Kamis, 28 November 2013

Jika Cinta, ‘Katakan’ Saja


dakwatuna.com - Perjalanan hidup ini bukanlah perjalanan yang mudah untuk dilalui. Semua orang dewasa. Akan mengalami fase-fase dalam kehidupannya. Mulai dari balita, anak –anak, remaja dewasa hingga renta (jika Allah memanjangkan usianya). Dan setiap langkah perjalanan hidup, ada masa-masa sulit di mana masa pubertas menjadi masa yang sulit untuk dilalui. Tak terkecuali Yola. Seorang mahasiswi semester 1 di suatu perguruan tinggi negeri di Bandung.
Saat remaja yang lain sibuk dengan hura-hura, senang-senang, jalan-jalan yang menghabiskan masa remajanya. Justru Yola menjalani rutinitas yang berbeda. Kampus menjadi tujuan pertamanya, selain itu kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam menambah ilmu, ia jalani dengan sabar dan ikhlas. Ini semua dilakukan semata-mata demi tujuan hidup yang sebenarnya. Bukankah Allah sudah mengatakan “tidak aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada ku.”
Satu kejadian yang pernah diceritakan kepadaku beberapa hari yang lalu. Ketika ia duduk di kelas bersama teman-teman. Seorang laki-laki yang selama ini ia kenal baik perilakunya, baik bicaranya, tiba-tiba mengatakan kalau ia ‘sayang’ kepada Yola. Ia berjanji, nanti ia akan menjadikan Yola sebagai pendamping hidupnya. Dan untuk saat ini, si laki-laki ingin mengenali Yola lebih dekat. Agar nantinya setelah ia yakin dengan perasaannya, dan tepat waktunya (sudah punya penghasilan yang cukup untuk membiayai keluarga, sudah selesai kuliah, sudah siap mental dan banyak lagi sudah-sudah yang lainnya) ia bisa datang untuk melamar Yola.
Aku menghela nafas sejenak menunggu cerita selanjutnya. Mencoba menebak apa jawaban dari hasil ‘gombalan’ si laki-laki. Ia melanjutkan cerita dengan ekspresi wajah sedih. Tidak seperti remaja lainnya. Berbunga-bunga dan bahagia ketika ada yang mengatakan cinta. Yola mencoba menguasai emosi agar tidak larut dengan perasaannya. Ia menangis, bukan karena bahagia. Bukan karena tidak suka ada yang mencintainya. Hanya saja dia merasa kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri. Apa yang salah dengan dirinya, hingga perilakunya menimbulkan fitnah untuk si laki-laki. Hingga berani mengutarakan rasa yang belum saatnya. Dia tidak habis pikir, apakah si laki-laki itu tidak memikirkan apa konsekuensi yang akan terjadi setelah ia mengatakan rasa yang ia katakan itu adalah cinta. Bukan rasa cinta itu yang salah, tapi momen nya yang belum tepat. Belum saatnya. Jika memang ia merasa sayang dan mampu. Mengapa tidak temui saja orang tua ku, ucap Yola. Dan katakan yang sebenarnya. Agar cinta itu bukan hanya di kata. Tetapi cinta itu tampak ketika sudah ada komitmen. Jika belum ‘mampu’, berpuasalah dan berdoalah. Semoga Allah mempertemukan dengan jodoh yang shalih/shalihah. Tidak mudah memang, tapi seperti itulah adanya. Ketika cinta, ya harus berani untuk berkomitmen. Bukan mengumbar rasa yang tidak jelas ujungnya. Yang tidak pasti kelanjutannya. Dan aku menyambut akhir cerita nya dengan senyum termanis. Merasa semakin mencintai sahabat karibku. Begitu dewasanya ia, begitu bijaknya ia di usianya yang masih remaja.
Cinta
Cinta itu harusnya menginspirasi
Cinta itu harus menghidupkan
Cinta itu harusnya menguatkan
Cinta itu …..
Yach… selalu sulit mengungkapkan makna cinta sebenarnya. Hanya yang sedang mencintailah yang mampu mengungkapkannya. Walaupun terkadang ungkapan yang dilontarkan dan diekspresikan berlebihan. Sehingga membuat berkurang nya esensi cinta yang sebenarnya. Seperti kalimat seorang penulis, “cinta itu jangan sering diumbar, karena ia akan menjadi hambar” (Tere Liye).
Banyak sekali kita jumpai remaja yang katanya sedang ‘dimabuk’ cinta. Jangankan yang sudah beranjak dewasa. Anak- anak tingkatan sekolah dasarpun mulai memasuki masa yang sebenarnya mereka belum pantas mengatakan cinta… ketika berteman, atau bertemu dengan lawan jenis, kemudian dekat dan tertarik karena kekaguman seseorang. Mereka dengan mudah mengatakan bahwa mereka sedang jatuh cinta.
Semoga bermanfaat, wallahu’alam.

Minggu, 24 November 2013

Menikah, Kenapa Takut?


dakwatuna.com – Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.
Saya sering ngobrol, dengan kawaan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat: ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.
Menikah itu Fitrah
Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu. (Al-Isra: 77)
Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.
Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.
Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.
Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.
Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.”
Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.” (HR. Baihaqi, hadits Hasan)
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi). Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.
Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.
Pernikahan dan Penghasilan
Seringkali saya mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.” Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.” (lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.” (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.” (lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.
Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.
Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.
Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.
Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.
Kesimpulan
Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.

Sabtu, 23 November 2013

"AKU HANYA INGIN PASANGAN YANG SEDERHANA"



Aku hanyalah wanita biasa.
Aku bukanlah wanita berparas cantik jelita.
Aku juga bukanlah wanita yang punya segalanya.

Aku hanyalah seorang wanita yang ingin pasangan sederhana.
Aku tidak ingin menilai setampan apa rupanya.
Aku tidak ingin menilai sebanyak apa hartanya.
Aku tidak ingin menilai setinggi apa kedudukannya.

Pasangan yang berlandaskan ketakwaan-NYA.
Pasangan yang mengharapkan Surga-NYA.
Pasangan yang akan membawa keberkahan dan keridhaan-Nya.

Aku berharap kelak di sebuah perbatasan waktu.
Aku dipertemukan dengan pasangan pilihan-Nya.
Seseorang yang hatinya terpaut kepada-Nya.
Seseorang yang mengikuti sunnah Rasul-Nya.
Seseorang yang berpedoman pada Kitab-Nya.
Seseorang yang akan ikhlas menerima segala kekuranganku.

Yang akan mampu membimbing hidupku.
Yang akan mampu mengisi dan melengkapi hari-hariku.
Yang akan menahkodai bahtera rumah tanggaku.
Yang mencintaiku tanpa menuntut kesempurnaan dariku.

Aku ingin menyayanginya secara sederhana.
Aku harap dia juga menyayangiku secara sederhana.
Sesederhana aku dalam mencintainya.

Biarlah saat ini aku menyemai cinta bersama-Nya.
Menyemai kerinduan akan wajah-Nya.
Sebelum aku dipertemukan dengannya.
Aku bermimpi untuk membangun Istana Indah.

Walaupun istana itu hanyalah pondok kecil yang terbuat dari
bambu.
Berpagarkan ketulusan cinta dan kasih sayang.
Akan kujadikan pondokku sebagai Surga bagi Suami dan
anakku.

Hanya satu keinginanku.
Yaitu ingin menjadi seorang Isteri Sholehah.

by Regas Febria Yuspita di sisa hidup

Istiqomah dalam hal ini !!!

Liputan6.com, New York : Bicara soal uang memang tak ada habisnya. Hampir setiap orang mengincar dan membutuhkannya. Sayangnya, masih banyak orang yang bersikap boros dan membuang-buang uang sesukanya untuk apapun yang dia inginkan.
Sementara melansir laman The Richest, Senin (18/11/2013), tanpa tekanan finansial, sebagian besar orang cenderung menghabiskan seluruh uang yang dimilikinya. Padahal dalam menjalani keseharian, selalu saja ada sejumlah kejadian tak terduga yang bisa menguras dompet Anda.
Kendati sudah menghasilkan uang sendiri, baiknya Anda mulai berpikir bijak dalam menggunakannya. Pikirkan bagaimana caranya agar Anda bisa menghabiskan masa tua Anda dengan bahagia tanpa kekurangan uang. Berikut 8 rahasia kecil tentang uang dan cara menggunakannya:

1. Anda perlu menyimpan uang untuk pensiun
Banyak kaum muda yang menyepelekan pentingnya menabung sejak dini. Tentu saja, karena masih terlalu lama untuk sampai ke waktu tersebut. Mulailah menyimpan uang dari sekarang karena meski masih jauh mencapai hari tua, tapi Anda juga bisa memanfaatkannya kala darurat. Simpanlah uang sebanyak mungkin. Anda pasti membutuhkannya di masa depan.

 2. Punya tujuan menggunakan uang
Apa yang akan Anda lakukan lima atau 10 tahun mendatang? Anda mungkin berpikir pertanyaan tersebut terlalu kuno. Faktanya, Anda harus menjawabnya dengan serius dan tentukan tujuan penggunaan uang di masa depan. Bisa dalam bentuk liburan, menikah atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Sejak masih muda, Anda harus mulai mengira-ngira berapa kebutuhan uang yang diperlukan. Jangan takut untuk berinvestasi jika hal itu bisa membantu Anda menggapai cita-cita di masa depan.

3. Anda harus punya uang untuk keadaan darurat
Atap rumah bocor, sakit atau bahkan kecelakaan merupakan berbagai insiden yang tak bisa diduga. Dalam kondisi tersebut, Anda perlu memiliki dana darurat agar bisa bertahan. Pastikan setiap bulan, Anda menyisihkan sebagian uang Anda untuk dana darurat. Jangan pernah gunakan uang tersebut sampai Anda benar-benar dalam kondisi terjepit.

4. Belajar membuat prioritas pengeluaran
Biaya pengeluaran untuk hidup seolah tak pernah habis, mulai dari membeli pulsa internet sampai asuransi. Asuransi, koran harian atau koneksi internet merupakan berbagai hal yang harus Anda bayar.Meski Anda terikat utang sekalipun, pastikan Anda memiliki prioritas pengeluaran, mana yang harus didahulukan.
Jangan membayar tagihan berdasarkan jumlah yang terbesar terlebih dulu. Namun lihat mana yang harus didahulukan untuk dilunasi saat punya uang nanti. (Sis/Ndw)

Semangat punya keahlian ini, demi karier dan masa depan!!!

10 Keahlian yang Bisa Dongkrak Karir



Liputan6.com, New York : Di dunia kerja tidak hanya pengalaman dan keterampilan teknis yang diperlukan. Kemampuan bersosialisasi dengan rekan kerja juga sangat diperlukan untuk mengembangkan karir dalam dunia kerja.
"Keterampilan seseorang singkatnya, dengan berbagai atribut dan kompetensi yang memungkinkan seseorang untuk bermain baik dengan orang lain. Hal ini disebut dengan memiliki kepribadian yang baik," ujar David Parnell, Salah satu konsultan hukum yang juga penulis dan pelatih komunikasi.
Sementara itu, Chief Executive of Whats For Work, Teri Hockett menuturkan, keterampilan seseorang dinilai mulai dari bagaimana orang itu berinteraksi satu sama lain, yang dilihat dari perspektif verbal dan non verbal.
Seperti dikutip dari Forbes, Senin (18/11/2013), dengan memiliki keterampilan baik dapat memaksimalkan secara efektif hubungan antar sesama di dunia kerja dan meningkatkan produktifitas untuk kepentingan semua orang.

Berikut 10 kemampuan yang diperlukan di dunia kerja:
1. Kemampuan berhubungan dengan orang lain
Hockett menuturkan, kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan sudut pandang mereka sangat penting dalam bisnis. Dengan memiliki kepribadian baik dan pengalaman maka dapat mudah berhubungan dengan semua orang.
2. Kemampuan berkomunikasi
Ini adalah salah satu keterampilan orang yang paling mendasar untuk dimiliki karena hal ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk bergaul dengan rekan kerja lain.
3. Sabar dengan orang lain
Jika Anda sabar dengan orang lain, dan tetap memiliki sikap tenang ketika menghadapi situasi yang tertekan, maka itu dapat diperhatikan oleh manajemen, dan menjadi salah satu aset penting.
4. Sanggup mempercayai orang lain
Anda akan dapat memiliki karir baik jika Anda dapat dipercaya. Tanpa itu maka Anda tidak bisa mendapatkan proyek untuk dilakukan.
5. Tahu bagaimana dan kapan menunjukkan empati
"Dengan memiliki kemampuan untuk menempatkan Anda di posisi orang lain, itu juga salah satu kunci kemampuan. Hal itu membuat kita menciptakan hubungan dengan orang lain, dan dapat memotivasi orang lain," tutur Ryan Kahn, Pendiri grup The Hired.
6. Mampu menjadi pendengar
Mendengarkan seseorang dan secara aktif mendengarkan orang lain adalah dua hal berbeda. Hockett menuturkan, kebanyakan orang mendengarkan orang bicara, dan mulai membentuk meresponnya dalam pikiran, bahkan lebih buruh mulai berbicara sebelum orang selesai apa yang dikatakan.
"Kuncinya adalah mendengarkan secara aktif, yang membutuhkan waktu lebih lama tapi menghasilkan hasil yang lebih baik. Ini berarti Anda mendengarkan tanpa gangguan, dan kemudian mengambil waktu untuk berpikir, dan membentuk respon sebelum menjawab. Ini membutuhkan latihan," tutur Hockett.
7. Minat yang tulus pada orang lain
Orang-orang tahu ketika Anda benar-benar tertarik pada mereka. Jika Anda tidak menunjukkan minat, ajukan pertanyaan bijaksana, dan mempertimbangkan jawaban mereka.
8. Fleksibel
Menjadi menyenangkan atau memiliki kepribadian yang baik tergantung dari konteks. Seorang memiliki kemampuan komunikasi sangat baik dapat menempatkan kondisi sehingga mereka dapat merespon sesuai dengan apa situasi yang dibutuhkan.
9. Penilaian yang baik
Penilaian baik adalah salah satu kunci keterampilan yang dapat langsung dipelajari, mendengarkan orang lain, mengamati dunia sekitar Anda. Hal itu dapat membuat Anda dapat bersikap bijaksana untuk bereaksi dan merespons sesuatu bahkan membuat keputusan.
10. Kemampuan untuk membujuk orang lain
Ada kesempatan baik di dalam karir Anda ketika harus menawarkan ide-ide. Anda harus mampu membentuk argumen yang kuat dan meyakinkan. (Ahm/Ndw)

Minggu, 17 November 2013

BIARKAN SAYA SENDIRI...SEKALIPUN ITU SELAMANYA

MAAF SAYA SUDAH TIDAK INGIN MENGENAL SIAPAPUN BUKAN HANYA ANDA DAN ANDA (LAKI2). SAYA HANYA INGIN MENGENAL LAKI-LAKI BAIK YANG MAU MENIKAHI WANITA SEPERTI SAYA


MASA DEPAN AKHIRAT SAYA TERLALU BERHARGA DIBANDINGKAN ANDA

SAYA SUDAH BERTOBAT ATAS SETIAP DOSA DAN KESALAHAN SAYA.

ANDA TIDAK PERNAH SALAH, JUJUR SAYA BERSYUKUR MENGENAL KALIAN. KALIAN MEMBUAT SAYA LEBIH DEWASA DAN SABAR


TAPI KALI INI MEMANG SAYA TIDAK INGIN MENGENAL SIAPAPUN.

SELAMAT TINGGAL LAKI-LAKI YANG PERNAH SAYA KENAL.

SEKARANG AKU HANYA AKAN MEMIKIRKAN AKHIRATKU, KARIRKU DAN MASA DEPANKU. MAAF YA JIKA AKU KEMBALI JUTEK DAN KERAS DG LAKI2, SEPERTI SEBELUM TIGA TAHUN YANG LALU.

SEKIRANYA MENURUTKU SUDAH CUKUP AKU MENGENAL LAKI2 SELAMA TIGA TAHUN, DG DUA LAKI2 YANG PERNAH AKU CINTA. PERTAMA, DIA MENIKAH. KEDUA, PRIA YANG LEBIH MUDA. ITU SUDAH LEBIH DARI CUKUP UNTUK MENJADIKANKU PENGALAMAN. TERIMA KASIH ALLOH, SEKARANG SAATNYA BANGKIT HIDUP SENDIRI DEMI MASA DEPAN.

AKU TAHU, JIKA JODOHKU MEMANG ADA, ENGKAU AKAN MENGIRIMKAN AKU PRIA YANG BENAR2 BAIK UNTUKKU. PRIA IMPIANKU SELAMA INI, YANG SELALU DAN SELALU AKAN MEMBUATKU LEBIH DEKAT DENGANMU. TERSENYUM MANIS DAN MENGARAHKANKU KETIKA AKU SALAH. BUKANNYA MENJEBAKKU DALAM KESALAHAN DAN DOSA..


REGAS DI SISA HIDUP 2013

Kamis, 14 November 2013

Abi, Aku Mencintaimu


SUNGGUH MENCINTAIMU BAHKAN SEBELUM KITA BERTEMU

MERINDUKANMU, INGIN RASANYA MENDAMPINGIMU DENGAN SEGERA
 
 DIMANAKAH KAU BI,,,,SEMOGA DIMANAPUN ENGKAU BERADA, ALLOH SWT SELALU MELINDUNGIMU MELIMPAHKAN BANYAK REZEKI DAN KASIH SAYANG UNTUKMU
 
SIAPAPUN ENGKAU, AKU AKAN MENERIMAMU KARENA ENGKAU ADALAH PRIA TERBAIK PILIHAN ALLOH SWT, YANG MENERIMA SEGALA KEKURANGANKU. YANG YAKIN BAHWA AKU ADALAH WANITA BAIK DAN WANITA YANG BISA KAU BIMBING UNTUK KAU AJAK KE SURGA-NYA
 
