Langsung ke konten utama

Semangat jadi wanita bahagia ^_^



1.    Realistis
Kalimat seperti ‘Andai kulit lebih putih, andai punya gaji lebih tinggi, lalu, lalu…” pantang keluar dari mulut the happy girl. Mereka selalu berusaha memandang positif setiap aspek yang mereka miliki. Realistis sajalah. Tuhan mungkin nggak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi Tuhan pasti menyediakan apa yang kita butuhkan, kan….

2.    Live in the present
The happy girl hidup untuk hari ini. Mereka nggak akan membiarkan diri dikuasai masa lalu. Mereka juga nggak terobsesi untuk merancang masa depan sesempurna mungkin. Pokoknya, jalanin saja apa yang di depan mata—otak dan pikiran jadi nggak overloaded, deh, karena kebanyakan mikir.

3.    Anti dengki
The happy girl selalu yakin (bukan sekadar lip service) kalau setiap orang memang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Makanya, mereka jarang sirik pada cewek lain yang serba lebih dari mereka.

4.    Ikut senang
… atas kebahagiaan orang lain. Melihat teman menikah duluan, mereka ikut senang—meski mereka sendiri nggak kunjung dilamar, he he he. Melihat teman dapat promosi, mereka ngucapin selamat dengan tulus. Kebahagiaan orang lain mereka anggap sebagai kebahagiaan mereka juga.

5.    Nggak hitung-hitungan…
… setiap kali berbuat baik pada orang lain. Maksudnya, mereka nggak berharap balas budi dari yang ditolong—ikhlas, deh. Nggak seperti sebagian dari kita, yang (mungkin) bersedia menolong karena ada maunya….

6.    Tulus memaafkan
Saat ada yang berbuat salah dan minta maaf, the happy girl akan betulan memaafkan—bukan cuma maaf di mulut, tapi di hati masih dendam. The happy girl tahu, memelihara dendam hanya akan menguras energi positif. Maaf ya maaf, nggak perlu ada embel-embel lain.

7.    Alam = seimbang
The happy girl selalu menyadari hukum ‘alam berjalan dengan seimbang’. Apa yang mereka tanam, itu juga apa yang mereka tuai. Makanya, mereka paling anti menyusahkan orang lain, karena tahu hal tersebut bisa berbalik ke mereka. Nggak heran, deh, kalau hidup the happy girl kelihatan mulus-mulus saja….

8.    Optimis
Apa pun masalah yang dihadapi, the happy girl berusaha menyikapinya secara positif. Mereka tahu, bahwa hidup ibarat roda yang kadang di atas kadang di bawah. Prinsip ‘this too shall pass’ selalu mereka pegang—asal rodanya nggak macet di bawah saja, he he he.

9.    Minus celaan
The happy girl nggak akan mencela penampilan atau sikap orang yang berbeda dengannya. Mereka tahu, setiap orang memiliki selera masing-masing. Daripada pusing mikirin orang lain, mendingan urus diri sendiri saja dulu….

10.    Stop menyalahkan
Meski rajin introspeksi diri, the happy girl nggak akan terus-terusan menyalahkan dirinya atas hal buruk yang terjadi. Bagi mereka, hal buruk terjadi bukan hanya karena faktor internal, tapi juga faktor eksternal. Manusia boleh berencana, tapi kalau alam berkehendak lain, mau gimana lagi…. CC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebijakan Publik yang bermodel kelompok

Oleh Regas Febria Yuspita Pendahuluan Model adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu, model kebijakan biasanya dinyatakan dalam bentuk konsep teori, diagram, grafik atau persamaan matematika. Model kebijakan publik harus memiliki karakteristik, sederhana dan jelas, ketepatan identifikasi aspek penting problem kebijakan, menolong untuk pengkomunikasian, usaha langsung untuk memahami kebijakan publik secara lebih baik ( manageable ) dan memberikan penjelasan & memprediksi konsekwensi. Model pembuatan kebijakan publik meliputi model elit, model kelompok, model kelembagaan, model proses, model rasionalism, model inkrementalism dan model sistem. Pada tulisan ini penulis akan membahas mengenai kebijakan publik yang menggunakan model kelompok.Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan. Dimana beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk...

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN)

TUGAS TERSTRUKTUR ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (DEFINISI, URGENSI, PERKEMBANGAN, DAN LANDASAN) Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Susanto P2FB12017 Regas Febria Yuspita P2FB12004 Rahmat Imanda P2FB12021 Ary Yuliastri P2FB12008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PURWOKERTO 2012 Etika Administrasi Publik (Definisi, Urgensi, Perkembangan, dan Landasan) Oleh : Kelompok 1 Pendahuluan Etika administrasi publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena teori administrasi publik klasik (Wilson, Weber, Gulick, dan Urwick) kurang memberi tempat pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus d...

Efisiensi dan Efektivitas dalam Birokrasi

  Oleh Regas Febria Yuspita, S.Sos P2FB12004 [1] Pendahuluan Penerapan Good Governance saat ini baik di tingkat pusat maupun daerah harus berpegang teguh dengan prinsip efisiensi, dan efektivitas.   Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi ini dilakukan karena permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan seperti petugas pelayanan kurang responsif, kurang informatif kepada masyarakat, kurang accessible , kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisien. Efektivitas dan efisiensi secara bersama-sama sangat perlu diterapkan dalam penerapan Good Governance , karena suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dicapai itu telah menghabiskan banyak pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya. Hal ini disebabkan karena efektif adalah mel...