RESENSI BUKU
Berjalan di Atas Cahaya
Cerita Hanum Salsabiela Rais setebal 212
halaman ini benar-benar mampu menginspirasi dan menggetarkan dada semua muslimin dan muslimah. Kisah para muslimah Indonesia di Eropa dan muslimah mualaf eropa untuk
mempertahankan hijab dan menutup seluruh aurat ini sungguh berat dan penuh
pengorbanan sebab mereka sering dianggap
ekslusivtas, terkucilkan, rigid, terbelakang atau tertolak bagi masyarakat eropa.
Judul Buku : Berjalan di Atas Cahaya
Pengarang :
Hanum Salsabiela Rais, dkk
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun :
2013, Cetakan pertama
Jumlah Halaman : xii + 212 halaman
Hanum Salsabiela Rais lahir di kota Gudeg,
Yogyakarta, pada tanggal 12 April 1981. Ia mendapatkan gelar dokter gigi pada
tahun 2006 dari Universitas Gajah Mada. Ia mengawali karier sebagai pembawa
acara lepas di TVRI Yogyakarta dan Jogja TV. Pada tahun 2006, ia menjadi reporter dan presenter
di Trans TV. Pada tahun 2008, ia mengikuti suaminya, Rangga Almahendra ke
Austria. Setiap karyanya selalu dinantikan masyarakat karena mampu menumbuhkan semangat para muslimah untuk berpegang teguh pada agama
rahmatan lil alamin. Karya Hanum ''Berjalan Diatas Cahaya” ini mampu memberikan nuansa baru dalam kesusastraan non-fiksi Indonesia, baru dalam
ceritanya, gaya bahasa dan cara penyampaiannya yang unik.
Gaya bahasa yang digunakan merupakan gaya bahasa
popular dan renyah yang mudah dipahami oleh pembaca dari segala kalangan. Cerita ini
sangat kaya bahasa karena menggunakan bahasa Indonesia, Inggris, Jerman dan Spanyol.
Penggunaan berbagai bahasa ini membuat pembaca semakin mudah mengimaginasikan keadaan dan
tempat yang tergambar dalam cerita. Dengan berbagai bahasa yang dipakai, pembaca pun dapat sekalian belajar menguasai bahasa tersebut, karena di dalamnya terdapat artinya dalam bahasa Indonesia. Bagaikan kamus berjalan. Modal utama pengarang adalah pengalaman tak terlupakan
dan menyentuh hati yang pernah dialami pengarang dan teman-temannya selama di Eropa. Pengalaman inilah yang membuat tulisan
menjadi menarik, inspiratif, menyentuh hati, dan meningkatkan iman semua
pembaca.
Cerita ini menggambarkan tentang kehidupan seorang
muslimah Indonesia yang bertemu dengan beberapa muslimah mualaf Eropa dari usia
remaja sampai lanjut usia. Para mualaf ini sangat bangga menjadi seorang
muslim, mereka menjalankan kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga secara islami.
Buku ini menjelaskan bahwa para muslimah dapat menjadi apapun yang ia mau
sekalipun menjadi seorang penyanyi rap. Buku ini juga menjelaskan bahwa seorang
anak harus tetap berbakti kepada orang tua meskipun berbeda keyakinan. Buku ini
menerangkan bahwa hidup di Eropa dengan islam itu penuh perjuangan, harus siap dihina,
dilecehkan. Untuk itu buku ini menganjurkan bahwa untuk menghadapinya seorang
muslim harus mampu menunjukkan bukti bukan alasan karena they do not want to listen. They need you to show them real achievement. Buku ini juga
menyakinkan kepada seorang muslim bahwa ketika kita mendapatkan kesusahan,
Alloh SWT akan membantu kita dengan mempertemukan orang-orang yang yang secara
ajaib saling membutuhkan. Buku ini mengajak untuk bersyukur bahwa sesungguhnya
manusia yang semakin tua semakin kembali ke titik nol awal kehidupannya sadar
bahwa kehidupan sesungguhnya akan diawali dan diakhiri dengan hal yang sama.
Cerita ini
mengandung banyak amat yang inspiratif bagi pembacanya, cerita ini mengajak pembacanya
untuk selalu berjuang mempertahankan keyakinannya dimanapun mereka berada,
memotivasi pembacanya untuk menunjukkan ajaran islam yang sesungguhnya kepada
semua orang, dengan begitu akan mengurangi pikiran negatif mereka terhadap
islam.
Hal yang menarik
dari buku ini adalah cerita tentang pengalaman tak terlupakan seseorang selama di Eropa, permainan
bahasa yang mampu menggugah semangat dan sensasi imajinatif mendalam dalam setiap
kejadian yang ada. Alur yang
digunakan pun tidak membuat pembaca bingung karena runtut. Sedangkan kekurangan dalam buku ini adalah saat menceritakan pengalaman terkadang diceritakan terlalu subjektif, bahasa yang terlalu banyak terkadang membuat pembaca membaca berulang-ulang maksudnya meskipun di dalamnya sudah terdapat artinya dalam bahasa Indonesia. Alur yang runtut membuat pembaca harus membaca dari awal ke depan. Tetapi kekurangan ini bisa tertutupi semua karena buku ini benar-benar syarat dengan pesan kepada pembaca yang dapat direnungkan dan diresapi lebih
dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar