Langsung ke konten utama

waspadai laknat dibalik nikmat

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,... WA,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Idealnya, setiap nikmat yang kita terima dari ALLAH SWT akan menambah kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup. Sebab, ketika menggambarkan nikmat yang dilimpahkan kepada hamba-Nya, ALLAH selalu menyebutnya sebagai kesenangan (QS. Ali ‘Imran [3]: 14), berkah (QS. Al-A’raaf [7]: 96), dan karunia (QS. At-Taubah [9]: 76).

Namun, ada satu kondisi di mana nikmat bisa berubah menjadi laknat dan karunia yang diberikan merupakan murka ALLAH SWT. Inilah yang disebut dengan Istidraj. Istidraj adalah pemberian ALLAH kepada orang yang sering melakukan maksiat kepada-NYA.

Semakin mereka melupakan ALLAH, ALLAH tetap akan menambahkan kesenangan bagi mereka. Akibatnya, mereka semakin terjerumus dan ALLAH akan menjatuhkan siksa yang sangat pedih.

Rasulullah SAW mengingatkan, “Jika kamu melihat ALLAH memberikan kemewahan dunia kepada seseorang yang suka melanggar perintah-Nya, maka itu adalah istidraaj.” (HR Ahmad).

Ada tiga golongan yang potensial ditimpa istidraj. Pertama, orang-orang yang diberi nikmat kekuasaan, lalu ia menjadi sombong dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Maka, ALLAH memperpanjang masa kekuasaannya sehingga ia semakin terjerumus dalam kesombongan dan kesewenang-wenangan tersebut.

Golongan ini di antaranya tepersonifikasi lewat sosok Fir’aun. Ketika ALLAH memberinya kekuasaan, Fir’aun sering bertindak semena-mena. Lalu, ALLAH tambahkan kekuasaannya, dan Fir’aun semakin takabur hingga mengaku dirinya sebagai tuhan. Dan ALLAH akhirnya menjatuhkan azab yang sangat pedih dengan menenggelamkan Fir’aun di Laut Merah.

Dalam sejarah modern, banyak pemimpin yang mengulang kesalahan Firaun. Sekalipun dalam skala yang berbeda. Dan ALLAH pun menjatuhkan mereka lewat proses yang sangat menyakitkan.

Kedua, orang-orang yang diberi nikmat ilmu. Baik ilmu dunia maupun ilmu agama. Bagi yang diberi nikmat ilmu dunia, pertanda istidraj adalah ketika ilmu mereka banyak menimbulkan kerusakan, bukan membangun. Ilmunya menjadi mudarat, bukan manfaat.

Sementara yang diberi kelebihan ilmu agama, istidraaj bisa berawal dari popularitas. Ketika mereka terbuai oleh popularitas itu, ALLAH pun menjatuhkan mereka dengan cara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Ketiga, orang-orang yang diberi nikmat harta. Kisah Qarun dan Tsa’labah bin Hathib adalah cermin terang bagaimana ALLAH SWT menimpakan istidraj kepada orang-orang yang membalas nikmat ALLAH dengan kemaksiatan. Sehingga, sekalipun ALLAH terus mengucurkan nikmat duniawi kepada mereka, sesungguhnya di balik itu semua adalah laknat dan murka ALLAH SWT ..

Na’udzubillah....

Wallahu A'lam Bishawab ...
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...

Kebijakan Publik yang Bermodel Inkremental

Oleh : Regas Febria Yuspita Model inkremental muncul merupakan kritik terhadap model rasional. Model incremental ini digunakan untuk menambah, mengurangi dan menyempurnakan program-program yang telah ada sebelumnya. Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan, yaitu: 1.       Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan. 2.       Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya 3.       Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi kepentingan tertentu 4.       Menghindari konflik jika harus melakukan proses n...