Langsung ke konten utama

Wajah batin kita

WAJAH BATIN KITA

Kita berhias diri di hadapan cermin, Rasulullah SAW menganjurkan kita berdoa, “Ya Allah, sempurnakanlah akhlakku sepertimana Engkau sempurnakan kejadianku.” Secara tidak langsung doa ini mengajar kita bahwa nilai akhlak jauh lebih penting daripada rupa lahir kita.

Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Allah SWT tidak memandang rupa lahir kamu dan harta kekayaan kamu tetapi Allah memandang hati dan amalan kamu.” (Riwayat Muslim dan Ahmad).

Ini menunjukkan nilai seorang manusia bukan pada wajah lahirnya tetapi pada wajah batinnya. Ketika manusia jahiliah tenggelam dengan pelbagai kenikmatan dunia, Rasulullah SAW menyampaikan peringatan dan amaran daripada Allah bahwa kehidupan dunia tiada apa-apa nilai melainkan mata benda yang menipu daya. Firman Allah yang bermaksud: “Tidaklah kehidupan dunia itu melainkan mata benda yang menipu daya.” (Surah al-Hadid 57:20).

Rasululllah juga memperkukuhkan peringayan itu dengan satu metafora melalui sabdanya yang bermaksud: “Jika kehidupan dunia itu lebih bernilai di sisi Allah melebihi nilai sehelai sayap nyamuk, nescaya Allah tidak akan memberi minum orang kafir walaupun seteguk air.” (Riwayat Ibn Majah no. 4110).

Allah menegaskan bahwa tidak ada besanya nilai darjat orang Arab dengan orang ajam (bukan Arab) melainkan taqwa yang dimilikinya. Oleh sebab itu, Sayidina Bilal yang berkulit hitam, berbibir tebal dan berambut kerinting, tidak merasa hina diri karena Allah dan Rasulullah telah memuliakannya dengan iman dan taqwa.

Sudah sepakat dalam kalangan ahli-ahli psikologi bahwa untuk berhasil sesorang itu mesti berpegang kepada nilai-nilai yang telah dipegang oleh orang yang berhasil. Lama sebelum itu, Allah SWT telah mengingatkan supaya meneladani Rasulullah SAW; insan yang paling berhasil di dunia dan akhirat.

"Hiduplah Sepenuhnya untuk hari Ini" "Dengan memiliki hidup,mestinya sudah cukup untuk mengatasi segala macam masalah"

"Jadilah yang terbaik,bukan hanya sekedar bernafas hari ini" Semoga manfa'at dalam menuntun diri menghadapi segala hiruk pikuk hidup di alam fana ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...

Kebijakan Publik yang Bermodel Inkremental

Oleh : Regas Febria Yuspita Model inkremental muncul merupakan kritik terhadap model rasional. Model incremental ini digunakan untuk menambah, mengurangi dan menyempurnakan program-program yang telah ada sebelumnya. Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan, yaitu: 1.       Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan. 2.       Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya 3.       Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi kepentingan tertentu 4.       Menghindari konflik jika harus melakukan proses n...