 
Akhwatmuslimah.com – Selama tiga tahun, Fatimah memperdalam ilmu agama dan belajar mengaji pada seorang ulama besar.
Setelah ia keluar dari pondok pesantren, Fatimah tumbuh sebagai gadis cantik yang sholihah.
Ia pun kembali memasuki kehidupan diluar. Orang-orang memandangnya tak ubahnya seperti bunga MAWAR putih yang tumbuh diantara rumput ilalang.
Semua lelaki memujanya, percampuran darah indonesia dan Tionghoa yang ada di dalam tubuhnya, membuat ia seperti sebuah lukisan klasik yang nyata dan hidup. Ia seperti bidadari.
Ulama ulama dari seberang pulau, seringkali datang melamar Fatimah. Bahkan tak jarang sahabat ayahnya mencoba melamar Fatimah untuk anaknya.
Tetapi ayah Fatimah yang memiliki hati yang teduh itu, menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada anaknya. Tetapi Fatimah sebagai anak yang sholihah, Fatimah justru menyerahkan hal itu pada ayahnya, menurutnya ayahnya tahu yang terbaik baginya.
Fatimah sangat mengagumi ayahnya karena dia adalah lelaki pertama yang dikenal dalam hidupnya. Seorang lelaki yang bertanggung jawab, selalu tersenyum meski dalam keadaan marah sekali pun, ia adalah lelaki yang selalu mengutamakan ibadah kepada Allah. Bahkan Fatimah seringkali berucap” Jika Allah mendatangkan seseorang yang menemani hidup ku, biarlah ia seperti ayahku…”
Tanpa sepengetahuan Fatimah, ternyata sang ayah diam-diam telah menjodohkannya dengan anak seorang ulama terkenal yang merupakan sahabat baiknya.
Fatimah tak percaya saat ayahnya menyampaikan maksud perjodohan itu, karena ia tahu betul bagaimana akhlaknya pemuda itu, sang pemuda terkenal gemar sekali melakukan kemaksiatan, seperti : JUDI, MABUK-MABUKAN, begadang, bahkan sholatpun tak pernah ia lakukan … bahkan dikampungnya sang pemuda mendapat julukan THE GOD OF GAMBLER … naudzubillah.
Hari-hari ia lalui dengan bersujud pada ALLAH, ia memohon petunjuk pada Allah agar diberikan yang terbaik, ia yakin bahwa ALLAH akan membantunya, karena ia tak berani menolak tawaran dari ayahnya, meskipun pada saat itu seringkali di hantui mimpi-mimpi buruk, dan itu yang membuatnya resah dan gelisah yang mebuat ia semakin bingung, karena ia punya prinsip “Tujuan hidup ku adalah membahagiakan ayahku apapun keputusannya bagaimana aku menolaknya???”
Akhirnya, ia memutuskan untuk menerimanya, dan hari yang dikhawatirkannya itu tiba juga. Dan ia sempat pingsan saat hari pernikahan itu, ia tidak percaya bahwa akad itu telah terjadi.
Namun keresahan itu juga terjadi pada Ikhsan (nama sang pemuda tersebut) saat akad nikah, dadanya bergetar hebat. Ia tak kuasa memandang pesona yang dimilki Fatimah “ Benarkah aku layak menjadi suaminya?? Fatimah terlalu baik untuk ku !! Sedangkan aku ?? tak ada satupun yg bisa aku banggakan dariku !! aku peminum !! aku penjudi !! apakah ini NYATA ????
Ditengah malam, tanpa sepengetahuan Fatimah dia melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan, yaitu SHOLAT !! dalam sholatnya ia bersujud panjang dan bersyukur tak habisnya atas karunia yg telah diberikan Allah meski maksiat kerap kali dilakukannya, dalam sujud panjangnya dia selalu berdoa “Ya Allah, kasihanilah aku, ampunilah aku, bantulah aku… Ya Allah apakah betul Zamrud biru nan indah itu (fatimah) untukku??”
Waktu berlalu dengan DO’A dan KESUNGGUHANnya, sehingga hari- hari berganti dengan sebuah perubahan yang dahsyat, kini Ikhsan telah berubah ia telah meninggalkan kebiasaan buruknya itu. Gadis nan indah itu telah merubah pandangannya tentang hidup hingga ia mampu meninggalkannya.
Hingga pada suatu malam Fatimah menyaksikan peristiwa yang menggetarkan jiwanya .. . Saat itu Fatimah bangun malam hendak melaksanakan sholat Tahajjud, namun saat ia memakai mukena ia mendengar suara orang yang mengendap-endap di ruangan tamu, saat ia intip dari kamarnya ternyata sang suaminya hendak meninggalkan rumah, Fatimah tak berani mencegahnya ia hanya mampu mengintip, namun pikirannya mulai berpikir yang tak baik tentang suaminya, ia khawatir suaminya kembali ke kebiasaannya yang buruk dulu hingga ia berani keluar malam lagi.
Ketika suaminya sudah mulai menjauh akhirnya ia mengikutinya dari belakang, ternyata sang suami masuk ke sebuah masjid.
“Ya Allah aku bersyukur pada MU telah engkau karuniakan seorang perempuan yang cantik, baik dan shalihah … setiap hari ia berbakti kepada ku, menyiapkan segalanya untuku, mencucikan bajuku, memasak untuku, menimba air untukku, membacakan kalam Mu untuk menyadarkanku dari khilafku pada MU …
Tetapi hamba belum menyentuhnya, ya ALLAH, hamba tak pantas melakukan itu semua. Dan aku tau itu membuatnya terluka …
Hidupku terlalu pekat oleh dosa-dosa padaMU dimasa lalu. Tetapi engkau memberikan hadiah yang sangat besar untuk hidup ku … Kehadiran Fatimah disampingku adalah karunia terbesar dari MU untukku …
.. Maka dari itu ya ALLAH, agar Fatimah tetap bersemi INDAH, bercahaya setiap waktu, damai dalam munajatnya kepadaMU setiap waktu .. Aku mohon ya Allah, siapkan seorang suami yang setara dengannya. Dan Engkau pasti tak mau melukai hambaMU Fatimah dengan membuatnya tersiksa bersuamikan hamba … Kabulkanlah ya ALLAH..”
Mendengar itu, Fatimah bergetar hebat ia menangis dan bersujud di depan pintu masjid. ‘Akulah yang berdosa, akulah yang berdosa, aku telah menyimpan pikiran buruk bagi hambaMU yang mulia, yang telah KAU tunjuk menjadi suamiku .. Ampunilah hamba ya Allah .., Bisikan kedalam hati lelaki itu, bahwa aku mohon maaf, dan betapa aku mengagumi dan mencintainya. Ya Allah izinkanlah ia menjadi suami ku selama-lamanya ..
Isak tangis yang ditahannya sejak tadi kini meledaknya. Memecah keheningan, sambil menangis ia merangkak menghampiri suaminya.
Ikhsan terperangah “apakah Fatimah mendengar doaku??” pikirnya, dan kini ia semakin tak dapat menggerakkan seluruh sendinya, karena Fatimah telah berada dihadapannya, dan memeluk erat tubuhnya. Ia tak percaya, sungguh tak percaya!!
Tangannya bergetar, saat pertama kalinya membelai kepala istrinya, hati dan matanya-pun kini semakin basah.
“Kakak, jangan tinggalkan Fatimah !! mengapa kakak berniat seperti itu?? Aku adalah istrimu kak, selamanya tetap menjadi istrimu !! jangan berpikir seperti itu, tersendat suaranya menahan isakan tangis.
“kumohon jadilah suami !! Kumohon maafkanlah aku selama ini, telah berfikir buruk padamu. Aku mencintaimu kak”
Perlahan-lahan Ikhsan memeluk dengan lembut istrinya dengan segenap cinta, dan dengan lirih ia berucap, ”Ya Allah, Engkau datangkan lagi karunia yang BESAR untuk hambaMu ini,..alhamdulillah”
(di kutip dari buku “Bunda, aku kembali” karya “Lalu Mohammad Zaenuddin” hal 59,)

Rabu, 13 November 2013

Akhir dari sebuah cinta

Ini adalah sebuah kisah yang aku tulis sendiri. Tentang cintaku kepada pria lebih muda. entah kenapa ? aku begitu mencintainya meskipun aku belum pernah bertemu dengan dirinya. 

Tetapi mungkin hakikat diriku tak pernah berharga untuknya. Mungkin dia hanya menganggapku sebagai seorang kakak. Aku mencintainya, aku pun sering menangis untuknya. Menangis karena aku sadar cintaku tak mungkin mendapatkan kecerahan masa depan. Ya, aku lebih bahagia. Mungkin tepatnya berusaha bahagia walaupun derai air mata tak tertahankan. Aku ingin dia mencintai wanita yang lebih muda atau sebaya dengan dirinya. Wanita cantik sebagaimana wanita idaman dia. Wanita berakhlak mulia dan beragama bagus seperti lingkungan sekitarnya. Itu sangat baik untuknya daripada aku. Aku tak memiliki apapun yang telah aku sebutkan di atas.

Aku tidak memiliki akhlak mulia dan agamaku pun tak bagus, aku yang selalu menjerumuskan dia, aku tidak bisa membuat dia lebih baik saat bersamaku. Bukankah aku lebih baik pergi darinya?? Aku tidak ingin membuat dia galau apalagi berdosa. aku ingin dia kembali menjadi laki2 baik nan sholeh seperti saat belum mengenalku.

Selamat tinggal ade. Semoga engkau berjodoh dengan wanita impianmu. Wanita yang cantik jelita paras, agama dan akhlaknya. Umurnya pun sepantara atau lebih muda. Semoga kesuksesanpun selalu mengiringi hidupku, semua cita2 dan doa2mu dikabulkan Alloh SWT. Aamiin ya Rabb


 

Tips Mengasuh Anak, 10 Tips Menerapkan Disiplin pada Anak



parenting tips3 150x150 Tips Mengasuh Anak, 10 Tips Menerapkan Disiplin pada AnakMembesarkan anak tidak selalu mudah dan orangtua perlu menggunakan metode yang efektif untuk menangani masalah disiplin anak.

Disiplin yang baik harus melibatkan rasa hormat dan empati dalam mendidik anak Anda.

Anak yang dibesarkan dan diberikan disiplin dengan penuh cinta kasih biasanya akan lebih bahagia, lebih akrab, dan berperilaku lebih baik.

Berikut tips tentang teknik yang baik dan efektif untuk menerapkan disiplin pada anak:

1. Buatlah hubungan saling menghormati antara Anda dan anak.

Menghormati anak Anda akan menumbuhkan hubungan saling mencintai dan saling percaya.

2. Miliki rasa empati.

Hormati perasaan anak dan ajari mereka untuk menghormati perasaan orang lain juga. Ajak anak berdiskusi dengan menanyakan apa yang akan orang rasakan atas tidakan yang anak lakukan.

3. Kenali usia dan tahapan perkembangan anak.

Memahami tahap perkembangan anak dan mengapa anak-anak berperilaku seperti yang mereka lakukan sangatlah penting.

Misalnya, Anda tidak bisa mengharapkan anak berumur 2 tahun untuk memahami mengenai logika dan alasan. Oleh karena itu, pahamilah kemampuan dan disiplin sesuai tahap perkembangan anak.

4. Ajak anak berbicara dari hati ke hati.

Time in, not time out. Ketika anak berperilaku tidak baik, mereka sebenarnya ingin mengatakan sesuatu. Daripada membuat anak semakin menjauh dari Anda, coba dekati dan tanyakan dengan lembut apa yang sedang mereka rasakan.

Dengan melakukan hal ini, Anda bisa menghilangkan perilaku nakal anak. Anda akan belajar mengapa anak melakukan perilaku tersebut dan apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya.

5. Konsisten.

Anak-anak membutuhkan konsistensi terhadap apa yang orangtua katakan kepada mereka. Tindak lanjuti dan berusalah konsisten atas pesan atau nasehat yang sudah Anda sampaikan kepada anak.

6. Mengantisipasi dan mencegah.

Ketahui apa yang bisa memicu anak rewel. Misalnya, jika Anda tahu anak rewel pada waktu tertentu, cobalah untuk menghindari keluar pada saat itu.

Berilah anak makan sebelum pergi ke swalayan atau ke pasar untuk menghindari mereka merengek dibelikan jajanan.

7. Berikan pilihan, namun tetap beri mereka batasan.

Membuat pilihan akan memungkinkan anak merasa dianggap, hingga akhirnya anak akan lebih kooperatif.

Batasi pilihan untuk hal-hal yang Anda anggap bisa diterima, misalnya menawarkan mereka pilihan dua makanan untuk sarapan yang Anda bersedia untuk menyiapkan pilihan mereka.

8. Tekankan konsekuensi apa yang mereka terima bila melakukan suatu tindakan.

Ada konsekuensi yang harus mereka terima terhadap tindakan yang mereka lakukan, misalnya, ” Jika kamu mengambil mainan dari adikmu, maka kamu tidak akan diizinkan untuk bermain di ruang bermain.”

Namun, tidak ada kompromi untuk keselamatan dan kesehatan anak. Jadi tentu Anda tidak akan membiarkan anak membahayakan diri mereka sendiri ataupun orang lain.

9. Tekankan bahwa yang tidak Anda sukai adalah perilaku anak, bukan diri mereka.

Anak-anak sangat sensitif dan mungkin akan merasa bahwa Anda tidak menyukai mereka, jadi tekankan pada anak bahwa perilaku mereka yang tidak Anda sukai.

10. Beri pujian pada anak.

Beri pujian atau pelukan hangat ketika anak melakukan sesuatu yang baik, bukan hanya mengkritik mereka jika melakukan sesuatu yang salah.

Hal ini akan membuat lebih seimbang dalam mengasuh dan menerapkan disiplin pada anak.

Selasa, 12 November 2013

5 PERBUATAN YANG AMAT DI SUKAI WANITA


 
 Semmoga besok suamiku seperti ini, biarpun gak romantis. Ini membuktikan sedikit romantis dan benar2 yakin mang dia mencintaiku...hehe....Pengen ketemu abi, menikah.....hehe
Terkadang Para Suami Tidak Tahu :

1. Memegang kedua tangannya ... saat ada keperluan ataupun tidak ... genggaman tangan membuat wanita akan merasa tenang dan aman...

2. Menyibakkan rambut yang jatuh menutupi wajahnya ... wanita akan merasa bahwa dirinya di perhatikan...

3. Kapanpun saat ia menangis sekalah air mata dengan ujung jari secara lembut ... wanita akan merasa amat di sayang ...

4. Katakanlah " Aku Mencintaimu " meskipun saat dia marah ... wanita akan lembut hatinya, hilang marahnya bahkan kadang kala ia akan membalas dengan kata-kata yang sama ...

5. Mencium tangannya, menganggapnya nikmat dan anugrah luar biasa dari ALLAH katakan padanya ... bahwa engkau bersyukur karena ALLAH telah menganugrahkan dirinya padamu ... wanita akan merasa bahwa ialah satu-satunya yang ada dalam hatimu ... dan tidak ada yang lain ..

Semangat menjadi wanita sebaik2nya

. 15 LANGKAH WANITA MENUJU SURGA ALLAH” …

1. Ia adalah seorang Muslimah dan Mukminah yang baik..

2. Ia adalah seorang Ihsanah (yang senang beribadah kepada Allah serta suka berbuat baik kepada sesama)..

3. Ia adalah seorang wanita yang selalu menundukkan pandangan, menutupi aurat serta berakhlak mulia..

4. Ia senantiasa bertaqwa kepada Allah serta meneladani Rasul-Nya..

5. Ia ikhlas beribadah semata-mata karena Allah. Dan bukan untuk dipuji orang lain (riya’)..

6. Ia gemar membaca Al-Qur’an dan berusaha memahami isi kandungannya..

7. Ia suka menghidupkan (mengajak) amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari..

8. Ia suka berbuat baik dan tidak menyakiti kepada sesama Muslim..

9. Ia suka menyambung tali silaturrahim baik dengan famili maupun antar sesama muslim sebagai saudara..

10. Ia suka berinfak dalam batas kemampuan dan keikhlasannya..

11. Ia adil dalam menyikapi segala hal. Teguh dalam pendirian jika ia dalam posisi benar..

12. Ia pandai menjaga lisan dari perkataan kotor dan yang bisa menyakiti hati orang lain..

13. Ia tidak suka berkumpul dengan orang lain yang hanya bertujuan untuk berghibah (memperbincangk an kejelekan orang lain)..

14. Ia berbakti dan ta’at kepada kedua orang tua..

15. Dan ia patuh serta mengabdi dengan tulus hati kepada suami (jika sudah berkeluarga)..

Jumat, 08 November 2013

Aku ingin menikah ya Rabb!!!

Tujuan-tujuan Mulia Menikah dan Berkeluarga


13839516501092987892
ilustrasi : www.deenulhuda.blogspot.com
Menikah dan berkeluarga itu bukan persoalan keinginan seseorang. Oleh karena itu, lelaki dan perempuan lajang tidak perlu ditanya apakah mereka pengin menikah atau tidak, karena menikah itu bukan soal pengin. Kalau menikah dipahami hanya persoalan pengin, maka ada orang tidak mau menikah dengan alasan tidak pengin, dan ada orang yang menikah setiap hari karena selalu pengin. Menikah adalah tugas peradaban, karena hanya dengan pernikahanlah akan lahir peradaban kemanusiaan yang mulia di masa depan.
Lelaki dan perempuan lajang hendaklah menyiapkan diri menuju pernikahan yang sesuai dengan tuntunan agama dan aturan negara. Jika belum memiliki cukup kekuatan motivasi untuk menikah, perhatikanlah berbagai tujuan mulia dari pernikahan yang dituntunkan agama. Menikah itu bukan semata-mata penyaluran hasrat biologis, namun menikah merupakan sarana terbentuknya masyarakat, bangsa dan negara yang kuat serta bermartabat.
Menikah memiliki tujuan-tujuan mulia dan jelas. Bukan semata-mata urusan pribadi seseorang. Di antara tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tuntunan para Rasul
Menikah adalah ajaran para Nabi dan Rasul. Hal ini menunjukkan, pernikahan bukan semata-mata urusan kemanusiaan semata, namun ada sisi Ketuhanan yang sangat kuat. Oleh karena itulah menikah dicontohkan oleh para Rasul dan menjadi bagian dari ajaran mereka, untuk dicontoh oleh umat manusia.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38).
Ayat di atas menjelaskan bahwa para Rasul itu menikah dan memiliki keturunan. Rasulullah Saw bersabda, “Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
2. Menguatkan Ibadah
Menikah adalah bagian utuh dari ibadah, bahkan disebut sebagai separuh agama. Tidak main-main, menikah bukan sekedar proposal pribadi untuk “kepatutan” dan “kepantasan” hidup bermasyarakat. Bahkan menikah menjadi sarana menggenapi sisi keagamaan seseorang, agar semakin kuat ibadahnya.
Nabi Saw bersabda,  “Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
3. Menjaga kebersihan dan kebaikan diri
Semua manusia memiliki instink dan kecenderungan kepada pasangan jenisnya yang menuntut disalurkan secara benar. Apabila tidak disalurkan secara benar, yang muncul adalah penyimpangan dan kehinaan. Banyaknya pergaulan bebas, fenomena aborsi di kalangan mahasiswa dan pelajar, kehamilan di luar pernikahan, perselingkuhan, dan lain sebagainya, menjadi bukti bahwa kecenderungan syahwat ini sangat alami sifatnya. Untuk itu harus disalurkan secara benar dan bermartabat, dengan pernikahan.
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai para pemuda,  barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, dan Baihaqi).
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari dua keburukan maka ia akan masuk surga: sesuatu di antara dua bibir (lisan) dan sesuatu di antara dua kaki (kemaluan)” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim. Albani mentashihkan dalam As Sahihah).
4. Mendapatkan ketenangan jiwa
Perasaan tenang, tenteram, nyaman atau disebut sebagai sakinah, muncul setelah menikah. Tuhan memberikan perasaan tersebut kepada laki-laki dan perempuan yang melaksanakan pernikahan dengan proses yang baik dan benar. Sekedar penyaluran hasrat biologis tanpa menikah, tidak akan bisa memberikan perasaan ketenangan dalam jiwa manusia.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum:21).
5. Mendapatkan keturunan
Tujuan mulia dari pernikahan adalah mendapatkan keturunan. Semua orang memiliki kecenderungan dan perasaan senang dengan anak. Bahkan Nabi menuntutkan agar menikahi perempuan yang penuh kasih sayang serta bisa melahirkan banyak keturunan. Dengan memiliki anak keturunan, akan memberikan jalan bagi kelanjutan generasi kemanusiaan di muka bumi. Jenis kemanusiaan akan terjaga dan tidak punah, yang akan melaksanakan misi kemanusiaan dalam kehidupan.
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik” (QS. An-Nahl : 72).
6. Investasi akhirat
Anak adalah investasi akhirat, bukan semata-mata kesenangan dunia. Dengan memiliki anak yang salih dan salihah, akan memberikan kesempatan kepada kedua orang tua untuk mendapatkan surga di akhirat kelak.
Rasulullah Saw bersabda, “Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam surga, namun mereka berkata: wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah dan ibu kami masuk lebih dahulu. Kemudian ayah dan ibu mereka datang. Maka Allah berfirman: Kenapa mereka masih belum masuk ke dalam surga, masuklah kamu semua ke dalam surga. Mereka menjawab: wahai Tuhan kami, bagaimana nasib ayah dan ibu kami? Kemudian Allah menjawab: masuklah kamu dan orang tuamu ke dalam surga” (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).
7. Menyalurkan fitrah
Di antara fitrah manusia adalah berpasangan, bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan untuk menjadi pasangan agar saling melengkapi, saling mengisi, dan saling berbagi. Kesendirian merupakan persoalan yang membuat ketidakseimbangan dalam kehidupan. Semua orang ingin berbagi, ingin mendapatkan kasih sayang dan menyalurkan kasih sayang kepada pasangannya.
Manusia juga memiliki fitrah kebapakan serta keibuan. Laki-laki perlu menyalurkan fitrah kebapakan, perempuan perlu menyalurkan fitrah keibuan dengan jalan yang benar, yaitu menikah dan memiliki keturunan. Menikah adalah jalan yang terhormat dan tepat untuk menyalurkan berbagai fitrah kemanusiaan tersebut.
8. Membentuk peradaban
Menikah menyebabkan munculnya keteraturan hidup dalam masyarakat. Muncullah keluarga sebagai basis pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan. Lahirlah keluarga-keluarga sebagai pondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan menikah, terbentuklah tatanan kehidupan kemasyarakatan yang ideal. Semua orang akan terikat dengan keluarga, dan akan kembali kepada keluarga.
Perhatikanlah munculnya anak-anak jalanan yang tidak memiliki keluarga atau terbuang dari keluarga. Mereka menggantungkan kehidupan di tengah kerasnya kehidupan jalanan. Padahal harusnya mereka dibina dan dididik di tengah kelembutan serta kehangatan keluarga. Mereka mungkin saja korban dari kehancuran keluarga, dan tidak bisa dibayangkan peradaban yang akan diciptakan dari kehidupan jalanan ini.
Peradaban yang kuat akan lahir dari keluarga yang kuat. Maka menikahlah untuk membentuk keluarga yang kuat. Dengan demikian kita sudah berkontribusi menciptakan lahirnya peradaban yang kuat serta bermartabat.

Kamis, 07 November 2013

Ciri-Ciri Pria Setia Yang Cocok Dijadikan Suami

Selalu Menepati Janji
Jika dia sudah berjanji, maka dia akan menepatinya. Kecuali jika terjadi hal-hal penting di luar kuasanya, pria ini akan selalu menepati janji. Jika dia bilang datang jam 10, dia akan datang jam 10 (bahkan sebelum jam 10). Semakin baik ketepatannya memenuhi janji, kemungkinan dia adalah pria setia.
Menghormati Orang Lain
Pria yang setia adalah pria yang menghormati komitmen dan pasangannya. Karena itu, jika dia bisa menghormati orang lain, maka dia memiliki kemampuan juga untuk menghormati Anda. Dia akan menjaga agar sebisa mungkin tidak menyakiti perasaan orang lain, termasuk Anda.
Jujur
Kejujuran adalah salah satu kunci kesetiaan. Pria yang jujur adalah pria yang setia. Dia selalu jujur mengatakan ke mana dia pergi, dengan siapa, dan tidak pernah membuat Anda bingung karena tiba-tiba menghilang. Pria yang pintar berbohong biasanya punya kemampuan untuk selingkuh lebih besar.
Tidak Mencari Perhatian Wanita Lain
Pria yang setia biasanya tidak pernah sengaja tebar pesona dan cari perhatian dengan wanita lain. Sekali waktu mungkin dia melirik wanita cantik yang lewat di depannya, hal itu wajar, pria tetaplah pria. Namun dia tidak akan sengaja memberi senyum yang menggoda pada wanita lain. Dia juga tidak akan terpancing jika ada wanita yang meminta kenalan melalui texting seperti BBM atau WhatsApp.
Bisa Menjaga Emosi
Tidak banyak pria yang bisa menjaga emosi dan kata-katanya, karena kontrol terhadap diri sendiri kadang sulit dilakukan pria. Namun pria yang bisa mengontrol emosi adalah salah satu tanda dia pria setia. Perselingkuhan sering terjadi karena pria lepas kontrol dan tidak bisa mengerem dirinya, karena itu kemampuan menjaga emosi bisa membuat pria bertahan dengan komitmennya.

Rabu, 06 November 2013

Generasi impian

dakwatuna.com – Sambil menangis Syafi’i kecil mengadu kepada ibunya. ”Aku tak mau lagi pergi ke sana. Mereka menolak kehadiranku. Namun dengan penuh kelembutan sang ibu terus menyemangati. ”Kembalilah ke sana anakku, nanti jika engkau melihat anak-anak kaya itu belajar duduklah di samping mereka. Tetapi jangan sampai mereka merasa terganggu”. Satu dua kali nasihat itu dilaksanakan hingga akhirnya ia bisa kembali belajar. Di usianya yang baru genap lima tahun bakat dan kemampuannya mulai terlihat. Saat jam belajar selesai imam Ass Syafi’i mengulangi pelajaran untuk kawan-kawannya. Keterbatasan ekonomi keluarga tak menghentikan semangatnya menuntut ilmu. Usia 7 tahun ia telah menyelesaikan hafalan al-Quran. Memasuki usianya yang ke delapan Syafi’i kecil sudah terbiasa bergabung dengan para ulama. Pada usia 10 tahun imam Syafi’i telah hafal kitab al-Muwattha sebelum bertemu dengan Imam Malik, sang penyusun kitab hadits itu. Sedang pada usia 15 tahun ia sudah diizinkan untuk memberi fatwa.
Imam As Syafi’i hanyalah contoh kecil bahwa bakat dan kemampuan tidaklah datang secara kebetulan. Melainkan harus dibangun dan direkayasa sejak dini. Jika Syafi’i menjadi ulama dan imam besar di kemudian hari, itu adalah jasa dari ibunya. Selain nasab yang bersambung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pola pembinaan yang diterapkan kepada Syafi’i. Sejak kecil Syafi’i dikirim ke Mekah untuk menimba ilmu dari para ulama. Dari sini kita mendapati bahwa generasi Islam terdahulu dibangun melalui dua kaidah dasar. Pertama, ia lahir melalui rekayasa genetika (al-wirâtsah). Dan yang kedua melalui proses pembinaan (at-tarbiyah as-shâhihah).
Rekayasa genetika sesungguhnya dapat kita temukan dalam diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih dari keturunan Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ismail as., dan memilih Kinanah dari keturunan Nabi Ismail as., dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih dari keturunan Quraisy yaitu Bani Hasyim, dan Allah telah memilihku dari keturunan Bani Hasyim”. (HR. Muslim, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Hibban dan Sunan Turmudzi)
Demikian, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seorang dari sekian banyak keturunan Adam yang dipilih oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Beliau dipersiapkan menjadi penutup risalah para nabi dan rasul jauh, sebelum kelahirannya. Karena tugasnya yang berat maka dipersiapkan orang yang tepat. Karena risalahnya yang mulia maka harus dibawa oleh orang yang sama mulianya. Lalu sebagai pendukung dari tugas beliau dipilihkan seorang pendamping yang sepadan. Khadijah ath-thahirah. Seorang wanita yang selalu menjaga kesucian budi pekerti dan kedudukannya yang mulia di tengah-tengah kaumnya. Serta kesucian dirinya dari noda-noda paganisme pada zaman jahiliyah. Melalui perpaduan dua genetika inilah lahir ulama sekelas imam asy Syafi’i.
Namun faktor genetika saja tidak cukup berpengaruh. Proses selanjutnya adalah pola pembinaan. Untuk melahirkan seorang pemuda pemberani maka harus dibina dan dilatih menjadi pemberani. Sebagaimana para ulama lahir melalui pembinaan yang benar sebagai seorang ulama. Ibnu Mas’ud RA berkata, “Dahulu kami -para sahabat- apabila belajar kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam 10 ayat, maka kami tidaklah mempelajari 10 ayat lain yang diturunkan berikutnya kecuali setelah kami pelajari apa yang terkandung di dalamnya.”
Para ibu di zaman khulafa ar-rasyidin juga punya cara unik mengajari generasi muda menjadi kesatria. Mereka tak pernah lupa menyertakan anak-anak dan remaja dalam setiap pertempuran. Di banyak pertempuran anak-anak dan remaja punya peranan khusus. Ketika ayah mereka berada di garis pertempuran, di saat bersamaan para ibu sibuk menolong dan mengobati korban yang terluka. Anak-anak dan para remajalah yang bertugas menggali dan menyiapkan kubur bagi para syuhada.
Karena alasan inilah Umar bin Khathab memerintahkan orang tua mengajari remaja berkuda, berenang dan memanah. Salah seorang di antara mereka bahkan ada yang terkena panah dan meninggal. Namun tak menjadi alasan bagi Umar menghentikan kegiatan belajar memanah.
Kemampuan mendidik dan membina generasi muda setidaknya menjadi modal besar bagi sebuah bangsa. Kemajuan sebuah bangsa bukan hanya waktu yang ditunggu kedatangannya. Melainkan harus dirancang dan direkayasa. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menghadirkan generasi muda yang siap berkontribusi bagi bangsanya. Karena rahasia kemajuan sebuah bangsa ada pada generasi mudanya. Wallahu alam bisshawab.

Senin, 04 November 2013

Berikan yang Terbaik untuk Pasangan



Ilustrasi (blogspot.com/kembarasalik)
dakwatuna.com - Pernikahan telah menyatukan bukan saja tubuh dua insan –laki-laki dan perempuan, namun pernikahan telah menyatukan dua cinta, dua cita-cita bahkan dua jiwa yang berbeda. Suami dan istri berkolaborasi dalam kehidupan keluarga, dengan ikatan cinta kasih yang tulus, untuk menempuh kehidupan dalam kebersamaan. Keluarga telah meleburkan suami dan istri dalam sebuah ikatan yang sangat kuat –tidak ada ikatan sekuat dan sehangat ikatan yang muncul dalam pernikahan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri harus berusaha saling memberikan yang terbaik kepada pasangan, bukan menuntut dari pasangan. Jika suami dan istri selalu memberikan yang terbaik, maka mereka akan mendapatkan pula dari pasangannya. Namun jika suami dan istri lebih mendahulukan menuntut dari pasangan, maka mereka tidak akan mendapatkan. Sikap menuntut ditunaikannya hak pasangan, merupakan sebentuk pengingkaran dari konsekuensi cinta kasih. Karena cinta itu artinya memberi, bukan menuntut diberi.
Dalam kehidupan keluarga, suami dan istri harus berlomba-lomba dalam memberikan yang terbaik kepada pasangan, dalam beberapa sisi berikut:
Berikan Perasaan Terbaik
Menikah itu bukan hanya bab memberikan tubuh kepada pasangan tetapi hatinya telah hilang dibawa kenangan. Pada beberapa contoh pasangan, mereka menikah karena keterpaksaan keadaan; dengan harapan akan segera bisa saling mencinta setelah hidup berumah tangga. Jika mereka benar-benar berusaha memberikan perasaan terbaik kepada pasangan, niscaya saling mencinta itu akan mereka dapatkan. Namun jika mereka tidak sungguh-sungguh dalam berusaha, mereka hanya hidup dalam kepura-puraan.
Perasaan cinta, kasih, sayang, rindu, mesra sebagai suami istri, harus diberikan secara spesial untuk pasangan hidup. Hanya untuk dia saja, tidak diberikan kepada yang lainnya. Jangan melewati hari-hari dalam kehidupan keluarga dengan hati hampa, tanpa cinta, tanpa rasa. Semua mengalir hampa dan waktu berlalu begitu saja. Berikan cinta, berikan rindu, berikan semua perasaan terbaik untuk pasangan hidup kita.
Berikan Pelayanan Terbaik
Suami harus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk istri, dan sebaliknya istri harus memberikan pelayanan terbaik untuk suami. Akan sangat menyenangkan suami, apabila istri melayani keperluan suami saat pagi-pagi suami menjelang berangkat kerja. Istri menyiapkan berbagai keperluan suami untuk berangkat kerja, sejak pakaian, makanan hingga perlengkapan kerja. Akan sangat menyenangkan istri apabila suami melayani keperluan istri untuk persiapan kerja atau untuk melancarkan kegiatan rumah tangga.
Di rumah, di perjalanan, di ruang makan, di tempat tidur dan di manapun, suami harus selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk istri, dan istri harus memberikan pelayanan terbaik untuk suami. Mencoba-coba hal baru, variatif dan tidak monoton dalam memberikan pelayanan, akan lebih menyenangkan hati pasangan. Untuk itu, suami dan istri harus saling berlomba dalam memberikan pelayanan terbaik untuk pasangannya.
Berikan Penampilan, Sikap dan Perlakuan Terbaik
Berikan penampilan, sikap dan perlakuan terbaik untuk pasangan Anda. Sikap lembut, wajah cerah, penampilan menarik, tubuh wangi dan harum merupakan sesuatu yang sangat disenangi pasangan. Mudah membantu, mau mengerti, selalu memahami, gampang memuji, merupakan sikap dan perlakuan yang sangat membahagiakan hati pasangan. Sebaliknya, penampilan acak-acakan, tidak rapi, tidak wangi, menjadi sikap yang tidak disukai pasangan.
Sikap cuek, tidak peduli, tidak mau mengerti kondisi dan masalah, merupakan siksaan bagi pasangan. Istri yang sibuk mengerjakan berbagai urusan dapur waktu pagi hari, menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, mengurus anak-anak, akan sangat senang dan bangga jika suami menawarkan bantuan yang diberikan. Apalagi jika suami langsung mengambil alih beberapa kegiatan istri tanpa harus diminta, akan lebih membahagiakan hati istri. Sikap menolong dan melindungi seperti ini sangat dinantikan oleh pasangan.
Berikan Kata-kata Terbaik
Banyak suami mudah berkata-kata kasar kepada istri, dan banyak istri mudah berkata-kata keras kepada suami. Jika suami dan istri sudah membiasakan diri dengan kata-kata kasar, keras, ketus dan menyakitkan pasangan, akan menyebabkan suasana yang tidak nyaman dalam hidup sehari-hari mereka. Kehidupan keluarga tidak ubahnya seperti neraka atau penjara, masing-masing pihak berlaku saling menyerang, saling menyakiti, saling melukai pasangannya dengan kata-kata.
Sudah menjadi kewajiban suami untuk memberikan kata-kata, kalimat, ungkapan yang terbaik bagi istri. Sebaliknya, sudah menjadi kewajiban istri untuk memberikan kata-kata, kalimat dan ungkapan terbaik bagi suami. Jika kedua belah pihak berlomba memberikan kata-kata terbaik bagi pasangan, maka dalam kehidupan rumah tangga mereka selalu dijumpai kata-kata indah, mesra, santun dan penuh kelembutan. Ini akan memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak, karena tidak pernah mendengar kata-kata kotor, jelek, kasar, dan keji.
Ayo berlomba, berikan yang terbaik bagi pasangan kita. Jangan menunggu pasangan kita memberikan hal yang terbaik bagi kita, namun kita yang harus proaktif dan memulai memberikan hal terbaik bagi pasangan.
Selamat pagi, selamat beraktivitas.

Jumat, 01 November 2013

Aku bangga dengan abi (suamiku)

Sungguh aku bangga mempunyai suami sepertimu
melebihi kebanggaanmu padaku...

Aku yakin, dengan ketaatanmu pada agama,engkau akan membahagiakanku Dunia-Akhirat. Tidakkah agama kita mengajarkan bagaimana suami harus menyayangi istri, membuatnya bahagia, melindungi dan membuatnya tersenyum. Dan di sebaliknya, istri harus berbakti pada suami, melayani dan membuat suaminya terpesona padanya..

Aku tidak peduli siapakah engkau, miskin dan kaya tidak ada bedanya bagiku. Aku hanya tertarik pada sosokmu yang bersahaja dan sederhana. Raut wajahmu yang penuh dengan keikhlasan membuatku ingin selalu menatapnya. Lembutnya sifatmu membuatku yakin bahwa engkau adalah suami yang bisa menerima segala pemberian Rabb kita dan akan menyayangiku apa adanya.

Aku tidak peduli dengan rumah mungil dan sederhana yang engkau persembahkan untuk kita tempati bersama. Rumah yang hanya terdiri dari ruang tamu, kamar kita, dan satu ruangan yang berisi buku-buku terutama buku agama. Namun dari rumah yang mungil ini,aku melihat taman Syurgawi menjelma disini.

Aku yakin engkau adalah sosok suami yang tekun menimba ilmu dan memahami agama, dan dengan bekal ini aku yakin engkau bisa membimbingku untuk meraih Jannah-NYA. Sebagaimana agama kita mengisyaratkan bahwa, barang siapa berjalan di jalan ilmu, maka Allah akan mempermudah jalan menuju surga.

Saat kulihat engkau begitu berbakti kepada kedua orang tuamu dan senang menjalin silaturrahim, aku yakin engkau akan berlaku baik pada anak-istrimu.

Aku lihat engkau jarang sekali bicara,tapi masyaAllah kalau sedang bekerja, engkau menjadi sosok yang tekun dan ulet. Dan dari tutur katamu, aku mendengar kata-kata mutiara yang penuh hikmah, sehingga yang tergambar dalam pikiranku adalah sosok Lukmanul Hakim, sosok suami dan ayah yang selalu mendidik keluarganya, mengajarkan anaknya untuk tidak menyekutukan Allah.

Terima kasih suamiku,
karena engkau telah membimbingku...