Aku ingin kelak anak-anakku hafal Al-Qur'an sebagaimana insyaAlloh abi mereka juga penghafal Al-Qur'an. Menurut hasil penelitian di Mesir dan Saudi (Damanhuri Zuhri), siswa yang berprestasi rata-rata adalah penghafal Al-Qur'an.
Aku ingin anak-anakku cerdas dan berprestasi bukan hanya secara akademik umum, tetapi yang terpenting adalah dalam mengamalkan Al-Qur'an dan Al-Hadist. Kalau bisa, kalo aku menjadi orang kaya atau suamiku bekerja di luar negeri, aku berdoa semoga aku bisa menyekolahkan anakku ke mesir. Kalo bisa dari mereka kecil mereka sekolah di Mesir. Karena menurut Doktor tafsir dari Universitas Al Azhar itu, mengungkapkan, di Mesir, anak-anak telah menghafal Alquran sebelum masuk sekolah dasar. ''Jadi, melalui katatib atau kuttab (tempat-tempat menghafal Alquran), anak-anak sejak kecil menghafal Alquran,'' papar Muchlis.
Di Mesir begitu tamat madrasah Ibtidaiyah atau SD di Al-Azhar, anak-anak sudah selesai hafal Alquran 30 juz. Anak-anak di sana hafal Alquran umur sembilan tahun atau paling lambat 13 tahun. Muchlis mengungkapkan, hasil penelitian di Mesir dan Saudi menyebutkan bahwa siswa-siswa yang berprestasi rata-rata mereka hafal Alquran.
''Jadi, hafalan Alquran itu sangat menunjang prestasi belajar para siswa. Selain tentunya hafalan Alquran itu sendiri membantu meningkatkan kesehatan mental anak. Ini hal positif,'' ungkapnya. Namun, kata dia, jangan hanya berhenti pada hafalan.
Hafalan Alquran itu perlu terus dikembangkan. Karena itu, di pesantren yang didirikan Pusat Studi Alquran (PSQ), Pesantren Baitul Quran sebanyak 19 orang huffadz yang sudah hafal 30 juz diberi wawasan keilmuan, wawasan kewirausahaan, training, bermacam-macam training selama enam bulan.
Menurut Muchlis, sekarang anak-anak kecil sudah banyak yang pandai membaca Alquran. Setelah bisa membaca Alquran, kata dia, perlu digalakkan program hafalan alias tahfiz Alquran. Sekarang ini, tuturnya, semangat menghafal Alquran sangat tinggi sekali.
Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr Ahsin Sakho Muhammad menambahkan, periode menghafalkan Alquran itu harus mulai dari taman kanak-kanak sampai umur enam tahun. Jadi, anak sudah bisa menghafal Alquran. Kemudian mulai SD belajar umum, lalu sorenya dilanjutkan dengan menghafal Alquran ternyata hasilnya bagus sekali.
''Ini yang dilakukan oleh orang-orang Arab Saudi dan Mesir. Paginya sekolah umum, sore hari setelah pulang sekolah dilanjutkan dengan menghafal Alquran. Ternyata di Palestina sekarang ribuan anak sudah menghafal Alquran. Kemudian di masa musim liburan anak-anak dimasukkan ke dalam tahfiz Alquran,'' ungkap Ahsin.
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur tengah mempersiapkan lahirnya para dosen, dekan hingga rektor yang hafal Alquran.
''Di dunia ini Perguruan Tinggi yang paling hebat Harvard University, AS. Perguruan Tinggi yang nomor satu milik Islam adalah Al-Azhar Kairo Mesir. Orang tatkala menyebut nomor satu tidak ada yang mengklaim nomor dua apalagi nomor empat. Makanya saya katakan kepada mahasiswa dan dosen di sini kita harus harus ambil posisi kosong itu. Kapan? Bukan sekarang tapi 25 tahun yang akan datang,'' papar Rektor UIN Malang, Prof Imam Suprayogo.
Guna memenuhi target itu, sejak 2009 UIN Malang merekrut 35 mahasiswa baru yang sudah hafal Alquran. ''Saya ambil dari pondok, aliyah-aliyah yang ada di Indonesia. Ke-35 itu kita beri beasiswa, uang saku, uang buku dan macam-macam. Nanti kalau empat tahun mereka lulus dan nilainya baik lalu kita teruskan di S-2 hingga S-3,'' tuturnya.
Menurut Imam, dunia harus diprogram. ''Dunia jangan tumbuh alamiyah. Kalau alamiyah, tidak indah. Pemimpin kampus juga diprogram sehingga nanti menjadi indah jangan hanya berjalan alami.''
Karena itulah, Ustaz Yusuf Mansur meluncurkan program i'daad. Lewat program itu, para siswa SD yang akan meneruskan ke SMP atau SMP ke SMA atau SMA ke perguruan tinggi bisa vacuum satu tahun dari pendidikan umum. Selama satu tahun itulah, mereka digembleng dan dibekali dengan pendidikan Alquran dan Sunah. Sehingga, mereka memiliki bekal berupa kekuatan tauhid yang sangat kokoh dalam mengarungi kehidupan.
