Langsung ke konten utama

istiqomah dalam berdzikir ^_^

... DZIKIR, .. NUTRISI JIWA YANG TIADA TANDING ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Allah SWT berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Qs. al-Baqarah [2]: 152)

Dzikir adalah tali koneksi antara Allah dengan seorang hamba. Orang yang mengingat Allah, maka Allah akan mengingatnya. Dan yang melupakan Allah, maka Allah juga akan melupakan dan membiarkannya larut, hanyut dan tenggelam dalam kealfaan yang panjang. Larut dalam gulita hati dan kekeruhan rohani. Hanyut dalam kekerasan hati dan ketulian kalbu.

Kita perlu mengingat Allah, karena kita memang membutuhkannya. Sementara Allah tak perlu kita mengingat-Nya, namun kitalah yang menghajatkan Dzat-Nya. Mengingat Allah adalah refleksi syukur kita, sedangkan melupakan-Nya adalah ungkapan nyata kekufuran (lihat Qs. Âli ‘Imrân [3]: 135).

Setiap manusia pasti pernah alfa dan lalai. Namun sebaik-baik manusia yang berlaku salah adalah yang segera kembali ke akar penciptaannya, akar fitrah yang melekat pada dirinya. Ia akan segera berdzikir dan ingat kepada Allah, memohoan ampunan-Nya, mengemis welas asih-Nya, meratapi dosa-dosanya di hadapan kasih sayang-Nya. Karena ia sadar hanya Allah yang Maha Lapang rahmat-Nya, Maha Kasih, dan Maha Luas rahmat daripada murka-Nya (Qs. Âli ‘Imrân [3]: 191).

Orang-orang yang berakal akan senantiasa mengingat Allah, merapat ke hadirat-Nya, merindukan-Nya, dan masyuk bersama-Nya. Ia akan senantiasa ingat dan dzikir kepada Allah dalam segala kondisi, hal, dan waktu.

Saat berdiri, duduk, atau berbaring ia ingat Allah. Ia dekat kepada Allah dengan dengan semua asma`-Nya, kekuasaan-Nya, kehendak dan iradat-Nya. Bagi dirinya, Allah adalah segalanya, di atas segala cintanya, termasuk diri sendiri.

Hal sebaliknya terjadi pada orang-orang munafik (Qs. an-Nisâ` [4]: 142). Mereka hanya mengingat Allah dengan volume sangat sedikit. Kalaupun dia ingat, itupun lakukan saat berada di tengah banyak orang karena ingin mendapat pujian dan apresiasi. Namun sesungguhnya hati dan nuraninya kosong dari dzikir hakiki.
Berdirinya adalah kemalasan mengingat Allah, shalatnya dilakukan dengan ogah-ogahan dan berat. Ia bukan ingin pujian dari Allah, tapi dari manusia. Riya` menjadi selimut jiwanya, sehingga manusiapun merasakannya.

Cermin Takwa ...

Radar keimanan orang yang bertakwa akan senantiasa bergetar keras ketika datang bisikan jahat yang akan menghancurkan diri dan menenggelamkannya dalam maksiat kepada Allah.

Radar keimanannya begitu aktif menyadap virus-virus jahat yang mungkin menjangkiti dirinya. Radar keimanannya menyala tatkala ada serbuk dosa ditebarkan untuk meracuni (Qs. al-A’râf [7]: 201).

Kebeningan hati mampu menyingkap kesalahan yang dilakukannya saat itu, kekeliruan yang sedang mengintai, dan kejahatan yang tengah membidik dirinya. Nuraninya tajam berkat dzikir (Qs. al-A’râf [7]: 205).

Manusia bertakwa akan senantiasa berdzikir dalam hatinya dengan perasaan rendah diri, tak berdaya di hadapan Allah. Perasaan takut menyelimuti jiwanya. Suaranya rendah dalam nyala kobaran dzikir dalam hatinya di pagi dan petang hari, di ubun-ubun siang dan jantung malam.

Kobaran dzikirnya membubung menyentuh ‘Arasy Sang Maha Rahman. Suara sunyinya demikian gemuruh di tengah para malaikat, melengking di tengah gemuruh tasbih malaikat yang mengitari Baitul Makmûr (Qs. al-Anfâl [8]: 2).

Heti mereka akan gemetar ketika nama Allah disebut, dzikir pun akan segera meluncur dari mulut, membasahi lidah, dan memenuhi dadanya. Iman mereka melonjak tatkala ayat-ayat Allah dikumandangkan dan dialunkan. Tawakal menjadi hiasan hidupnya, dan memagari setiap geraknya (Qs. ar-Ra’d [13]: 27).

Dalam dzikir mereka ada tobat. Hati mereka merada damai, tenteram dan lembut dalam derasnya dzikir yang mengalir dari samudera keimanan. Ketenteraman menghiasi hidupnya, melingkupi ruang jiwa, dan memadati kekosongan hatinya. Ia damai dalam dzikir. Tenteram saat mengingat Allah.

Lalai Akibat Dunia ...

Banyak orang sering berpaling kepada dunia, dan mabuk di dalamnya. Ia hanyut di arus dunia, karena dzikir tak mengalir deras dari hati melalui gelombang lisannya. Ia akan silau dengan dunia (Qs. al-Kahfi [18]: 28).

Sementara orang yang suka berdzikir tak akan pernah terlalaikan oleh urusan bisnis di dunia, jabatan atau tugas-tugas kenegaraan, niaga, anak, dan harta harta benda. Karena mereka telah mengingatkan diri dengan langit, menyambungkan jiwa dengan Penguasa langit dan bumi (Qs. an-Nûr [24]: 37).

