semoga aku menjadi bidadari dunia dan surga
CIRI-CIRI BIDADARI SURGA
Di antara kenikmatan surga adalah beroleh pasangan/istri berupa
bidadari surga yang jelita. Al-Qur’anul Karim menggambarkan sifat dan
kemolekan mereka dalam banyak ayat, di antaranya:
1. Surat an-Naba ayat 31-33
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (٣١)حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا (٣٢)وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (٣٣)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan beroleh kesenangan,
(yaitu) kebun-kebun, buah anggur, dan kawa’ib atraba (gadis-gadis
perawan yang sebaya).” (an-Naba’: 31-33)
2. Surat al-Waqi’ah ayat 35-37
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (٣٥)فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (٣٦)عُرُبًا أَتْرَابًا (٣٧)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (wanita surga) dengan langsung,
dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya
umurnya.” (al-Waqi’ah: 35-37)
Wanita penduduk surga diciptakan Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala dengan penciptaan yang tidak sama dengan
keadaannya ketika di dunia. Mereka diciptakan dengan bentuk dan sifat
yang paling sempurna yang tidak dapat binasa. Mereka semuanya, baik
bidadari surga maupun wanita penduduk dunia yang menghuni surga,
dijadikan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebagai gadis-gadis yang perawan
selamanya dalam seluruh keadaan. Mereka senantiasa mengundang kecintaan
suami mereka dengan tutur kata yang baik, bentuk dan penampilan yang
indah, kecantikan paras, serta rasa cintanya kepada suami.
Apabila wanita surga ini berbicara, orang yang mendengarnya ingin andai
ucapannya tidak pernah berhenti, khususnya ketika wanita surga
berdendang dengan suara mereka yang lembut dan merdu menawan hati.
Apabila suaminya melihat adab, sifat, dan kemanjaannya, penuhlah hati si
suami dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Apabila si wanita surga
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, penuhlah tempat tersebut
dengan wangi yang semerbak dan cahaya. Saat “berhubungan” dengan
suaminya, ia melakukan yang terbaik.
Usia mereka, para wanita
surga ini, sebaya, 33 tahun, sebagai usia puncak/matang dan akhir usia
anak muda. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menciptakan mereka sebagai
perempuan yang selalu gadis lagi sebaya, selalu sepakat satu dengan yang
lain, tidak pernah berselisih, saling dekat, ridha dan diridhai, tidak
pernah bersedih, tidak pula membuat sedih yang lain. Bahkan, mereka
adalah jiwa-jiwa yang bahagia, menyejukkan mata, dan mencemerlangkan
pandangan. (Lihat keterangan al-Allamah as-Sa’di Rahimahullah dalam
Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 834)
3. Surat ar-Rahman ayat 55-58
“Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan? Di
ranjang-ranjang itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya,
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni
surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin1. Maka nikmat
Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan? Seakan-akan
bidadari itu permata yakut dan marjan.” (ar-Rahman: 55-58)
Mereka menundukkan pandangan dari melihat selain suami-suami mereka
sehingga mereka tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus daripada
suami-suami mereka. Demikian yang dinyatakan oleh Ibnu Abbas c dan
lainnya.
Diriwayatkan bahwa salah seorang dari mereka berkata kepada
suaminya, “Demi Allah! Aku tidak pernah melihat di dalam surga ini
sesuatu yang lebih bagus daripada dirimu. Tidak ada di dalam surga ini
sesuatu yang lebih kucintai daripada dirimu. Segala puji bagi Allah yang
Dia mjdkanmu utkku dan mjdkanku utkmu.” (Tafsir Ibni Katsir, 7/385)
Bidadari yang menjadi pasangan hamba yang beriman tersebut adalah gadis
perawan yang tidak pernah digauli oleh seorang pun sebelum suami-suami
mereka dari kalangan manusia dan jin. Mereka diibaratkan permata yakut
yang bersih bening dan marjan yang putih karena bidadari surga memang
berkulit putih yang bagus lagi bersih. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm.
385)
4. Surat ar-Rahman ayat 70
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (٧٠)
“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yg baik-baik (akhlaknya) lagi cantik-cantik parasnya.” (ar-Rahman: 70)
Terkumpullah kecantikan lahir dan batin pada bidadari atau wanita surga itu. (Taisir al-Karimir Rahman hlm. 832)
5. Surat ar-Rahman ayat 72
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (٧٢)
“(Bidadari-bidadari) yg jelita, putih bersih, dan dipingit di dalam rumah.” (ar-Rahman: 72)
Rumah mereka dari mutiara. Mereka menyiapkan diri utk suami mereka.
Namun, bisa jadi mereka pun keluar berjalan-jalan di kebun-kebun dan
taman-taman surga, sebagaimana hal ini biasa dilakukan oleh para putri
raja dan yang semisalnya. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 832)
6. Surat ad-Dukhan ayat 51-54
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (٥٤)
“Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air.
Mereka memakai sutra yang halus dan sutra yang tebal, (duduk)
berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami nikahkan mereka dengan
bidadari-bidadari.” (ad-Dukhan: 51-54)
Wanita yg berparas jelita dgn
kecantikan yg luar biasa sempurna, dgn mata mereka yg jeli, lebar dan
berbinar. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 775)
7. Surat ash-Shaffat ayat 48-49
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ ﴿٤٨
كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَّكْنُونٌ ﴿٤٩
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya
(qashiratuth tharf) dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur
burung unta yang tersimpan dengan baik.” (ash-Shaffat: 48-49)
Qashiratuth tharf adalah afifat, yakni wanita-wanita yang menjaga
kehormatan diri. Mereka tidak memandang lelaki selain suami mereka.
Demikian kata Ibnu Abbas, Mujahid, Zaid bin Aslam, Qatadah, as-Suddi,
dan selainnya.
Mata mereka bagus, indah, lebar dan
berbinar-binar. Tubuh mereka bersih dan indah dengan kulit yang bagus.
Ibnu Abbas berkata, “Mereka ibarat mutiara yang tersimpan.”
Al-Imam al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Mereka terjaga, tidak pernah disentuh oleh tangan.” (Tafsir Ibni Katsir, 7/11)
Ini menunjukkan ketampanan lelaki dan kecantikan wanita di surga.
Sebagiannya mencintai yang lain dengan cinta yang membuatnya tidak
memiliki hasrat kepada yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa mereka
seluruhnya menjaga kehormatan diri, tidak ada hasad di dalam surga,
tidak ada saling benci dan permusuhan, karena tidak adanya sebab yang
bisa memicu ke sana. (Taisir al-Karimir ar-Rahman, hlm. 703)
Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk
beramal dengan amalan yang dapat menyampaikan kepada ridha-Nya dan
memasukkan kita ke negeri kemuliaan-Nya. Amin.
Hadits Abdullah ibnu Mas’ud Rodiallohu ‘anhu :
« أَوَّلُ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ ضَوْءُ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالْزُّمْرَةُ الثَّانِيَةُ عَلَى لَوْنِ
أَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُريَ فِي السَّمَاءِ، لِكُل رَجُلٍ مِنْهُمْ
زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُل زَوْجَةٍ سَبْعُونَ
حُلَّةً، يُرَىٰ مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ لُحُومِهِمَا
وَحُلَلِهِمَا، كَمَا يُرَىٰ الشَّرَابُ الأَحْمَرُ فِي الزُّجَاجَةِ
الْبَيْضَاءِ »
“Kelompok pertama kali yang masuk surga, seolah
wajah mereka cahaya rembulan di malam purnama. Kelompok kedua seperti
bintang kejora yang terbaik di langit. Bagi setiap orang dari ahli surga
itu dua bidadari surga. Pada setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum
kakinya dapat terlihat dari balik daging dan perhiasannya, sebagaimana
minuman merah dapat dilihat di gelas putih.” (HR. Thabrani dgn sanad
shahih, dan Baihaqi dgn sanad hasan. Hadits hasan, shahih lighairi:
Shahih al-Targhib: 3745)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar