Analitical Hierarcy Process (AHP)
Pembobotan KPI dapat
dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan Analytical Hierarcy Process (AHP). Menurut
Bourgeois (2005) AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif/pilihan yang
ada dan pilihan-pilihan tersebut
bersifat kompleks atau multi kriteria. Secara umum, dengan menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori,
logis, transparan, dan partisipatif. Dengan
tuntutan yang semakin tinggi berkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP akan sangat
cocok digunakan untuk penyusunan prioritas
kebijakan publik yang menuntut transparansi dan partisipasi.
AHP merupakan salah satu metode untuk membantu
menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa
kriteria (multi criteria). Di samping bersifat multi kriteria, AHP juga
didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan atau
penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan
terstruktur. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif
berkaitan dengan alternatif- alternatif yang akan disusun prioritasnya
(Bougeois, 2005). Secara garis besar, menurut Susila & Munadi (2007) ada
tiga tahapan AHP dalam penyusunan prioritas, yaitu dekomposisi dari masalah,
penilaian untuk membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi dan sintesis dari
prioritas.
1.
Dekomposisi Masalah
Dalam menyusun prioritas, maka masalah penyusunan
prioritas harus mampu didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu
kegiatan, identifikasi pilihan-pilihan (options), dan perumusan kriteria
(criteria) untuk memilih prioritas. Langkah pertama adalah
merumuskan tujuan dari suatu kegiatan penyusunan prioritas. Setelah tujuan dapat ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan kriteria dari tujuan tersebut.
Berdasarkan tujuan dan kriteria, beberapa pilihan perlu diidentifkasi.
Pilihan-pilihan tersebut hendaknya merupakan pilihan-pilihan yang potensial,
sehingga jumlah pilihan tidak terlalu banyak.
2.
Penilaian/Pembandingan Elemen
Setelah masalah terdekomposisi, maka ada dua tahap
penilaian atau membandingkan antar elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan
perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria. Perbandingan antar kriteria
dimaksudkan untuk menentukan bobot untuk masing-masing kriteria. Di sisi lain,
perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk melihat
bobot suatu pilihan untuk suatu kriteria. Dengan perkataan lain, penilaian ini dimaksudkan
untuk melihat seberapa penting suatu pilihan dilihat dari kriteria tertentu.
Dalam melakukan penilaian/perbandingan, ahli yang
mengembangkan AHP mengunakan skala dari 1/9 sampai dengan 9. Jika pilihan A dan
B dianggap sama (indifferent), maka A dan B masing-masing diberi nilai
1. Jika misalnya A lebih baik/lebih disukai dari B, maka A diberi nilai 3 dan B
diberi nilai 1/3. Jika A jauh lebih disukai dengan B, maka A misalnya diberi
nilai 7 dan B diberi nilai 1/7. Penilaian ini tidak akan digunakan karena cara
tersebut kurang logis.
Sebagaimana contoh, jika A nilainya 7 dan B adalah 1/7,
maka perbedaan antara A dengan B hampir mendekati 700%. Suatu alternatif
penilaian yang digunakan oleh Bourgeois (2005) yang memakai skala antara 0.1
sampai dengan 1.9 dinilai lebih logis. Jika A sedikit lebih baik/disukai dari
B, maka A diberi nilai 1.3 dan B dinilai 0.7, mengindikasikan jarak sekitar 30%
dari nilai 1. Jika A jauh lebih disukai oleh B, maka nilai A menjadi 1.6 dan B
menjadi 0.4.
3.
Synthesis of priority
Sintesa
prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari
kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam
level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan
prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari
elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
Synthesis of priority
dilakukan dengan menggunakan eigen vector
method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen – elemen yang
teratur berupa angka – angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris,
dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah
(disebut vektor kolom atau Colomn Vector
dengan ordo). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entri riil
dinotasikan.
Menurut
Saaty (2008) ada beberapa keuntungan penerapan AHP antara lain:
a.
Sifatnya yang fleksibel,
manyebabkan penambahan dan pengurangan kriteria pada suatu hierarki dapat
dilakukan dengan mudah dan tidak mengacaukan atau merusak hierarki.
b.
Dapat memasukkan preferensi
pribadi sekaligus mengakomodasi berbagai kepentingan pihak lain sehingga
diperoleh penilaian yang objektif dan tidak sektoral.
c.
Proses perhitungannya relatif
mudah karena hanya membutuhkan operasi dan logika sederhana.
d.
Dengan cepat dapat menunjukkan
prioritas, dominasi, tingkat kepentingan ataupun pengaruh dari setiap elemen
terhadap elemen lainnya.
Menurut Saaty (2008:7) AHP juga memiliki beberapa kelemahan antara lain:
a.
Partisipan yang dipilih harus memiliki kompetensi pengetahuan
dan pengalaman mendalam terhadap segenap aspek permasalahan serta mengenai
metode AHP itu sendiri.
b.
Bila ada partisipan yang kuat maka akan mempengaruhi partisipan yang
lainya.
c.
Penilaian
cenderung subjektif karena sangat dipengaruhi oleh situasi serta preferensi,
pesepsi, konsep dasar dan sudut pandang partisipan.
d.
Jawaban
atau penilaian responden yang konsisten tidak selalu logis dalam arti sesuai
dalam permasalahan yang ada.
Menurut Saaty (2008:7-9) ada tiga prinsip pokok yang
harus diperhatikan dalam AHP yaitu:
a.
Prinsip penyusunan hierarki
Untuk
memperoleh pengetahuan yang rinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks
kedalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini ke dalam
bagian-bagiannya lagi dan seterusnya secara hierarki (berjenjang).
b.
Prinsip
menentukan prioritas
Prioritas
ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar atau pihak-pihak terkait yang
berkompeten terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c.
Prinsip
konsistensi logis
Dalam
mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek kualitatif maupun
kuantitatif pikiran manusia. Aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian
dan preferensi secara ringkas dan padat sedangkan aspek kualitatif untuk
mendefinsikan persoalan dan hierarkinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar