dengan warna putih dan hijau sebagai warna utama.

 

Saat hari pernikahan tiba, aku merasa sangat bahagia dan gembira. Aku tahu bahwa aku telah menemukan orang yang tepat untuk aku, dan aku tidak bisa menunggu untuk menghabiskan sisa hidupku dengan Dr. Aryo.

 

Pernikahan kami berlangsung dengan sangat lancar dan bahagia. Kami berdua saling berjanji untuk mencintai dan menghormati satu sama lain, dan kami juga saling berjanji untuk selalu bersama-sama dalam suka dan duka.

 

Setelah pernikahan, kami berdua langsung memulai hidup baru kami bersama. Kami memiliki rumah yang indah di Bali, dan kami juga memiliki rencana untuk memiliki anak-anak di masa depan.

 

Aku tahu bahwa hidupku akan selalu penuh dengan kebahagiaan dan cinta, karena aku telah menemukan orang yang tepat untuk aku.
Setelah beberapa tahun menikah, aku dan Dr. Aryo memiliki dua anak yang lucu dan sehat. Kami memiliki anak laki-laki yang bernama Arin dan anak perempuan yang bernama Aria.

 

Kami berdua sangat bahagia dengan keluarga kami yang baru. Kami memiliki rumah yang indah di Bali, dan kami juga memiliki waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu bersama keluarga kami.

 

Dr. Aryo masih bekerja sebagai dokter, tapi dia juga memiliki waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu bersama keluarga kami. Aku juga memiliki waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak kami dan mengurus rumah tangga kami.

 

Kami berdua sangat bahagia dengan kehidupan kami yang baru. Kami memiliki keluarga yang bahagia, rumah yang indah, dan waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu bersama.

 

Suatu hari, saat kami berdua sedang berjalan-jalan di pantai, Dr. Aryo mengambil tanganku dan menatapku dengan mata yang penuh cinta.

 

"Aku sangat bahagia dengan kehidupan kami yang baru," kata dia dengan suara yang lembut.

 

"Aku juga sangat bahagia," kata aku dengan suara yang lembut.

 

Kami berdua kemudian berpelukan dan menikmati waktu bersama dengan bahagia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...

"Skincare Safe Haven: BPOM dan Langkahnya Melawan Produk Berbahaya"

"Skincare Safe Haven: BPOM dan Langkahnya Melawan Produk Berbahaya" Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos., M.Si Pemilik Ragazza Charituy     Pendahuluan Industri skincare di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya merawat kesehatan kulit, permintaan konsumen terhadap produk skincare yang efektif dan aman semakin meningkat. Berbagai merek lokal dan internasional berlomba-lomba menawarkan produk-produk skincare yang menjanjikan berbagai manfaat bagi kulit, mulai dari pencerahan hingga anti-penuaan. Pada tahun 2025, pendapatan di pasar skincare Indonesia diperkirakan mencapai USD 2,94 miliar, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 4,55% (CAGR 2025-2030). Pada tahun 2022, pendapatan di sektor kecantikan dan perawatan diri mencapai USD 7,23 miliar atau setara dengan Rp 111,83 triliun. Selama pandemi COVID-19, penjualan produk skincare di Indonesia menunjukkan lonjakan drastis, dengan pen...