Jiwa mereka akan senantiasa mempersiapkan diri untuk semua “pertemuan akbar” di Padang Mahsyar kelak, tatkala semua perbuatan dipertanyakan, semua ucapan dipersoalkan, dan semua tindakan dimintai pertanggungjawaban. Saat hati mengalami guncangan besar, saat jiwa dirasuki ketakutan.

Orang yang suka berdzikir akan mampu meneladani Rasulullah dalam semua tingkah laku, semua derap langkah, dan semua paradigma pikirnya. Rasulullah menjadi idola, kiblat perilaku moralnya (Qs. al-Ahzâb [33]: 21).

Karena dzikir berkobar menyala di jantung hatinya, ia akan senantiasa ingat kepada firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (Qs. al-Ahzâb [33]: 41) Ia senantiasa akan mampu memperbesar gelombang dzikirnya dalam sepi dan ramai, suka dan duka, susah dan senang.

Kulit orang yang dzikir akan bergetar manakala ayat-ayat Allah yang mulia dikumandangkan, dialunkan dan dilantunkan. Mereka akan tenang saat mengingat Allah mendengar Kitab Allah yang melahirkan damai, ketenangan, kesejukan jiwa, dan obat bagi para pembacanya (Qs. az-Zumar [39]: 23).

Kerugian akan menimpa orang-orang yang lupa kepada Allah karena anak-anak mereka, dan tidak menjadikan dzikir sebagai agenda hidupnya (Qs. al-Munâfiqûn [63]: 9).

Allah memperingatkan orang-orang beriman agar tak lupa kepada Allah gara-gara anak, apalagi limpahan harta. Allah memperingatkan bahwa harta sering menarik kepada tindakan melupakan Allah, dan anak-anak akan melalaikan kita kepada-Nya.

Banyak Manfaat ...

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Qs. al-Muzammil [73]: 8) “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.” (Qs. al-Insân [76]: 29).

Mari kita kobarkan dzikir di nafas subuh, ubun siang, remang senja dan di jantung malam. Sebab, banyak sekali manfaat dalam dzikir:

Pertama, mengusir, menangkal dan menghancurkan setan. Membuat Allah ridha dan setan murka. Dzikir akan menghilangkan risau, gelisah, dan gundah, lalu menghadikrkan ketenangan.

Kedua, segala keburukan menjadi sirna, kalbu menjadi kuat, badan menjadi sehat, memperbaiki yang lahir dan batin. Wajah terang dan bersinar, rezeki menjadi gampang, ada wibawa mengitari diri, dan ketenagan menjalar di segala arah.

Ketiga, istiqamah akan kokoh, kebenaran akan menghampiri, murâqabah akan tinggi, ihsân akan terengkuh, iman akan meneguh, tobat terus merambat, inâbah akan merayap, taqarrub menjadi mudah, ma’rifat menjadi terbuka, dan khâsyiyah akan berkilauan.

Keempat, dzikir adalah makanan rohani, nutrisi bagi tubuh. Ia adalah pembersih jiwa, pembening hati, pengusir lalai, dan penakluk syahwat. Kelalaian lenyap bersamanya. Ia adalah lentera bagi gulitanya jiwa, pelebur dosa, dan pelenyap nestapa.

Kelima, mendatangkan sakinah, malaikat akan menaungi dengan sayap-sayap terbentang. Dzikir akan menghambarkan lisan untuk mengumbar ghibah, melempar dusta dan berlaku zhalim. Membuat teman duduknya tenteram. Dan dzikir adalah tanaman surga yang akan dipetik oleh orang yang rajin menyiraminya.

Keenam, mencegah kepikunan, dan mengatasi kelalaian. Hati pendzikir akan senantiasa menatap akhirat dan mengabaikan dunia. Karena dzikir adalah pondasi dan puncak rasa syukur.

Ketujuh, dzikir adalah api yang aktif bekerja menyirnakan sisa-sisa dosa, dan menghilangkan noda-noda kejahatan kita. Gunung, langit, bumi dan semesta, selain setan durjana, bangga dengan dzikir-dzikir manusia.

Kedelapan, dalam kobaran dzikir, ada kelezatan yang luar biasa, dan kenikmatan tiada tara. Kobaran dzikir yang terus menyala akan menjadi saksi bahwa kita benar-benar mencinta Sang Maha Kuasa. Di kobarannya kita masuk dengan damai dan tentram bersama Allah.

#Samson Rahman, MA
Pendakwah, Departemen Riset dan Kajian Ikatan Dai Indonesia (IKADI)

Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebijakan Publik yang bermodel kelompok

Oleh Regas Febria Yuspita Pendahuluan Model adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu, model kebijakan biasanya dinyatakan dalam bentuk konsep teori, diagram, grafik atau persamaan matematika. Model kebijakan publik harus memiliki karakteristik, sederhana dan jelas, ketepatan identifikasi aspek penting problem kebijakan, menolong untuk pengkomunikasian, usaha langsung untuk memahami kebijakan publik secara lebih baik ( manageable ) dan memberikan penjelasan & memprediksi konsekwensi. Model pembuatan kebijakan publik meliputi model elit, model kelompok, model kelembagaan, model proses, model rasionalism, model inkrementalism dan model sistem. Pada tulisan ini penulis akan membahas mengenai kebijakan publik yang menggunakan model kelompok.Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan. Dimana beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk...

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...