Oleh
Regas Febria Yuspita
Pendahuluan
Model adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih
dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu, model kebijakan
biasanya dinyatakan dalam bentuk konsep teori, diagram, grafik atau persamaan
matematika. Model kebijakan publik harus memiliki karakteristik, sederhana dan
jelas, ketepatan identifikasi aspek penting problem kebijakan, menolong untuk
pengkomunikasian, usaha langsung untuk memahami kebijakan publik secara lebih
baik (manageable) dan memberikan
penjelasan & memprediksi konsekwensi.
Model pembuatan kebijakan publik meliputi model elit, model kelompok,
model kelembagaan, model proses, model rasionalism, model inkrementalism dan
model sistem. Pada tulisan ini penulis akan membahas mengenai kebijakan publik
yang menggunakan model kelompok.Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan.
Dimana beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk
kebijakan secara interaktif. Dengan demikian pembuatan kebijakan terlihat
sebagai upaya untuk menanggapi tuntutan dari berbagai kelompok kepentingan
dengan cara bargaining, negoisasi dan kompromi. Tuntutan-tuntutan yang saling
bersaing diantara kelompok-kelompok yang berpengaruh dikelola. Sebagai hasil
persaingan antara berbagai kelompok kepentingan pada hakikatnya adalah
keseimbangan yang tercapai dalam pertarungan antar kelompok dalam
memperjuangkan kepentingan masing-masing pada suatu waktu. Untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kebijakan Publik bermodel kelompok
Model kelompok dapat menelaah kelompok-kelompok manakah yang paling
berkompetensi untuk mempengaruhi perbuatan kebijakan publik dan siapakah yang
memiiki pengaruh paling kuat terhadap keputusan yang dibuat. Dalam model ini
kebijakan publik pada saat-saat tertentu dan kapanpun, senantiasa merupakan
usaha yang menjaga keseimbangan yang dicapai di dalam kelompok yang sedang
berjuang (Thoha, 2008). Pemerintah
membuat kebijakan karena adanya tekanan dari kelompok kepentingan. Tekanan-tekanan ini
dapat dilakukan dengan cara bargaining, negosiasi dan kompromi dari
tuntutan-tuntutan yang saling bersaing di antara kelompok-kelompok yang
berpengaruh. Besar kecil tingkat pengaruh dari suatu kelompok kepentingan
ditentukan oleh jumlah anggotanya, harta kekayaannya, kekuatan, dan kebaikan
organisasi, kepemimpinan, hubungannya yang erat dengan para pembuat keputusan,
kohesi intern para anggotanya.
Contoh penerapan model
kelompok adalah sistem koalisi di Pemerintahan Amerika Serikat. Para politisi
di Amerika berusaha membentuk kelompok koalisi mayoritas. Dalam hal yang
demikian mereka mempunyai beberapa keluasan di dalam menetapkan kelompok
manakah yang perlu dimasukkan ke dalam koalissi mayoritas tadi. Semakin besar lembaga
konstitusi dari para politisi, dan semakin besar jumlah kepentingan yang
berbeda, maka semakin bebas pula di dalam usaha menyeleksi kelompok-kelompok
yang akan membentuk koalisi mayoritas. Di Amerika Serikat anggota kongres
mempunyai sedikit fleksibilitas dibandingkan dengan para senator yang mempunyai
fleksibilitas yang longgar. Dan presiden lebih mempunyai fleksibilitas yang
longgar kalau dibandingkan anggota kongres dan senat.
Parta politik disana dipandang
sebagai kelompok koalisi. Partai demokrat misalnya, sejak jamannya Roosevelt sampai
sekarang dikenal sebagai kolaisi dari buruh, penduduk yang bertempat tinggal di
pusat kota, kelompok etnik, pemeluk agama katholik, orang-orang miskin, kaum
intelektual liberal, orang-orang hitam (negro) dan orang-orang selatan (Texas,
Lousiana, Virginia, dll). Dengan demikian, persoalan-persoalan yang sering
timbul dalam partai Demokrat sekarang ini dapat ditelusuri dari kelemahan-kelemahan
koalisi ini. Seperti misalnya, persoalan-persoalan ketidakpuasan dari
orang-orang selatan, dan konflik-konflik yang senantiasa timbul antara buruh kulit
putih dengan orang-orang hitam dan kelompok etnik lainnya. Demikian pula parta
republik merupakan koalisi dari penduduk pedesaan dan kota-kota kecil, kelas
tengahan, orang-orang kulit putih, pemeluk agama protestan, pekerja-pekerja
kulit putih dan juga warga pinggiran kota.
Komentar
Posting Komentar