Langsung ke konten utama

Jauhi Perbuatan Dosa

JAUHILAH PERBUATAN DOSA

Bismillahirrahmanirrahiim..
Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatu

Sahabat saudaraku fillah..menurut Abu Thalib Al-Makki dosa besar digolongkan dalam berbagai macam,yakni:

♥ Empat macam ada di dalam hati yang meliputi; syirik (menyekutukan)terhadap Allah dan tidak mau menjalankan perintah-Nya,terus menerus berbuat maksiat,putus asa dari rahmat-Nya dan merasa aman dari murka-Nya.

♥Empat macam ada pada lidah yang meliputi; bersaksi palsu,menuduh wanita baik-baik berbuat zina,sihir,bersumpah palsu yang dapat memutar balikkan kenyataan sehingga yang salah menjadi benar dan sebaliknya.

♥Tiga macam ada pada perut yang meliputi; meminum minuman keras dan berbagai macam obat yang memabukkan,memakan harta anak yatim secara semena-mena dan memakan riba.

♥Dua macam ada di kemaluan yakni ; berzina dan liwath (hubungan badan sejenis)

♥Dua macam ada di tangan yakni; membunuh dan mencuri.

♥Satu macam di kaki yakni; melarikan diri ketika berperang menghadapi musuh.

♥Satu macam ada di seluruh tubuh yakni; durhaka terhadap orang tua.

Saudaraku,jauhilah perbuatan dosa terutama dosa besar karena akan mendatangkan murka-Nya.Namun dosa kecil akan menjadi dosa besar apabila;dikerjakan terus menerus,dianggap remeh dan enteng tanpa perasaan berdosa ,tanpa penyesalan,memperlihatkan dan mempublikasikan perbuatan dosa kepada orang lain serta pelaku kejahatan adalah panutan yang diikuti perilakunya oleh orang lain.Untuk itu jauhilah dosa sekecil apapun karena tiada luput dari perhitungan Allah kecuali dengan bertaubat. “ Jauhilah dosa-dosa kecil,karena ssungguhnya dosa kecil itu terkumpul pada diri seseorang sehingga akan menghancurkannya (menjadi besar) [HR.Ahmad].

Sahabat Saudaraku fillah..Silakan di Tag/Share semua Untuk Umat dan Syiar Islam,,Bantu Tag Sahabat-sahabat yang lain…. Jazzakumullahu khayran wa Barakallahu fiikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...

Kebijakan Publik yang Bermodel Inkremental

Oleh : Regas Febria Yuspita Model inkremental muncul merupakan kritik terhadap model rasional. Model incremental ini digunakan untuk menambah, mengurangi dan menyempurnakan program-program yang telah ada sebelumnya. Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan, yaitu: 1.       Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan. 2.       Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya 3.       Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi kepentingan tertentu 4.       Menghindari konflik jika harus melakukan proses n...