Minggu, 05 Mei 2013

RESENSI BUKU BEST SELLER "Berjalan di Atas Cahaya"


 RESENSI  BUKU
Berjalan di Atas Cahaya

 Cerita Hanum Salsabiela Rais setebal 212 halaman ini benar-benar mampu menginspirasi dan menggetarkan dada semua muslimin dan muslimah. Kisah para muslimah Indonesia di Eropa dan muslimah mualaf eropa untuk mempertahankan hijab dan menutup seluruh aurat ini sungguh berat dan penuh pengorbanan sebab mereka sering dianggap ekslusivtas, terkucilkan, rigid, terbelakang atau tertolak bagi masyarakat eropa.
 Judul Buku                      : Berjalan di Atas Cahaya
 Pengarang                       : Hanum Salsabiela Rais, dkk
 Penerbit                           : PT. Gramedia Pustaka Utama
 Tahun                              : 2013, Cetakan pertama
 Jumlah Halaman               : xii + 212 halaman
Hanum Salsabiela Rais lahir di kota Gudeg, Yogyakarta, pada tanggal 12 April 1981. Ia mendapatkan gelar dokter gigi pada tahun 2006 dari Universitas Gajah Mada. Ia mengawali karier sebagai pembawa acara lepas di TVRI Yogyakarta dan Jogja TV. Pada tahun 2006, ia menjadi reporter dan presenter di Trans TV. Pada tahun 2008, ia mengikuti suaminya, Rangga Almahendra ke Austria. Setiap karyanya selalu dinantikan masyarakat karena mampu menumbuhkan semangat para muslimah untuk berpegang teguh pada agama rahmatan lil alamin. Karya Hanum ''Berjalan Diatas Cahaya” ini mampu memberikan nuansa baru dalam kesusastraan non-fiksi Indonesia, baru dalam ceritanya, gaya bahasa dan cara penyampaiannya yang unik.

Gaya bahasa yang digunakan merupakan gaya bahasa popular dan renyah yang mudah dipahami oleh pembaca dari segala kalangan. Cerita ini sangat kaya bahasa karena menggunakan bahasa Indonesia, Inggris, Jerman dan Spanyol. Penggunaan berbagai bahasa ini membuat pembaca semakin mudah mengimaginasikan keadaan dan tempat yang tergambar dalam cerita. Dengan berbagai bahasa yang dipakai, pembaca pun dapat sekalian belajar menguasai bahasa tersebut, karena di dalamnya terdapat artinya dalam bahasa Indonesia. Bagaikan kamus berjalan. Modal utama pengarang adalah pengalaman tak terlupakan dan menyentuh hati yang pernah dialami pengarang dan teman-temannya selama di Eropa. Pengalaman inilah yang membuat tulisan menjadi menarik, inspiratif, menyentuh hati, dan meningkatkan iman semua pembaca.

Cerita ini menggambarkan tentang kehidupan seorang muslimah Indonesia yang bertemu dengan beberapa muslimah mualaf Eropa dari usia remaja sampai lanjut usia. Para mualaf ini sangat bangga menjadi seorang muslim, mereka menjalankan kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga secara islami. Buku ini menjelaskan bahwa para muslimah dapat menjadi apapun yang ia mau sekalipun menjadi seorang penyanyi rap. Buku ini juga menjelaskan bahwa seorang anak harus tetap berbakti kepada orang tua meskipun berbeda keyakinan. Buku ini menerangkan bahwa hidup di Eropa dengan islam itu penuh perjuangan, harus siap dihina, dilecehkan. Untuk itu buku ini menganjurkan bahwa untuk menghadapinya seorang muslim harus mampu menunjukkan bukti bukan alasan karena they do not want to listen. They need you to show them real achievement. Buku ini juga menyakinkan kepada seorang muslim bahwa ketika kita mendapatkan kesusahan, Alloh SWT akan membantu kita dengan mempertemukan orang-orang yang yang secara ajaib saling membutuhkan. Buku ini mengajak untuk bersyukur bahwa sesungguhnya manusia yang semakin tua semakin kembali ke titik nol awal kehidupannya sadar bahwa kehidupan sesungguhnya akan diawali dan diakhiri dengan hal yang sama.

Cerita ini mengandung banyak amat yang inspiratif bagi pembacanya, cerita ini mengajak pembacanya untuk selalu berjuang mempertahankan keyakinannya dimanapun mereka berada, memotivasi pembacanya untuk menunjukkan ajaran islam yang sesungguhnya kepada semua orang, dengan begitu akan mengurangi pikiran negatif mereka terhadap islam.

Hal yang menarik dari buku ini adalah cerita tentang pengalaman tak terlupakan seseorang selama di Eropa, permainan bahasa yang mampu menggugah semangat dan sensasi imajinatif mendalam dalam setiap kejadian yang ada. Alur yang digunakan pun tidak membuat pembaca bingung karena runtut. Sedangkan kekurangan dalam buku ini adalah saat menceritakan pengalaman terkadang diceritakan terlalu subjektif, bahasa yang terlalu banyak terkadang membuat pembaca membaca berulang-ulang maksudnya meskipun di dalamnya sudah terdapat artinya dalam bahasa Indonesia. Alur yang runtut membuat pembaca harus membaca dari awal ke depan. Tetapi kekurangan ini bisa tertutupi semua karena buku ini benar-benar syarat dengan pesan kepada pembaca yang dapat direnungkan dan diresapi lebih dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar