Langsung ke konten utama

Betty La Fea (Kisah Nyata)


Suasana di kelas XI begitu gaduh, rupanya saat itu guru Bahasa Indonesia tidak ada di kelas. Di dalam kelas sedang terjadi acara penembakan cinta salah satu siswa yang bernama Refi dan Adi. Refi adalah seorang gadis yang tidak cantik, dan tidak pintar. Sedangkan Adi adalah laki-laki yang tampan dan berprestasi. Ungkapan cinta itu membuat semua isi kelas bersorak sorai, mereka menyuruh Refi menerima cinta Adi. Refi sangat syok mendengarnya. Cukup lama Refi tidak menjawab, akhirnya mengatakan kalau dia menolak cinta Adi. Jawaban Refi itu membuat teman-teman dan Adi heran. Kemudian Adipun bertanya, ”Kenapa kamu menolakku?”



”Aku tidak mau dipermainkan” jawab Refi
”Siapa yang mempermainkanmu” kata Adi balik bertanya
”Aku jelek seperti Betty Lafea. Kamu tidak mungkin mencintaiku. Kamu hanya menjadikanku bahan taruhan kan” kata Refi menjelaskan panjang lebar.
”Itu tidak benar. Aku mencintaimu” kata Adi berusaha menyakinkan Refi
”Aku tidak percaya” jawab Refi keras
” Kenapa?” tanya Adi
” Karena kamu mengatakannya di depan umum” jawab Refi.



Tiba-tiba bu Guru Bahasa Indonesia datang, dan semua anak menghentikan kegaduhannya. Guru bahasa indonesia menyuruh anak-anak maju ke depan kelas membacakan puisinya. Adi maju ke depan kelas, dia membuat sebuah puisi yang berjudul mawar di rumahku. Adi menghampiri tempat duduk Refi dia memegang tangan Refi sambil membaca puisi. Tentu saja hal ini membuat teman-teman bersorak.

Acara penembakan adi menjadi buah bibir seluruh penghuni sekolah, mereka meledek setiap bertemu dengan Refi atau Adi. Sejak kejadian itu teman-teman perempuan Refi membencinya, mereka tidak percaya kalau Adi sang primadona sekolah mencintai Refi dan ditolak pula. Teman-teman laki-laki juga jijik melihatnya dan selalu mengacuhkannya. Bahkan sampai tersebar gosip yang tidak sedap kenapa Refi menolak Adi. Ternyata Adilah yang menyebarkan gosip bahwa dia sudah pernah melakukan hubungan suami istri dengan Refi. Gosip ini, membuat Refi marah kepada Adi. Adi mengatakan bahwa alasan dia menyebarkan gosip itu karena dia kecewa Refi telah menolak cintanya. Mendengarnya, Refi semakin marah dan mengatakan bahwa dia juga kecewa pada Adi karena Adi telah mengatakan hal yang tidak benar.

Hari ulang Tahun Refi yang ke-17 akan segera dilaksanakan. Refi mengundang semua teman termasuk Adi. Pada saat acara puncak, teman-teman membujuk Refi untuk memberikan potongan kue kepada Adi. Refipun menyuapi Adi. Entah kenapa perasaannya menjadi sangat bahagia ketika menyuapi Adi. Belum selesai acara suap-suapan, tiba-tiba seorang gadis menarik tangan Adi, dengan memandang tajam Refi. Gadis itu menjabat tangan Refi dan mengatakan ”kenalkan saya pacarnya Adi”. Mendengar perkataan gadis itu, mata Refi berkaca-kaca.

Seminggu setelah ultah Refi, Adi mengalami kecelakaan. Dia menabrak seorang gadis kecil sampai meninggal dunia, dan Adi harus dirawat di rumah sakit karena patah tulang. Refi pun menjenguk Adi. Melihat Refi mengunjunginya Adi senang sekali, Adi memperkenalkan Refi sebagai pacarnya kepada ibunya, kali ini Refi tidak marah, dia justru tersenyum manis pada ibunya Adi. Begitu juga dengan ibunya Adi. Ibu menyuruh Refi untuk menjenguk Adi, jika tidak menjenguk maka Ibu menelpon bahkan menjemput Refi. Hubungan Refi dan Adi menjadi semakin dekat. Suatu ketika, Adi meminta Refi menyuapinya. Awalnya Refi menolak, tapi akhirnya dia mau menyuapi Adi. Adi memegang tangan Refi ketika Refi sedang mengambil nasi di wajah Adi. Adi menatap tajam mata Refi. Dada Refi menjadi berdetak kencang. Pada kesempatan itu, Adi meminta maaf atas kejadian dahulu. Refi pun memaafkan Adi. Dengan masih memegang tangan Refi, Adi mengatakan
” Kalau sekarang aku memintamu menjadi pacarmu, apakah kau menerimanya?”.
Dengan tersenyum manis, Refi menjawab lirih ”iya”.
” kenapa kamu mencintaiku. Aku tidak cantik dan juga tidak pintar”
”Karena aku mencintai hatimu” jawab Adi tersenyum lebar.
Akhirnya mereka perpacaran,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...

Kebijakan Publik yang Bermodel Inkremental

Oleh : Regas Febria Yuspita Model inkremental muncul merupakan kritik terhadap model rasional. Model incremental ini digunakan untuk menambah, mengurangi dan menyempurnakan program-program yang telah ada sebelumnya. Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan, yaitu: 1.       Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan. 2.       Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya 3.       Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi kepentingan tertentu 4.       Menghindari konflik jika harus melakukan proses n...