Prof Imam menilai, program i'daad seperti itu perlu didukung, karena merupakan memprogram masa depan, bukan memprogram ujian. ''Saya senang sekali kalau ada inovasi seperti ini. Karena itu perlu kita dukung bersama-sama,'' paparnya. Upaya itu, dinilai sebagai usaha untuk menciptakan nuansa Qurani di Indonesia
Aku ingin anak-anakku cerdas dan berprestasi bukan hanya secara akademik umum, tetapi yang terpenting adalah dalam mengamalkan Al-Qur'an dan Al-Hadist. Kalau bisa, kalo aku menjadi orang kaya atau suamiku bekerja di luar negeri, aku berdoa semoga aku bisa menyekolahkan anakku ke mesir. Kalo bisa dari mereka kecil mereka sekolah di Mesir. Karena menurut Doktor tafsir dari Universitas Al Azhar itu, mengungkapkan, di Mesir, anak-anak telah menghafal Alquran sebelum masuk sekolah dasar. ''Jadi, melalui katatib atau kuttab (tempat-tempat menghafal Alquran), anak-anak sejak kecil menghafal Alquran,'' papar Muchlis.
Di Mesir begitu tamat madrasah Ibtidaiyah atau SD di Al-Azhar, anak-anak sudah selesai hafal Alquran 30 juz. Anak-anak di sana hafal Alquran umur sembilan tahun atau paling lambat 13 tahun. Muchlis mengungkapkan, hasil penelitian di Mesir dan Saudi menyebutkan bahwa siswa-siswa yang berprestasi rata-rata mereka hafal Alquran.
''Jadi, hafalan Alquran itu sangat menunjang prestasi belajar para siswa. Selain tentunya hafalan Alquran itu sendiri membantu meningkatkan kesehatan mental anak. Ini hal positif,'' ungkapnya. Namun, kata dia, jangan hanya berhenti pada hafalan.
Hafalan Alquran itu perlu terus dikembangkan. Karena itu, di pesantren yang didirikan Pusat Studi Alquran (PSQ), Pesantren Baitul Quran sebanyak 19 orang huffadz yang sudah hafal 30 juz diberi wawasan keilmuan, wawasan kewirausahaan, training, bermacam-macam training selama enam bulan.
Menurut Muchlis, sekarang anak-anak kecil sudah banyak yang pandai membaca Alquran. Setelah bisa membaca Alquran, kata dia, perlu digalakkan program hafalan alias tahfiz Alquran. Sekarang ini, tuturnya, semangat menghafal Alquran sangat tinggi sekali.
Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr Ahsin Sakho Muhammad menambahkan, periode menghafalkan Alquran itu harus mulai dari taman kanak-kanak sampai umur enam tahun. Jadi, anak sudah bisa menghafal Alquran. Kemudian mulai SD belajar umum, lalu sorenya dilanjutkan dengan menghafal Alquran ternyata hasilnya bagus sekali.
''Ini yang dilakukan oleh orang-orang Arab Saudi dan Mesir. Paginya sekolah umum, sore hari setelah pulang sekolah dilanjutkan dengan menghafal Alquran. Ternyata di Palestina sekarang ribuan anak sudah menghafal Alquran. Kemudian di masa musim liburan anak-anak dimasukkan ke dalam tahfiz Alquran,'' ungkap Ahsin.
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur tengah mempersiapkan lahirnya para dosen, dekan hingga rektor yang hafal Alquran.
''Di dunia ini Perguruan Tinggi yang paling hebat Harvard University, AS. Perguruan Tinggi yang nomor satu milik Islam adalah Al-Azhar Kairo Mesir. Orang tatkala menyebut nomor satu tidak ada yang mengklaim nomor dua apalagi nomor empat. Makanya saya katakan kepada mahasiswa dan dosen di sini kita harus harus ambil posisi kosong itu. Kapan? Bukan sekarang tapi 25 tahun yang akan datang,'' papar Rektor UIN Malang, Prof Imam Suprayogo.
Guna memenuhi target itu, sejak 2009 UIN Malang merekrut 35 mahasiswa baru yang sudah hafal Alquran. ''Saya ambil dari pondok, aliyah-aliyah yang ada di Indonesia. Ke-35 itu kita beri beasiswa, uang saku, uang buku dan macam-macam. Nanti kalau empat tahun mereka lulus dan nilainya baik lalu kita teruskan di S-2 hingga S-3,'' tuturnya.
Menurut Imam, dunia harus diprogram. ''Dunia jangan tumbuh alamiyah. Kalau alamiyah, tidak indah. Pemimpin kampus juga diprogram sehingga nanti menjadi indah jangan hanya berjalan alami.''
Karena itulah, Ustaz Yusuf Mansur meluncurkan program i'daad. Lewat program itu, para siswa SD yang akan meneruskan ke SMP atau SMP ke SMA atau SMA ke perguruan tinggi bisa vacuum satu tahun dari pendidikan umum. Selama satu tahun itulah, mereka digembleng dan dibekali dengan pendidikan Alquran dan Sunah. Sehingga, mereka memiliki bekal berupa kekuatan tauhid yang sangat kokoh dalam mengarungi kehidupan.
Prof Imam menilai, program i'daad seperti itu perlu didukung, karena merupakan memprogram masa depan, bukan memprogram ujian. ''Saya senang sekali kalau ada inovasi seperti ini. Karena itu perlu kita dukung bersama-sama,'' paparnya. Upaya itu, dinilai sebagai usaha untuk menciptakan nuansa Qurani di Indonesia
Komentar
Posting Komentar