Senin, 12 November 2012

Mulai dari diri sendiri

Pernahkah terbesit rasa jengkel, sakit hati, emosi dalam benak dan hati kita ketika orang-orang di sekitar bersikap, berkata, dan berpikir tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan? Bahkan terkadang mereka terkesan acuh, ketus, angkuh dan seakan-akan tidak peduli dengan keberadaan kita.
"Kenapa dia kok gitu ya ke aku?" mungkin itulah pertanyaan yang seringkali muncul di dalam pikiran kita saat kita menjumpai hal-hal itu. Kejadian seperti itu ada di sekitar kita, dan bisa jadi keadaan seperti itu kerap kita temui dalam kehidupan kita sehari hari. Tak jarang pula pasangan suami istri yang sudah lama membina rumah tangga pun sering mengalami kondisi yang tidak menyenangkan ini.

Ketika kita mengalami sikap tidak menyenangkan dari orang lain terhadap diri kita, jangan terburu-buru menghakimi dan mengambil kesimpulan negatif terhadap orang lain. Yang pertama kali harus kita lakukan adalah merenung dan koreksi diri sendiri. Sebaiknya pertanyaan dalam pikiran kita harus diubah menjadi "Apa yang salah ya dengan aku?"


Karena dengan begitu, kita akan berusaha memacu memori dalam otak untuk mengingat serta mengulas kembali hal apa saja yang pernah kita lakukan dan kita berikan kepada orang lain. Bisa jadi hal-hal itu yang membuat mereka bersikap tidak menyenangkan dan di luar harapan kita.
Mungkin kita pernah menyakiti mereka dengan kata-kata yang kasar ketika mereka berbicara dengan lembut kepada kita. Mungkin kita pernah mengabaikan sapaan seseorang yang diberikan dengan ramah terhadap kita. Mungkin kita juga pernah menolak dengan kasar ketika seorang teman meminta bantuan dari kita. Atau mungkin yang lebih ekstrim, kita pernah mencaci maki orang lain dengan kata-kata kasar padahal orang tersebut hanya melakukan sedikit kesalahan kepada kita.
Bisa jadi hal-hal tersebut sudah kita lupakan, tapi bagi orang lain, bisa jadi terus terekam menjadi sakit hati yang berkepanjangan. Sehingga dalam benak dan ingatan, mereka memandang kita sebagai sosok yang buruk, tempramental, judes, angkuh, pelit dll.
Tentu saja reaksi negatif akan diberikan ketika mereka berjumpa dengan kita, walaupun, semua itu telah berlalu sekian lama. Bisa jadi juga kita pun akan berbuat demikian jika kita mendapat perlakuan tidak baik dari orang lain.
Oleh karena itu, ada kalanya kita membutuhkan self-esteem atau renungan untuk memahami diri sendiri, untuk memahami siapa diri kita. Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita selalu bersifat relatif. Karena baik menurut kita belum tentu baik pula menurut orang lain.
Saat kita sudah memahami siapa diri kita, maka kita akan lebih bisa mengontrol diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Kita lebih mengerti orang lain, tidak hanya berusaha memaksakan kehendak atau menonjolkan diri.
Jika kita ingin mendapatkan respon yang positif dari orang lain maka mulailah belajar bagaimana cara untuk menghargai dan menghormati orang lain. Kita tidak akan pernah berhasil mengubah seseorang jika kita sendiri tidak mau mengubah diri kita. Karena segala sesuatu yang kita peroleh dan kita jalani, baik atau buruknya dimulai dari diri kita sendiri.
(vem/yel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar