Tidak salah memiliki akun jejaring sosial tersebut jika kita
menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Contohnya? Kita dapat
menggunakan akun jejaring sosial kita sebagai ladang dakwah dengan
menuliskan kutipan-kutipan ayat Al-qur’an, ceramah seorang ustadz,
ataupun kutipan dari buku-buku.
Contoh hal bermanfaat lainnya, kita dapat saling bersilaturahmi tanpa batasan jarak dan waktu. Mau siang ataupun malam, kita tetap bisa mengakses kabar kawan kita. Bahkan kalaupun kita berbeda daerah, dengan mudahnya kabar-kabar itu tetap bisa kita peroleh.
Akan tetapi, kita sebagai pengguna jejaring sosial harus tetap memiliki etika atau aturan-aturan dalam pergaulan di dunia maya. Di sini, ayo kita urai satu persatu etika pergaulan yang terkadang luput dari perhatian kita.
1. Foto profil
Saya sendiri sering melihat foto profil tanpa jilbab dari kawan muslimah yang kesehariannya berjilbab. Ayolah kawan, berjilbab bukan hanya untuk keluar rumah saja! Coba bayangkan berupa puluh mata lelaki setiap harinya yang memandang foto profil kita.
Bagi saya sendiri, kurang berarti jilbab yang kita kenakan, jika mata lelaki yang bukan mahran dapat melihat aurat yang kita tutup setiap saat dia mau. Bukan perkara sulit bagi kita yang telah berniat menutup aurat untuk tetap menjaga aurat kita di dunia maya. Pengguna jejaring sosial di dunia maya tetaplah manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan bukankah kewajiban seorang muslimah untuk menutup auratnyadari pandangan lelaki yang bukan mahram, setiap saat dan setiap waktu.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nuur : 31)
2. Sopan dalam bertutur kata.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesopanan dalam bertutur kata. Jangan gunakan media jejaring sosial sebagai tempat kita mengeluarkan kata-kata buruk ketika kita marah. Ingat, pengguna jejaring sosial bukan hanya kita sendiri, akan tetapi banyak orang lain dan mereka dapat dengan mudah membaca kata-kata buruk kita.
“Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam lebih baik daripada berbicara yang buruk. (Al-Hakim)”
Lalu jika kita melihat kata-kata buruk, apa yang harus kita lakukan? Kalau menurut pendapat saya sendiri, jika tak terlalu mengenal, apalagi tidak pernah bertemu, langsung saja hapus dari pertemanan. Tetapi jika dia teman kita, atau bahkan sahabat baik bagi kita, ayo kita coba menasihati dengan baik. Mengenai dia memperhatikan nasihat kita ataupun tidak, kita serahkan pada dia. Tugas kita adalah mengarahkannya pada jalan kebaikan. Dan dia yang sudah mengertilah yang memiliki tanggung jawab mengenai apa yang dia lakukan.
3. Jangan mengumbar aib
Ini yang sering kita lupakan! Kita terlalu ayik membuat status di facebook ataupun berkicau di twitter sampai lupa jika itu sebenarnya aib kita. Misal ketika bertengkar dengan suami atau istri, kita mengeluh dan curhat di facebook. Tanpa kita sadari, berpuluh bahkan beratus-ratus orang dapat masalah rumah tangga yang bersifat pribadi itu. Padahal, Allah sendiri sebenarnya ingin menutupi aib kita tersebut!
Semua (dosa) umatku akan diampuni kecuali orang yang berbuat (dosa) terang-terangan, yaitu yang melakukan perbuatan dosa pada malam hari lalu Allah menutup-nutupinya kemudian pada esok harinya dia bercerita kepada kawannya, “Tadi malam aku berbuat begini. . . begini. . . ” lalu dia membongkar rahasia yang telah ditutup-tutupi Allah Azza Wajalla. (Muttafaq ‘alaih)
4. Ingat Waktu, Ingat Dunia Nyata
Dan inilah pendapat terakhir saya. Bolehlah kita memasuki dunia maya, tenggelam dalam status-status terbaru dari kawan kita, ataupun sibuk berkicau di twitter, akan tetapi jangan lupa pada waktu dan dunia nyata kita!
Seorang ibu yang sibuk di dunia maya sampai lupa pada rumah, pasti akan membuat masalah baru muncul. Anak yang tak teruruslah, masakan yang tak sempat matanglah, cucian yang menumpuk, perabot yang berantakan, atau yang lebih parah dapat memunculkan pertengkaran dengan suami.
(1.)Demi masa.
(2.) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
(3.) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Al-‘Ashr : 1-3)
Penulis: Risqia Urfa
Peserta ke-10 LKMAI fp Indahnya Islam Edisi 5
Contoh hal bermanfaat lainnya, kita dapat saling bersilaturahmi tanpa batasan jarak dan waktu. Mau siang ataupun malam, kita tetap bisa mengakses kabar kawan kita. Bahkan kalaupun kita berbeda daerah, dengan mudahnya kabar-kabar itu tetap bisa kita peroleh.
Akan tetapi, kita sebagai pengguna jejaring sosial harus tetap memiliki etika atau aturan-aturan dalam pergaulan di dunia maya. Di sini, ayo kita urai satu persatu etika pergaulan yang terkadang luput dari perhatian kita.
1. Foto profil
Saya sendiri sering melihat foto profil tanpa jilbab dari kawan muslimah yang kesehariannya berjilbab. Ayolah kawan, berjilbab bukan hanya untuk keluar rumah saja! Coba bayangkan berupa puluh mata lelaki setiap harinya yang memandang foto profil kita.
Bagi saya sendiri, kurang berarti jilbab yang kita kenakan, jika mata lelaki yang bukan mahran dapat melihat aurat yang kita tutup setiap saat dia mau. Bukan perkara sulit bagi kita yang telah berniat menutup aurat untuk tetap menjaga aurat kita di dunia maya. Pengguna jejaring sosial di dunia maya tetaplah manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan bukankah kewajiban seorang muslimah untuk menutup auratnyadari pandangan lelaki yang bukan mahram, setiap saat dan setiap waktu.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nuur : 31)
2. Sopan dalam bertutur kata.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesopanan dalam bertutur kata. Jangan gunakan media jejaring sosial sebagai tempat kita mengeluarkan kata-kata buruk ketika kita marah. Ingat, pengguna jejaring sosial bukan hanya kita sendiri, akan tetapi banyak orang lain dan mereka dapat dengan mudah membaca kata-kata buruk kita.
“Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam lebih baik daripada berbicara yang buruk. (Al-Hakim)”
Lalu jika kita melihat kata-kata buruk, apa yang harus kita lakukan? Kalau menurut pendapat saya sendiri, jika tak terlalu mengenal, apalagi tidak pernah bertemu, langsung saja hapus dari pertemanan. Tetapi jika dia teman kita, atau bahkan sahabat baik bagi kita, ayo kita coba menasihati dengan baik. Mengenai dia memperhatikan nasihat kita ataupun tidak, kita serahkan pada dia. Tugas kita adalah mengarahkannya pada jalan kebaikan. Dan dia yang sudah mengertilah yang memiliki tanggung jawab mengenai apa yang dia lakukan.
3. Jangan mengumbar aib
Ini yang sering kita lupakan! Kita terlalu ayik membuat status di facebook ataupun berkicau di twitter sampai lupa jika itu sebenarnya aib kita. Misal ketika bertengkar dengan suami atau istri, kita mengeluh dan curhat di facebook. Tanpa kita sadari, berpuluh bahkan beratus-ratus orang dapat masalah rumah tangga yang bersifat pribadi itu. Padahal, Allah sendiri sebenarnya ingin menutupi aib kita tersebut!
Semua (dosa) umatku akan diampuni kecuali orang yang berbuat (dosa) terang-terangan, yaitu yang melakukan perbuatan dosa pada malam hari lalu Allah menutup-nutupinya kemudian pada esok harinya dia bercerita kepada kawannya, “Tadi malam aku berbuat begini. . . begini. . . ” lalu dia membongkar rahasia yang telah ditutup-tutupi Allah Azza Wajalla. (Muttafaq ‘alaih)
4. Ingat Waktu, Ingat Dunia Nyata
Dan inilah pendapat terakhir saya. Bolehlah kita memasuki dunia maya, tenggelam dalam status-status terbaru dari kawan kita, ataupun sibuk berkicau di twitter, akan tetapi jangan lupa pada waktu dan dunia nyata kita!
Seorang ibu yang sibuk di dunia maya sampai lupa pada rumah, pasti akan membuat masalah baru muncul. Anak yang tak teruruslah, masakan yang tak sempat matanglah, cucian yang menumpuk, perabot yang berantakan, atau yang lebih parah dapat memunculkan pertengkaran dengan suami.
(1.)Demi masa.
(2.) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
(3.) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Al-‘Ashr : 1-3)
Penulis: Risqia Urfa
Peserta ke-10 LKMAI fp Indahnya Islam Edisi 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar